9 research outputs found

    Isolasi Trimiristin Minyak Pala Banda Serta Pemanfaatannya Sebagai Bahan Aktif Sabun

    Full text link
    Biji pala mengandung fixed oil sebesar 20–40% yang terdiri dari asam miristat, trimiristin dan gliserida dari asam laurat, stearat dan palmitat. Trimiristin yang terkandung dalam biji pala mencapai 85% dan digunakan dalam pembuatan kosmetik kulit sebagai pemutih (whitening agent). Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari penyulingan minyak pala Banda dan isolasi trimiristin, kemudian digunakan sebagai bahan aktif tambahan pada pembuatan sabun mandi. Penyulingan minyak pala Banda menggunakan alat yang terbuat dari stainlesss steel dengan kapasitas sepuluh kilogram bahan. Isolasi trimiristin menggunakan sistem refluks dengan ester dan dimurnikan dengan aseton, kemudian diuji dengan menggunakan kromatografi gas. Trimiristin yang dihasilkan digunakan untuk pembuatan sabun mandi dan diuji sifat anti bakteri dan fungi. Hasil penyulingan minyak pala Banda diperoleh rendemen sebesar 12,5%. Isolasi trimiristin diperoleh kristal putih dengan hasil sebesar 80,02% dan kemurnian mencapai 99,35%. Sabun mandi dengan bahan aktif trimiristin minyak pala berdasarkan hasil uji semakin lama disimpan akan memberikan jumlah asam lemak semakin tinggi dan asam lemak tak tersabunkan semakin kecil serta mampu menghambat secara kuat pertumbuhan bakteri dan fungi

    Rekayasa Dan Uji Coba Alat Mat Elektrik Untuk Produk Obat Nyamuk Elektrik Dari Bahan Dasar Miristisin

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan di Baristand Industri Ambon pada tahun Anggaran 2012, dengan tujuan untuk merekayasa alat mat elektrik dan diharapkan bisa dimanfaatkan. Lingkup kegiatan meliputi studi literatur, studi banding, sampling, persiapan bahan dan alat, pembuatan alat mat elektrik obat nyamuk, pengujian dan pelaporan. Metode yang digunakan untuk pembuatan alat mat elektrik obat nyamuk adalah sistem rekayasa dan uji coba penggunaannya. Hasil uji efektiftas alat mat elektrik obat nyamuk yang direkayasa dengan metode pengamatan suhu pada elemen selama 8 jam berturut – turut untuk 7 hari pengamatan. Hasilnya dibandingkan dengan alat mat elektrik pasaran adalah alat mat elektrik hasil rekayasa suhunya lebih rendah dibandingkan alat mat pasaran A dan C, dan lebih tinggi dari alat mat pasaran B dan D. Daya efektiftas dari alat mat elektrik hasil rekayasa sama dengan alat mat pasaran, yaitu semakin lama pemakaian, semakin turun

    Pengaruh Penambahan Bumbu terhadap Mutu Ikan Asin Kering

    Full text link
    Ikan asin kering bumbu adalah ikan yang telah diberi bumbu dan dikeringkan dengan bantuan panas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperpanjang daya simpan ikan dengan aroma dan cita rasa tertentu. Sebagai pembanding digunakan ikan asin kering buatan sendiri dan ikan asin kering komersial dengan spesifkasi panjang 20 cm, lebar 10 cm dan tebal 1 cm. Metode yang digunakan adalah metode pengeringan. Hasil mutu ikan asin kering bumbu lebih baik dibandingkan dengan ikan asin kering buatan sendiri dan ikan asin kering komersial. Tingkat persentase kesukaan ikan asin kering bumbu lebih besar dibandingkan ikan asin kering buatan sendiri dan komersial pada penyimpanan 0 bulan dan lebih rendah pada penyimpanan 1 dan 2 bulan

    Review : Analisis Profil Protein Ikan dengan Metode SDS-PAGE

    Full text link
    Ikan merupakan bahan makanan yang mengandung berbagai macam senyawa bioaktif dan memiliki absorpsi protein yang lebih tinggi dari hewan lainnya yang berfubgsi sebagai zat pembangun, pengatur dan pembakar bagi tubuh. Struktur protein tidak stabil terhadap beberapa faktor antara lain; pH, radiasi, temperatur dan pelarut organik. Untuk melihat Perubahan protein pada ikan, dilakukan review analisis profil protein ikan dengan metode SDS-PAGE berdasarkan data sekunder. Profil protein ikan yang diperoleh berdasarkan perlakuan penggaraman, pengendapat ammonium sulfat dan isopropyl. Sebagai pembanding, analisis profil protein dilakukan terhadap tumbuhan dengan perlakuan pengendapan ammonium sulfat. Profil protein ikan dengan metode SPS-PAGE diperoleh berat molekul sekitar 17-152 kDA dan pada tumbuhan (fitase Bacillus subtilis ) sebesar 36,6 kDa yang disebabkan oleh struktur molekul penyusunnya berbeda

    Pemanfaatan Ekstrak Gracilaria SP. sebagai Penghambat Bakteri Salmonella Enteric Vs Enteritdis dan Pseudomonas Aeroginosa

    Full text link
    Perkembangan isu resistensi dan infeksi patogenitas bakteri terhadap manusia merupakan hal baru saat ini. Kepedulian mencari alternatif senyawa obat baru sangat diharapkan. Dengan adanya kandungan senyawa bioaktif dari rumput laut sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber antibakteri baru yang diperoleh dari alam. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan ekstrak rumput laut Gracilaria sp. terhadap antibakteri pembentukan bakteri Salmonella enterica sv enteritdis dan Pseudomonas aeroginossa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratoris. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat dengan menggunakan tiga pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu, n-heksan, etil asetat dan etanol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi agar (Melki et al., 2011) dengan 2 kali pengulangan. Analisis kebocoran sel bakteri dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil rekapan Spektrofotometer. Hasil uji aktivitas ketiga pelarut yang digunakan menunjukkan bahwa ekstrak dengan pelarut etil asetat memiliki aktivitas terbaik dengan zona hambat 4,73 mm (bakteri Salmonella enterica vs enteritdis) dan 7,91 mm (bakteri Pseudomonas aeroginossa) serta memiliki aktivitas bakteriosidal..Nilai minimum inhibitory concentracion pada 0.51%. Absorban yang diperoleh dari hasil kebocoran sel bakteri Salmonella enterica sv enteritdis pada konsentrasi 0% MIC sebesar 1.500 pada panjang gelombang 280 mm dan sebesar 1.000 pada panjang gelombag 280 mm, konsentrasi 1% MIC sebesar 0.550 pada panjang gelombang 260 mm dan 0.400 pada panjang gelombang 280 mm, konsentrasi 2% MIC sebesar 1.500 pada panjang gelombang 260 mm dan 1.300 pada panjang gelombang 280 mm. . Hasil kebocoran sel bakteri Pseudomonas aeroginossa dengan konsentrasi 0% MIC sebesar 0.150 pada panjang gelombang 280 mm dan sebesar 0.200 pada panjang gelombag 260 mm, konsentrasi 1% MIC sebesar 1.000 pada panjang gelombang 260 mm dan 0.800 pada panjang gelombang 280 mm, konsentrasi 2% MIC sebesar 2.500 pada panjang gelombang 260 mm dan 2.000 pada panjang gelombang 280 mm

    Karakterisasi Kitosan dari Limbah Udang dengan Proses Bleaching dan Deasetilasi yang Berbeda

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi kitosan dari limbah kulit udang dengan perlakuan perendaman (bleaching) aseton dan proses deasetilasi. Lingkup kegiatan meliputi persiapan peralatan dan bahan baku kulit udang windu, proses pembuatan kitosan, pengujian, analisa data dan pelaporan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil karakterisasi raw material kulit udang meliputi kadar air 75,10%, abu 5,02%, lemak 2,47% dan protein 14,85%. Hasil karakterisasi kitosan dengan perendaman aseton 24 jam dan deasetilasi 2x adalah kadar air sebesar 9,72%, abu sebesar 3,37%, lemak sebesar 3,50% dan protein sebesar 4,29%. Rendemen yang diperoleh sebesar 32,20%. Hasil karakterisasi kitosan dengan perendaman aseton 24 jam dan deasetilasi 3x adalah kadar air sebesar 9,64%, abu sebesar 0,09%, lemak sebesar 0,28% dan protein sebesar 0.63%. Rendemen yang diperoleh sebesar 32,17 %. Hasil karakterisasi kitosan dengan perendaman aseton 48 jam dan deasetilasi 3x adalah kadar air sebesar 9,61 %, abu sebesar 0,02%, lemak sebesar 0,15% dan protein sebesar 0,51%. Rendemen yang diperoleh sebesar 22,18%. Karakterisasi kitosan komersial adalah kadar air sebesar 9,45%, abu sebesar 0,51%, lemak 2,31% dan protein 0,48%. Selain perbandingan dengan kitosan komersial, hasil penelitian ini dibandingkan dengan standar kitosan yaitu kadar air 9,28%, kadar abu 1,32%, lemak sebesar 0,29% dan protein <0,5% adalah memenuhi standar. Proses perendaman (bleaching) dan deasetilasi sangat berpengaruh terhadap karakterisasi kitosan, dilihat dari hasil F hitung (68,6302) > F tabel (2,9011)

    Isolasi Kitin dan Kitosan dari Limbah Kulit Udang

    Full text link
    Udang di Indonesia di ekspor dalam bentuk beku yaitu udang yang telah mengalami cold storage setelah melalui pemisahan kepala dan kulit. Akibat dari proses tersebut diperoleh limbah atau hasil samping berupa kepala (carapace) dan kulit (peeled) yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Kitin dan kitosan adalah bahan industri yang multifungsi dan multi guna. Isolasi senyawa kitin melalui reaksi demineralisasi dengan larutan HCl 1 N, perbandingan 15:1 (v/b) direaksikan dalam ekstraktor pada suhu 60 0C selama 30 menit. Reaksi deproteinisasi dengan larutan NaOH 3,5 %, perbandingan 10:1 (v/b), kemudian direaksikan dalam ekstraktor selama 2 jam pada temperatur 65 oC. Reaksi dekolorisasi dengan larutan NaOCl 0,315%, perbandingan 10:1 (v/b) dalam ekstraktor selama selama 1 jam pada suhu 40 oC. Reaksi deasetilasi kitin menjadi kitosan dilakukaan dengan NaOH 60%, perbandingan 20:1 (v/b) dan direaksikan dalam ekstraktor pada suhu 80 – 100 oC selama 1 jam. Kualitas kitin yang dihasilkan antara lain, kadar air 6,89%, kadar abu 7,8%, sedangkan kualitas kitosan yang dihasilkan, kadar air 9,28%, kadar abu 1,49%, kadar protein ≤ 0,5%, larut sempurna dengan asam asetat 2%, rendemen 63% dan derajat deastilasi : 83,25%. Kualitas kitosan yang dihasilkan sudah dapat memenuhi standar Protan Laboratory
    corecore