11 research outputs found
Pengaruh Penambahan Fitobiotik Dan Medan Magnet Dalam Air Minum Terhadap Kualitas Fisik Telur Ayam Petelur
Penggunaan antibiotik pada pakan kini dilarang karena
menimbulkan dampak buruk berupa residu pada ternak itu
sendiri dan produk ternak yang dapat membahayakan
konsumen. Fitobiotik merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi hal tersebut. kunyit (Curcuma domestica) dan jahe
emprit (Zingiber officinale) adalah jenis tanaman yang
berpotensi untuk dijadikan fitobiotik karena mudah didapatkan
serta memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan,
perkembangan saluran pencernaan, dan kesehatan ternak.
Pencampuran fitobiotik dalam pakan maupun pada air minum
ternak masih terdapat kendala, kendala yang dimiliki adalah
efek yang ditimbulkan dalam pemberian fitobiotik cenderung
lama untuk diketahui. Untuk itu perlu dilakukan penambahan
metode pencampuran imbuhan pakan ternak dengan teknologi
enkapsulasi. Teknologi pakan enkapsulasi (proses
pembungkusan/coating) yaitu suatu bahan, dalam hal ini adalah
senyawa yang terkandung di dalam fitobiotik sebagai bahan inti
yang bermanfaat untuk mempertahankan viabilitasnya dan
melindungi senyawa yang dimiliki. Serta, pemberian fitobiotik
dapat diberikan ke dalam air minum dengan menggunakan
viii
teknologi air dan magnet. Air yang diekspos ke medan magnet
dapat mempengaruhi kandungan mineral air yang tergantung
dari kekuatan medan magnet itu sendiri dan waktu pemaparan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan fitobiotik dan medan magnet dalam air
minum terhadap kualitas fisik telur ayam petelur. Penelitian
dilakukan secara in vivo di kandang milik Bapak Choirul yang
berada di UPR Sumber Mina Dau, Desa Sumbersekar,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada tanggal 22 Agustus
2020, dilanjutkan dengan uji kualitas fisik telur di Laboratorium
Lapang Sumbersekar Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Analisa proksimat dilakukan di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak Gedung 3 Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Pengukuran medan magnet dilakukan di
Laboratorium Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Materi yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan 144 ekor ayam petelur dengan strain Isa Brown
berumur 57 minggu. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah percobaan pakan dan air minum secara in vivo
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang
dengan 2 faktor perlakuan. Faktor 1 adalah pemberian feed
additive dalam bentuk cair dan enkapsulasi dengan level
pemberian sebesar 0,6 %. Faktor 2 adalah penambahan medan
magnet tersarang kedalam bentuk fitobiotik. Dengan pemberian
3 perlakuan (basal, fitobiotik bentuk cair, fitobiotik bentuk
enkapsulasi) dan 2 perlakuan medan magnet tersarang dengan
4 ulangan dan setiap ulangan terdapat 6 ekor ayam petelur.
Variabel yang diamati meliputi berat telur, berat kerabang, tebal
kerabang, dan indeks bentuk telur. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan apabila
terdapat hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata antar
perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan
(UJBD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
pemberian fitobiotik bentuk enkapsulasi dalam pakan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap berat telur dengan rataan berat telur pada bentuk pakan
basal sebesar 61,47 ± 0,24; bentuk cair sebesar 63,25 ± 0,30;
dan bentuk enkapsulasi sebesar 62,73 ± 0,19. Begitu pula
dengan pemberian fitobiotik bentuk enkapsulasi dalam pakan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap
indeks bentuk telur dengan rataan indeks bentuk telur pada
bentuk pakan basal sebesar 75,88 ± 0,47; bentuk cair sebesar
77,89 ± 0,11; dan bentuk enkapsulasi sebesar 78,00 ± 0,20.
Namun tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap berat kerabang
dan tebal kerabang telur. Perlakuan pemberian medan magnet
tersarang kedalam bentuk fitobiotik dalam air minum
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05)
terhadap berat telur, berat kerabang, tebal kerabang, dan indeks
bentuk telur. Dengan rataan nilai tertinggi pada berat telur
sebesar 63,55 ± 0,65 dengan perlakuan bentuk fitobiotik cair
dan medan magnet tersarang, pada berat kerabang sebesar 7,63 ± 0,44 dengan perlakuan bentuk fitobiotik enkapsulasi dan
medan magnet tersarang, pada tebal kerabang sebesar 0,59 ±
0,04 dengan perlakuan bentuk fitobiotik cair dan medan magnet
tersarang, pada indeks bentuk telur sebesar 78,25 ± 2,35 dengan
perlakuan bentuk fitobiotik enkapsulasi dan medan magnet.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut pemberian
fitobiotik bentuk enkapsulasi dalam pakan memberikan hasil
lebih baik pada kualitas fisik telur ayam petelur yang meliputi
berat telur dan indeks bentuk telur. Secara keseluruhan,
pemberian medan magnet tersarang kedalam bentuk fitobiotik
dalam air minum tidak dapat meningkatkan kualitas fisik telur
ayam petelur yang meliputi berat telur, berat kerabang, tebal
kerabang, dan indeks bentuk telur