2 research outputs found
Analisis Perbandingan Perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Terhadap Variasi Suhu Dan Lama Waktu Perendaman pada Mesin Terkontrol dan Tradisional
Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan kelompok
tanaman leguminosa. Biji lamtoro tua memiliki kadar protein
yang tinggi, yaitu 30,81 % (db), kadar serat kasar 20,45 % (db),
dan kadar abu 8,80%. Selain itu biji lamtoro juga merupakan
sumber senyawa fitokimia seperti fenol, flavonoid, dan tannin.
Fenol dan senyawa polifenol diketahui memiliki aktivitas sebagai
antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui daya
perkecambahan biji lamtoro yang baik menggunakan media
terkontrol untuk dikonsumsi manusia selain kecambah kacang
hijau (tauge).
Penelitian ini menggunakan wadah dari akrilik untuk
mengkecambahkan biji lamtoro yang akan dibuat otomatis,
mulai dari perendaman sampai penyiraman akan dibuat
otomatis, sehingga tidak terkena tangan sampai sebelum panen
selama 10 hari. Perendaman biji lamtoro akan dilakukan dengan
suhu 600 C dan 700 C untuk membuat biji lamtoro menjadi pecah
biji lebih cepat dan variasi waktu juga sebagai pembeda efektivitas perkecambahan lamtoro. Penyiraman biji lamtoro
dilakukan setiap 8 jam selama 5 menit untuk menjaga
kelembaban pada ruang perkecambahan. Setelah 10 hari
dilakukan beberapa pengamatan mulai dari jumlah, panjang,
presentase daya, dan panjang dari kecambah biji lamtoro.
Selain menggunakan mesin perkecambahan secara otomatis,
penelitian ini juga membandingkan tingkat keberhasilan dari
perkecambahan secara tradisional yang dijaga pada suhu dan
kelembaban seperti mesin perkecambahan terkontrol
(germinator
Pengaruh Ketebalan Irisan dan Suhu Penggorengan terhadap Karakteristik Fisik Keripik Bit (Beta Vulgaris L.) Hasil Penggorengan Vakum
Bit (Beta Vulgaris L.) merupakan salah satu buah yang rentan mengalami penurunan mutu, namun berpotensi untuk diolah menjadi keripik menggunakan mesin vacuum frying. Pada penelitian ini terdapat faktor penting, yaitu perlakuan ketebalan irisan dan suhu penggorengan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perlakuan ketebalan irisan dan suhu penggorengan terhadap perubahan karakteristik fisik keripik bit hasil penggorengan vakum, serta mengetahui pengaruh perlakuan terbaik ketika dibandingkan dengan produk komersil. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah perlakuan irisan yang terdiri dari 3 variasi ketebalan irisan yaitu 3 mm, 4 mm, dan 5 mm. Faktor kedua adalah suhu yang terdiri dari 3 variasi suhu penggorengan, yaitu 70 oC, 75 oC, dan 80 oC. Pengujian sampel dilakukan berdasarkan parameter rendemen, kadar air, tektur, warna, dan uji organoleptik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketebalan irisan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air dan berpengaruh sangat nyata terhadap tekstur keripik, namun tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen, kecerahan (L), kemerahan (a), dan kekuningan (b) keripik. Suhu penggorengan berpengaruh sangat nyata terhadap tekstur keripik, namun tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar air, kecerahan (L), kemerahan (a), dan kekuningan (b) keripik. Uji organoleptik panelis lebih menyukai keripik bit dengan ketebalan irisan 5 mm dan suhu penggorengan 80 oC dengan skor total sebesar 546, namun ketika keripik tersebut dibandingkan dengan keripik komersil berupa keripik ubi ungu sebagai kontrol, data hasil pengujian T-test menunjukkan bahwa keripik komersil tidak dapat dikatakan sebagai yang terbaik karena terbukti tidak ada perbedaan rata-rata dengan keripik eksperimental, sehingga dapat disimpulkan bahwa keripik eksperimental sudah cukup bagus