Pengaruh Tepung Tempe Kacang Benguk (Mucuna Pruriens L.) Terhadap Produktivitas Royal Jelly Saat Musim Paceklik

Tempe kacang benguk ini dikenal dengan sebutan tempe benguk. Tempe benguk dapat membantu menopang perekonomi masyarakat bila terjadi kenaikan harga daripada kacang kedelai. Penulis sebagai mahasiswa Peternakan ingin menciptakan inovasi terbaru untuk membuat pakan tambahan yang digunakan untuk budidaya lebah madu. Lebah merupakan serangga yang menguntungkan bagi manusia karena memiliki peran sebagai penyerbuk tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman sekitar peternakan lebah madu. Beberapa tanaman yang dapat membantu dalam budidaya lebah madu yaitu mangga, leci, rambutan, kubis, jagung, semangka dan kelapa. Tanaman tersebut bisa membantu dalam memproduksi sumber nektar dan tepung sari (pollen) sebagai pakan alami untuk lebah. Tepung sari sebagai pakan terpenting bagi koloni lebah untuk memproduksi royal jelly. Lebah dalam memproduksi royal jelly saat musim paceklik sangat sulit, dikarenakan sumber pakan di alam sulit ditemukan. Oleh sebab itu, lebah diberikan pakan pengganti yang memiliki kandungan nutrisi sama seperti polen alam yaitu tepung tempe benguk. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Peternakan Lebah Kembang Joyo untuk meneliti lebah madu dan Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya untuk menganalisis kandungan tepung tempe benguk dan royal jelly, penelitian dilakukan dalam jangka waktu 16 hari yakni mulai 3 Januari – 18 Januari 2022 dengan kondisi suhu dan kelembaban lingkungan saat penelitian yaitu 25-27˚C dan 77-87%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai persentase pakan tambahan tepung benguk terhadap produktivitas royal jelly serta daya suka (palatable) tepung tempe benguk bagi lebah madu akan membentuk gradasi yang sesuai dengan perlakuan. Kegunaan penelitian ini untuk memperoleh prosedur yang pasti dalam pembuatan tepung tempe benguk yang fungsional – komersial dalam mendapatkan royal jelly serta memperoleh sumber pakan tambahan baru yang dapat diberikan pada lebah madu. Materi penelitian ini yaitu 5 cell builder dengan total 10 kotak koloni (stup) lebah madu berjenis Apis mellifera dengan jumlah sisiran sarang tiap kotak koloni sebanyak 7-8 sisiran (frame), dan pakan tambahan berupan tepung tempe benguk. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap 5 perlakuan dan 4 ulangan. Jika ada perbedaan secara nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan Multiple Range Test (DMRT). Percobaan yang dilakukan menggunakan tepung tempe benguk sebagai perlakuan. Adapun perlakuan pemberian tepung tempe benguk sebesar P0 (0%), P1 (5%), P2 (10%), P3 (15%) dan P4 (20%). Pengamatan yang dilakukan ketika penelitian yaitu jumlah royal jelly yang dihasilkan, jumlah penerimaan larva, dan jumlah mortalitas larva. Hasil penelitian secara statistik rataan jumlah mortalitas larva tidak berpengaruh nyata (P˃0,05) terhadap jumlah royal jelly, jumlah penerimaan larva, dan mortalitas larva yang dihasilkan oleh calon ratu lebah. Pengaruh pemberian tepung tempe benguk yang berbeda juga memberikan hasil jumlah royal jelly, jumlah penerimaan larva, dan mortalitas larva yang tidak berbeda. Jumlah royal jelly terbanyak pada perlakuan P2 yaitu 5,3955 gram, jumlah penerimaan larva paling banyak didapat pada perlakuan P2 sebanyak 24,75 cup dan jumlah mortalitas larva paling sedikit 5,25 cup pada perlakuan P2. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tingkat pemberian pakan pengganti berupa tepung tempe benguk (Mucuna pruriens L) pada perlakuan P2 sebanyak 10% pada pakan calon lebah ratu memberikan perlakuan terbaik dengan produksi royal jelly sebanyak 5,3955 gram, jumlah penerimaan larva paling banyak 24,75 cup dan jumlah mortalitas larva paling sedikit 5,25 cup. Saran dari penelitian ini yaitu untuk berhati-hati dalam melakukan pencangkokan pada larva yang akan diletakkan didalam queen cup agar larva yang diperoleh semakin meningkat dan royal jelly yang didapat semakin banyak pula