8 research outputs found

    Aplikasi Metode Taguchi Analysis Dan Failure Mode and Effect Analysis (Fmea) Untuk Perbaikan Kualitas Produk Di PT. Xyz

    Full text link
    PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dibidang produksi lolly dan cup plastik. Produk lolly yang dihasilkan oleh Perusahaan ini sering mengalami kecacatan dan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, bahkan jumlah produk cacat melebihi toleransi yang diberikan oleh Perusahaan. Ketatnya persaingan saat ini memaksa Perusahaan harus membuat suatu konsep rencana yang berorientasi kepada kualitas produk yang akan menjadi suatu keunggulan yang dapat dipergunakan untuk menghadapi persaingan. Pentingnya kualitas merupakan salah satu alasan melakukan penelitian terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh Perusahaan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana produk lolly telah memenuhi spesifikasi yang telah distandarkan Perusahaan dan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan kualitas produk. Metode yang digunakan adalah Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk memberikan rekomendasi tindakan perbaikan yang tepat. Hasil analisa taguchi diolah dengan menggunakan S/N Ratio dan analisis varians. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas produk lolly adalah suhu pendingin produk pada level 1 dengan suhu 140 C, kecepatan injeksi angin pada level 2 dengan kecepatan 25 m/s dan suhu injeksi bahan baku ke dalam cetakan pada level 1 dengan kecepatan 220 m/s. Hasil penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) diperoleh faktor yang paling berpengaruh dan paling besar penyebab kegagalan proses produksi yaitu suhu pendingin produk yang terlalu tinggi dengan nilai RPN terbesar 192

    Aplikasi Metode Quality Function Deployment (Qfd) Dalam USAha Memenuhi Kepuasan Konsumen Terhadap Produk Pestisida Pada Pt.abcd

    Full text link
    Pesatnya laju pertumbuhan industri pestisida tidak hanya mengakibatkan semakin bervariasinya kebutuhan konsumen, tetapi juga menjadikan semakin tingginya harapan konsumen pada produk pestisida yang berkualitas. Jika Perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen, akan muncul masalah ketidakpuasan pada konsumen. Konsumen yang tidak puas terhadap produk yang dikonsumsinya akan mencari Perusahaan lain yang mampu menyediakan kebutuhannya. PT. ABCD merupakan salah satu Perusahaan pestisida yang terus berupaya memenuhi kepuasan konsumennya dengan produk yang berkualitas. Namun, Kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa hal tersebut belum tercapai, selama 4 tahun berturut-turut telah terjadi peningkatan klaim konsumen dan berakibat pada menurunnya penjualan insektisida X. Oleh karena itu, Perusahaan harus memahami kebutuhan dan keinginan konsumen (voice of the customer) dan menterjemahkannya dalam karakteristik teknis (critiqal to satisfied) untuk mencapai kepuasan konsumen. Metode yang tepat untuk mencapai hal tersebut adalah dengan metode Quality Function Deployment (QFD). Dengan menggunakan metode QFD, dihasilkan 24 atribut insektisida X yang menjadi kebutuhan konsumen dan didominasi pada kebutuhan komponen fungsi (core component). Hasil penelitian terhadap tingkat kepuasan konsumen, menunjukkan bahwa konsumen “kurang puas” pada komponen produk tambahan/pelayanan (augmented product) dan hanya “cukup puas” pada komponen fungsi (core component) serta produk fisik (tangible product) insektisida X saat ini. QFD juga menghasilkan “tingkat efikasi pestisida” sebagai prioritas perbaikan pertama Perusahaan dengan tingkat kepentingan tertinggi yakni 11,691 %

    Aplikasi Fuzzy Linear Programming untuk Produksi Bola Lampu di PT XYZ

    Full text link
    PT XYZ merupakan Perusahaan yang memproduksi bola lampu. Permintaan pasar yang tinggi menyebabkan Perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan tersebut dikarenakan perencanaan produksi yang tidak optimal. Dari data, diketahui bahwa Perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pasar pada produk bola lampu merek Stanlee Star G-20 sebesar 8% dan S-25 sebesar 18,32% sedangkan bola lampu merek Dai-Ichi G40 diproduksi melebihi permintaan pasar sebesar 9,1%. Hal ini menyebabkan Perusahaan kehilangan opportunity profit. Perencanaan produksi bola lampu diteliti dengan tujuan agar Perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar sesuai dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Metode perencanaan produksi yang digunakan adalah metode fuzzy linear programming dengan metode simpleks. Dengan menggunakan Fuzzy Linear Programming dapat diperoleh nilai optimum jumlah produk bola lampu yang diproduksi sesuai permintaan pasar dan sesuai dengan keterbatasan sumber daya produksi. Sumber daya yang diteliti adalah kapasitas produksi, waktu kerja, dan bahan baku. Nilai interval logika fuzzy yang digunakan adalah t = 0 dan t = 1. Penyelesaian metode simpleks dilakukan dengan menggunakan software LINGO 13. Hasil penilitian menunjukkan bahwa permintaan pasar terpenuhi untuk ketiga merek bola lampu. Kapasitas produksi mencukupi sehingga tidak diperlukan penambahan jumlah mesin, sedangkan waktu kerja dan bahan baku tidak mencukupi. Perusahaan dapat menentukan jumlah bahan baku dan waktu kerja yang diperlukan dengan menggunakan nilai λ yaitu sebesar 0,536. Nilai λ digunakan untuk menentukan skala terbesar nilai interval t untuk setiap kendala bahan baku dan waktu kerja yaitu 0,464. Aplikasi fuzzy linear programming meningkatkan keuntungan sebesar 7,39% dari konsep linear programming biasa

    Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Produksi pada PT Xyz

    Full text link
    PT XYZ adalah Perusahaan manufaktur yang memproduksi beberapa peralatan rumah tangga berbahan baku stainless steel, seperti wajan, asbak, sendok, dan garpu. Perusahaan ini memiliki sistem operasi make to stock dan pada periode April, Mei, Juli, dan Oktober 2012 Perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen akan produk sendok dan garpu karena jumlah produk jadi dengan jumlah permintaan konsumen tidak sesuai. Ketidaksesuaian terjadi akibat dari kapasitas produksi yang tersedia tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah dengan melakukan peramalan, perhitungan Rough Cut Capacity Planning (RCCP), dan pemberian usulan perencanaan kapasitas produksi. Peramalan diperlukan untuk mengetahui perkiraan permintaan konsumen, RCCP digunakan untuk mengetahui work centre yang mengalami kekurangan kapasitas produksi, dan usulan perencanaan kapasitas produksi digunakan sebagai alternatif work centre dalam meningkatkan kapasitas produksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain jumlah perkiraan permintaan konsumen adalah sebesar 2.844.183 unit; terdapat tiga work centre yang mengalami kekurangan kapasitas produksi, yaitu work centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish; usulan perencanaan kapasitas produksi yang dilakukan pada work centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish berturut-turut adalah melakukan penyesuaian beban kerja (re-adjusment), menambah tiga unit mesin Gerinda, dan tiga unit mesin Polish. Dari hasil perencanaan kapasitas produksi yang diusulkan dapat diketahui bahwa seluruh perkiraan permintaan konsumen dapat terpenuhi dan pendapatan Perusahaan meningkat sebesar 31,06%

    Penerapan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Dengan Mengaplikasikan Grey Fmea Pada PT. Wxy

    Full text link
    PT. WXY adalah Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan fruit cages (lori). Kendala yang dihadapi PT.WXY adalah terganggunya proses produksi yang disebabkan oleh kerusakan pada komponen mesin yang beresiko tingginya angka downtime. Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM) yang mengaplikasikan Grey FMEA dalam menentukan prioritas perbaikan sehingga diperoleh perencanaan perawatan yang lebih optimal. Diagram pareto digunakan untuk menentukan mesin yang paling kritis pada metode RCM. Hasil diagram pareto diperoleh mesin bor magnet merupakan sistem yang paling kritis. Komponen yang terdapat dalam mesin bor magnet adalah saklar magnet, spindle, spindle sleeve, drilling chuck, motor NFA03LG-011, radial ball bearing, v-belt, dan pulley. Selanjutnya hasil penerapan Reliability Centered Maintenance dengan mengaplikasikan Grey FMEA diperoleh komponen yang harus dirawat secara terjadwal (time directed) adalah spindle dengan jadwal perawatan 33 hari, motor NFA03LG-011 dengan jadwal perawatan 36 hari, radial ball bearing dengan jadwal perawatan 43 hari, dan v-belt dengan jadwal perawatan 42 hari. Perawatan komponen yang tidak terjadwal (condition directed) adalah saklar magnet, spindle sleeve, drilling chuck, dan pulley. Penerapan metode RCM dengan melakukan simulasi terhadap distribusi kerusakan diperoleh penurunan downtime sebesar 20.56%
    corecore