4 research outputs found
Identification of potential liquefaction in Kabonena
Abstract
The research was conducted in Kabonena village, which aims to see the subsurface structure and the liquefaction potential. The research was conducted using the geoelectric resistivity method with the Wenner system. The parameters used are geological data, hydrogeology and formation values to obtain between the resistivity value and the lithology of the study area. Furthermore, by considering the geological, hydrogeological conditions and formation factor values, the specific resistance values for each layer are interpreted. The results obtained show that the layers with specific resistance values of 39.16 - 97.9 Ωm are dominated by water-saturated sand/gravel. The resistivity value above 97.9 - 200 Ωm is the layer of molasses and alluvium deposits/coastal deposits, and the resistance value above 200 Ωm is the layer of crushed granite and granodiorite. The existence of a subsurface structure like this, so that in Kelurahan Kabonena it is called a liquefaction event. The location has a layer of saturated air that points to the east with a depth of less than 24 meters.</jats:p
Identifikasi Keanekaragaman Hayati Rth di Kota Depok
. Pembangunan perkotaan tidak hanya harus terfokus pada lanskap binaan tetapi juga pada lanskap alami. Salah satu elemen lunak yang dianggap penting yaitu keberadaan ruang terbuka hijau (RTH). Pengembangan RTH di lanskap perkotaan selama ini umumnya lebih terfokus dalam mencapai tujuan mereduksi polutan, menciptakan Kenyamanan termal, dan juga estetika. Sayangnya, masih banyak yang mengabaikan manfaat RTH dari sudut pandang konservasi khususnya flora dan fauna. Studi ini bertujuan untuk mendata keanekaragaman hayati di Kota Depok untuk menjadi acuan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan (green development), sehingga kualitas lingkungan dapat ditingkatkan dan fungsional bukan hanya bagi manusia tetapi juga bagi flora dan fauna. Studi dilaksanakan di tiga lokasi dengan karakter yang berbeda yaitu Taman Lembah Gurame, Tahura Pancoran Mas, dan Jalan Juanda. Hasil yang diperoleh nilai keanekaragaman vegetasi berturut-turut berada pada Tahura Pancoran Mas (2,535), Taman Lembah Gurame (1,287), dan Jalan Juanda (0,967). RTH di Jalan Juanda merupakan RTH dengan nilai keanekaragaman vegetasi paling rendah. Rendahnya nilai keanekaragaman vegetasi berpengaruh langsung terhadap keberadaan fauna yang tidak ditemukan pada RTH Jalan Juanda. Studi ini juga berhasil mendata vegetasi-vegetasi penting pada tiap-tiap lokasi yang dapat memberikan informasi mengenai mampu tidaknya vegetasi tersebut beradaptasi dengan lingkungannya
GEOGRAFI PARIWISATA NASIONAL
Buku ini mengajak pembaca untuk menjelajahi keindahan dan potensi wisata Indonesia dari sudut pandang geografis. Buku ini membahas secara mendalam tentang berbagai jenis pariwisata, seperti pariwisata bahari di kepulauan Nusantara, pariwisata pegunungan dan gunung api, serta pariwisata perdesaan berbasis masyarakat yang kaya akan kearifan lokal. Pembaca akan diajak memahami bagaimana karakter geografis Indonesia yang beragam menciptakan peluang unik dalam sektor pariwisata.
Tidak hanya itu, buku ini juga menyoroti pentingnya pariwisata perkotaan yang terus berkembang seiring dengan urbanisasi, serta tantangan terkait daya dukung pariwisata. Pembahasan mengenai upaya pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bagian penting, menghadirkan solusi berkelanjutan yang relevan untuk masa depan pariwisata Indonesia.
Ditulis dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, buku ini memberikan wawasan luas bagi para akademisi, praktisi, maupun masyarakat umum yang tertarik pada pengembangan pariwisata berbasis geografis. Buku ini menjadi referensi wajib bagi siapa saja yang ingin mengeksplorasi bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan kekayaan alamnya secara berkelanjutan demi mendorong pertumbuhan ekonomi pariwisata yang selaras dengan pelestarian lingkungan
