29 research outputs found

    Studi Mekanisme Pickering Emulsion pada Pembuatan Foam dari Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang diperkuat dengan Cellulose Nanofibril (CNF)

    Get PDF
    Kelapa sawit merupakan salah satu sumber dari biobased material dan memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Produksi kelapa sawit yang terus meningkat menghasilkan limbah padat yang berlimpah ruah yakni tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Tingginya kandungan selulosa pada TKKS tersebut membuat TKKS berpotensi sebagai raw material untuk di manfaatkan selulosanya. Pada penelitian ini penulis memilih untuk menjadikan selulosa yang terkandung pada TKKS menjadi material berpori seperti foam (busa) yang disebut dengan selulosa foam. Permasalahan dalam pembuatan selulosa foam ini adalah hasil akhir dari foam (busa) sangat bergantung pada jumlah foam (busa). Sehingga salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan foamabilitas dan stabilitas foam (busa) adalah dengan menggunakan teknologi pickering emulsion. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dengan menampilkan grafik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimal dari surfaktan sodium dodecyl sulfate (SDS) untuk memperoleh volume foam (busa) paling maksimal dan mengetahui karakteristik fisik mekanik serta morfologi selulosa foam. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini antara lain FTIR untuk menganalisa gugus fungsi TKKS, perhitungan densitas dan porositas terhadap selulosa foam, wet stability, analisa morfologi selulosa foam dengan mikroskop tiga dimensi dan uji kuat tekan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan konsentrasi optimal surfaktan SDS yang diperlukan dalam proses produksi selulosa foam adalah 0,25 g/L. Hasil dari penambahan cellulose nanofibril (CNF) pada selulosa foam dapat dilihat pada kemampuan berbusa dan wet stability yang mana lebih stabil dibandingkan dengan yang tidak ditambahkan CNF. Nilai stress paling rendah yakni 0,00017 N/mm2 terdapat pada selulosa foam dengan konsentrasi SDS 0,25 g/L yang memiliki densitas terkecil yakni 0,070 gr/cm

    Sintesis Membran Selulosa Asetat Menggunakan Metode Inversi Fasa Dengan Penambahan Antibiofouling Alami Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum)

    Get PDF
    Membran merupakan lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada diantara dua fasa dan dapat digunakan dalam proses pemisahan. Teknologi pemisahan dengan menggunakan membran terus mengalami perkembangan sepanjang waktu. Salah satu kendala pada penelitian membran yaitu adanya fouling. Penggunaan membran secara terus menerus dapat mengurangi efisiensi kinerja membran karena adanya penyumbatan akibat aktivitas mikroba yang biasa disebut dengan biofouling. Pencegahan biofouling dapat dilakukan antara lain dengan melapisi membran dengan material yang mencegah penempelan, atau melapisi dengan material mikroba . material tersebut adalah bawang putih yang mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik karena mengandung minyak asiri. Aktivitas antibakteri bawang putih dapat mengendalikan bakteri-bakteri patogen, baik Gram negatif maupun positif. Pada penelitian pembuatan membran selulosa asetat ini menggunakan metode inversi fasa. Proses modifikasi tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan penambahan aditif pada campuran polimer. Pelarut yang digunakan adalah dimetil formamida (DMF) dengan bahan pengisi berupa ekstrak bawang putih dengan konsentrasi sebesar 0,5%, 0,75%, dan 1% dari polimer yang digunakan. Sehingga didapatkan variasi massa ekstrak bawang putih yang digunakan yaitu 0,02 gram; 0,03 gram; dan 0,04 gram dengan variasi massa selulosa asetat adalah 3,96 gram; 3,97 gram; 3,98 gram dan ketebalan yang digunakan ialah sebesar 0,3 mm. Hasil percobaan menunjukkan yaitu pengujian dengan bakteri Escherichia coli didapatkan hasil penempelan pada membran dengan ekstrak bawang putih mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa kandungan fenol pada 9bawang putih cukup bekerja dalam mengambat pertumbuhan bakter

    Uji kinerja Kincir Angin Model Lenz Tiga Sudu dengan Alternator untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

    No full text
    Energi angin merupakan salah satu energi terbarukan yang memiliki potensi sangat besar. Untuk mengkonversi energi angin menjadi energi listrik dibutuhkan kincir angin salah satunya adalah kincir angin sumbu vertikal model lenz. Kincir angin sumbu vertikal model lenz adalah salah satu model yang sesuai digunakan di indonesia yang memiliki kecepatan angin rendah. Dalam penelitian ini bertujuan mengetahui kinerja kincir angin model lenz pada keadaan lapang dengan metode deskriptif dengan data yang diambil yaitu, luas penampang sudu, panjang lengan torsi, jari-jari kincir, gaya pembebana, kecepatan angin, dan kecepatan putaran. Selain itu, mengetahui daya yang dihasilkan jika kecepatan angin berbeda pada kincir angin model lenz dengan data yang diambil yaitu, tegangan output dan arus listrik alternator. Hasil pengujian alternator menggunakan motor listrik yaitu alternator dapat mengisi daya pada kecepatan putaran 1033 rpm dengan tegangan 13,4 v dan arus 3,14 A. Pengujian kincir angin model lenz dilakukan di pantai Bajulmati Kabubaten Malang tepatnya pada 8o 25’ 53” lintang selatan, 112o 38’ 8” bujur timur dengan kecepatan angin yang terukur menggunakan anemometer 1 m/s untuk kecepatan terendah dan 8 m/s untuk kecepatan tertinggi. kecepatan angin diambil dua data yaitu kecepatan angin didepan kincir dan kecepatan angin dibelakang kincir. pada saat kecepatan angin meningkat, daya angin juga meningkat. hal ini menunjukkan bahwa kecepatan angin dan daya angin berbanding lurus. Koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir angin model lenz mendekati hukum Betz limit yaitu 59,3 dengan tip speed ratio yang sangat kecil. Kincir angin model lenz tidak menghasilkan daya listrik dikarenakan tidak tercapainya putaran minimum alternator untuk menghasilkan listrik. Alternator membutuhkan kecepatan putaran minimal untuk menghasilkan listrik yaitu 1033 rp

    Uji Performansi Desalinator Air Laut Tenaga Surya Tipe Piramida Bak Tunggal dengan Batu Hitam Sebagai Material Penyimpan Panas Sensibel

    No full text
    Air merupakan bagian terpenting untuk keberlangsungan setiap makhluk yang ada di bumi. Air adalah salah satu kebutuhan primer yang harus terpenuhi ketersediaannya demi terciptanya kelangsungan hidup manusia. Ketergantungan manusia terhadap air semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Mengingat pentingnya peranan air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyedikan air yang cukup dari segi kualitas maupun kuantitas. Desalinator tenaga surya merupakan alat yang memanfaatkan panas matahari sebagai sumber energinya. Desalinator mempunyai bentuk dengan variasi yang beragam, selain berbentuk piramida bentuk lain diantaranya bentuk atap persegi panjang. Desalinator juga harus terus menerus diposisikan bergerak mengikut gerak matahari untuk mendapatkan radiasi matahari maksimum sepanjang hari, sedangkan hal tersebut tidak berlaku pada desalinator surya piramida karena dengan desain ini diharapkan lebih efisien dalam menghasilkan air tawar. Penyimpan panas dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyimpan panas sensibel dan panas laten. Penyimpan panas sensibel, energi disimpan atau diekstrak dengan pemanasan atau pendinginan cairan atau padatan dimana material penyimpan panas tidak berubah fasa selama proses penyimpanan panas. Bahan yang biasa digunakan antara lain air, batu kerikil, etanol, propanol, dll. Penelitian yang dilakukan menggunakan modus pasif, yaitu proses desalinasi dilakukan secara alami tanpa melibatkan intervensi untuk mempercepat evaporasi maupun kondensasi. Proses desalinasi dilakukan dengan volume air laut awal 10 liter dan ditambah dengan batu hitam sebagai material penyimpan panas sensibel. Pengamatan dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 17.00 Waktu setempat

    Rancang Bangun dan Uji Kinerja Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) padaTanaman Semangka (Citrullus Lanatus)

    No full text
    Irigasi atau penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman saat musim kemarau karena curah hujan lebih yang rendah. Penggunaan air yang efisien dapat didukung dengan penerapan sistem irigasi yang tepat guna pada saat musim kemarau. Tanaman semangka memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, namun memiliki kebutuhan air tanaman yang cukup banyak. Sehingga saat musim kemarau dapat menghambat produktivitas tanaman semangka. Berdasarkan latar belakang diatas sistem irigasi tetes pada tanaman semangka dipilih guna mengoptimalkan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini untuk merancang dan menguji bangun sistem irigasi tetes yang tepat guna untuk pertumbuhan semangka serta menganalisa pengaruh pertumbuhannya. Jaringan Sistem Irigasi tetes keseluruhan mempunyai ukuran dimensi 6 x 1 m dengan sumber air menggunkan tandon berdimater 28 cm dan tinggi 36 cm yang diletakkan pada ketinggian 15 cm, 35 cm dan 50 cm. Pot yang digunakan berukuran 28 cm dan tinggi 20 cm. Selang yang digunakan untuk proses pendistribusian air ialah selang PVC berdiameter luar sebesar 11 mm dan 7 mm. Penetes atau emitter memiliki spesifikasi 4L/H yang dapat dibongkar pasang, sehingga mudah untuk dibersihkan. Pemberian air pada sistem irigasi tetes lebih baik dibandingkan dengan irigasi konvensional. Koefisen variasi (CV) pada Sistem irigasi tetes ini terbesar pada ketinggian tandon 15 cm dengan t = 1 menit yakni sebesar 0,164; 0,143; 0,149. Sedangkan Cu didapatkan 100% pada semua perlakuan. Serta berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini bahwa tingkat persebaran air sudah sangat baik untuk sistem irigasi tetes yakni SU lebih dari 85%. Pertumbuhan tanaman yang meliputi panjang dan jumlah daun semangka pada sistem irigasi lebih baik dibandingkan dengan irigasi konvensional

    Pengaruh Variasi Kecepatan Blower Terhadap Kinerja Mesin Pengupas Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) Tipe SiIinder Tonjol

    No full text
    Kacang tanah merupakan komoditas pertanian terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabat

    Pemanfaatan Bagasse Sorgum dengan Modifikasi NaOH sebagai Adsorben Pereduksi Kontaminan Logam Berat Pb(II)

    No full text
    Biomassa dari hasil limbah pertanian yaitu bagasse sorgum dapat digunakan menjadi suatu adsorben yang dimodifikasi dengan penambahan alkali seperti NaOH untuk mereduksi kontaminan ion logam berat Pb. Kandungan selulosa di dalam bagasse sorgum memiliki potensi yang cukup besar sebagai adsorben karena gugus hidroksil (-OH) yang terikat dapat berinteraksi dengan ion logam berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi NaOH pada adsorben, waktu kontak, dosis adsorben, konsentrasi awal logam berat, pH, dan temperatur terhadap proses adsorpsi logam berat Pb dari adsorben bagasse sorgum, menganalisis karakteristik gugus fungsi, morfologi, serta ukuran luas permukaan dan pori dari adsorben bagasse sorgum, serta mempelajari hasil penambahan NaOH pada penampakan adsorben bagasse sorgum serta kemampuannya dalam mengadsorpsi logam berat Pb. Penelitian ini menggunakan bagasse sorgum berukuran lolos 40 mesh yang kemudian dimodifikasi menggunakan NaOH untuk proses adsorpsi logam berat Pb(II). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kondisi adsorpsi yaitu konsentrasi NaOH pada adsorben sebesar 0.04 M, waktu kontak selama 15 menit, dosis adsorben 6 g/L, dengan konsentrasi awal logam Pb sebesar 80 mg/L, pada pH 5, dan temperature 35oC dengan kapasitas adsorpsi sebesar 8.1530 mg/g dan persentase kehilangan mencapai 60.1408%. Penambahan NaOH menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan adsorben tanpa penambahan NaOH. Gugus fungsi hidroksil terbentuk sehingga memperbanyak potensi adsorben menyerap adsorbat. Penambahan modifikasi NaOH juga membuka pori-pori pada permukaan bagasse sorgum yang meningkatkan kemampuan adsorpsi adsorben serta membersihkan kotoran atau impurities yang menutup lubang pori adsorben

    Memanfaatkan Udara Buang Kondensor Dari AC Untuk Mengeringkan Umbi Kunyit

    No full text
    Dalam usaha meningkatkan ketahanan pangan Indonesia salah satu diantaranya menyelamatkan produk hasil pertanian. Usaha pengeringan sudah dilaksanakan oleh para petani baik secara tradisional maupun penerapan teknologi tepat guna. Kunyit merupakan jenis tanaman rimpang curcuma domestica val, kunyit merupakan jenis rumput-rumputan yang memiliki tinggi kisaran kurang lebih satu meter. Sitem air conditioner (AC) merupakan suatu alat yang mampu mengkondisikan udara. Dengan fungsi untuk mendinginkan atau menurunkan temperature pada suhu ruangan. Kondesor pada sistem AC mengeluarkan suhu panas, hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk media pengeringan. Setelah melakukan perancangan mesin penggering yang memanfaatkan udara panas dari kondensor pada AC yang mampu mengeluarkan energi panas sebesar 0,0165 m3/s. Hubungan suhu dengan kelembapan tersebut adalah semakin lama proses pengeringan maka kelembapan akan mengalami penurunan. Hal tersebut berlaku pada hubungan antara temperature dengan masa yaitu semakin lama proses pengeringan maka bobot pada masa akan mengalami penyusuta

    Uji Kinerja Mesin Penggiling Tebu (Saccharum officinarum) Sistem Mekanik 5-Roller

    No full text
    Tanaman tebu di Indonesia banyak dimanfaatkan untuk industri dengan berbagai macam pengolahan, salah satunya digunakan sebagai pengolahan gula pasir dan dapat diolah manjadi minuman sari tebu. Terdapat mesin yang digunakan untuk pengolahan tebu seperti mesin pemeras tebu 2-roll dan 3- roll, namun mesin tersebut belom optimal dalam melakukan proses penggilingan sehingga hasil nira tebu yang didapatkan belum maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, sehingga dibuatlah rancang bangun mesin penggiling tebu sistem mekanik 5 Roller, namun keberadaan mesin masih keberadaannya masih tergolong baru sehingga perlu adanya pengujian kinerja mesin tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah Menguji kinerja mesin penggiling tebu (Saccharum officinarum) sistem mekanik 5-roller. Parameter uji kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapasitas aktual, kapasitas teoritis, efisiensi, persentase nira, dan rendemen hasil penggilingan. Penelitian ini menggunakan massa input seragam yaitu tebu sebanyak 5 kg dengan perlakuan variasi roller (2 roller, 3 roller, dan 5 roller). Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata uji kinerja mesin penyangrai meliputi: kapasitas aktual sebesar 388,81 Kg/jam, kapasitas teoritis sebesar 502,194 m tebu/jam, efisiensi sebesar 77,43 %, persentase nira sebesar 69,38 % dan rendemen sebesar 30,62%. Dapat disimpulkan dari hasil perlakuan variasi roller yang paling optimal dalam menghasilkan massa output nira tebu sesuai yang diinginkan oleh penguji mesin penggiling tebu sistem mekanik 5-roller yaitu pada perlakuan 5 Roller. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi data hasil penggilingan yang beragam seperti slip pada roller, diameter dan jumlah batang tebu yang digiling, faktor dari alat (belom terpasangnya hopper input & rapat tidaknya celah roller) yang menyebabkan nira tercecer serta kemampuan operator dalam mengoperasikan alat

    Pengaruh Variasi Suhu dan Lama Waktu Pasteurisasi Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Pada Sari Buah Pisang Cavendish (Musa cavendishii)

    No full text
    Pasteurisasi merupakan salah satu proses pengolahan pangan untuk mencegah penurunan kualitas mutu sari buah pisang Cavendish seperti pencoklatan enzimatik. Suhu dan waktu pasteurisasi yang tidak tepat dapat merusak kandungan vitamin c pada sari buah pisang Cavendish. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu dan lama waktu pasteurisasi terhadap kandungan vitamin c, gula pereduksi, dan sifat organoleptik sari buah pisang Cavendish, serta mengetahui perlakuan variasi suhu dan lama waktu pasteurisasi yang optimum. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktorial dengan variasi suhu pasteurisasi (55, 60, 65, 70, dan 75oC) dan lama waktu pasteurisasi (5, 10, dan 15 menit). Hasil uji kuantitatif kadar vitamin C dan gula pereduksi menunjukkan bahwa suhu dan waktu pasteurisasi terbaik pada suhu pasteurisasi 55oC dan waktu pasteurisasi 5 menit dengan kadar vitamin C sebesar 1.1409 mg/100g sampel dan kadar gula pereduksi 9.53 + 1.92 %. Pada uji organoleptik (tingkat kesukaan) sari buah pisang cavendish terhadap atribut warna dengan kategori “agak tidak suka” dan atribut (aroma, rasa, dan tekstur) dengan kategori “suka”. Analisis data yang diolah menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu dan waktu pasteurisasi berpengaruh signifikan (Sig. < 0,05) terhadap kadar vitamin C, gula pereduksi dan sifat organoleptik namun interaksi antara kedua faktor suhu dan waktu pasteurisasi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar gula pereduksi. Semakin tinggi perlakuan suhu dan waktu pasteurisasi maka kandungan vitamin C dan gula pereduksi semakin menurun, serta tingkat kesukaan panelis terhadap seluruh atribut akan semakin berkuran
    corecore