17 research outputs found

    Laporan Kerja Praktek PT. Platinum Ceramics Industry 5 Juni - 5 Agustus 2017

    No full text
    Luasnya cakupan ilmu pengetahuan secara teoritis khususnya dibidang teknik kimia, membuat penerimaan seorang mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan relative terbatas. Dalam aplikasinya, banyak hal yang berbeda dengan ilmu teori dikarenakan pendekatan – pendekatan ideal yang dilakukan untuk memudahkan analisis pada suatu kasus. Oleh karena itu, “Kerja Praktek” diharapkan mampu menjadi media penyatu antara pendidikan tingggi dengan kalangan praktisi langsung, seperti PT. Platinum Ceramics Industry yang berhubungan dengan bidang keteknikan. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui praktek langsung di lapangan. PT. Platinum Ceramics Industry (PCI) merupakan salah satu pabrik terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis keramik sepeti keramik lantai, keramik dinding dan keramik dekorasi, dimana ketiganya memiliki varian ukuran, pola dan warna. Sebelumnya dinamakan PT. Asia Victory Industry, Ltd., yang didirikan pada tahun 1971 di Jalan Karang Pilang nomor 201 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, yang kemudian resmi menjadi PT. Platinum Ceramics Industry pada bulan Juli 2002. Selama melaksanakan Kerja Paktek, penyusun ditempatkan di unit 7 yang merupakan tempat produksi. Proses produksi diawali dari bahan baku yang dikecilkan ukurannya menggunakan jaw crusher, kemudian bahan baku ditimbang untuk mengatur komposisi bahan baku dan diteruskan menuju ball mill menggunakan belt conveyor. Proses yang terjadi di ball mill merupakan proses pengecilan ukuran sekaligus penghomogean campuran bahan baku dengan ditambahkan air dan deflokulan berupa water glass yang berfungsi sebagai perekat. Hasil dari proses ini dinamakan slip. Slip ditampung sementara di dalam sumur dengan diberikan perlakuan pengaduk. Dari sumur, slip dipompa menuju spray dryer. Proses yang terjadi di spray dryer merupakan proses penghilangan kadar air pada slip. Hasil spray dryer disebut powder ditampung di silo selama 1 – 2 hari sebelum dilanjutkan ke mesin press. Dari mesin press, kadar air pada body tile akan dikurangi menggunakan horizontal dryer dan dilanjutkan dengan pengaplikasian tile. Tahap ini bertujuan untuk mencegah keluarnya udara dari pori – pori body secara berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan pada corak atau motif dari tile. Tile diteruskan menuju kiln untuk proses pembakaran, setelahnya keramik disortir secara manual dan memisahkan produk menjadi 3 kualitas dengan bantuan sensor sebelum dan sesudah melalui proses packaging. Utilitas yang digunakan oleh unit 7 di PT. Platinum Ceramics terdiri dari empat unit yakni unit penyediaan air, listrik, bahan bakar dan pengolahan limbah. Unit penyediaan air berasal dari sungai Brantas dan PLN dengan pemanfaatan yang berbeda. Unit listrik berasal dari PLN dan diesel sebagai cadangan apabila terjadi pemadaman listrik. Unit bahan bakar menggunakan gas LNG dan solar. Sedangkan unit pengolahan limbah terbagi menjadi 3 jenis pengolahan berdasarkan wujud limbah yakni pengolahan limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Hingga saat ini, PT. Platinum Ceramics Industry memproduksi tile dengan berbagai jenis dan ukuran keramik yang terdiri dari dua jenis merk yaitu merk Asia Tile dan merk Platinum Produk yang dihasilkan oleh PCI tersebar di dalam maupun di luar negeri. Beberapa negara yang merupakan pasar terbesar PCI yaitu Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang, Italia dan negara – negara di Timur Tenga

    Laporan Kerja Praktek PT. Platinum Ceramics Industry 5 Juni - 5 Agustus 2017

    Get PDF
    Luasnya cakupan ilmu pengetahuan secara teoritis khususnya dibidang teknik kimia, membuat penerimaan seorang mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan relative terbatas. Dalam aplikasinya, banyak hal yang berbeda dengan ilmu teori dikarenakan pendekatan – pendekatan ideal yang dilakukan untuk memudahkan analisis pada suatu kasus. Oleh karena itu, “Kerja Praktek” diharapkan mampu menjadi media penyatu antara pendidikan tingggi dengan kalangan praktisi langsung, seperti PT. Platinum Ceramics Industry yang berhubungan dengan bidang keteknikan. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui praktek langsung di lapangan. PT. Platinum Ceramics Industry (PCI) merupakan salah satu pabrik terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis keramik sepeti keramik lantai, keramik dinding dan keramik dekorasi, dimana ketiganya memiliki varian ukuran, pola dan warna. Sebelumnya dinamakan PT. Asia Victory Industry, Ltd., yang didirikan pada tahun 1971 di Jalan Karang Pilang nomor 201 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, yang kemudian resmi menjadi PT. Platinum Ceramics Industry pada bulan Juli 2002. Selama melaksanakan Kerja Paktek, penyusun ditempatkan di unit 7 yang merupakan tempat produksi. Proses produksi diawali dari bahan baku yang dikecilkan ukurannya menggunakan jaw crusher, kemudian bahan baku ditimbang untuk mengatur komposisi bahan baku dan diteruskan menuju ball mill menggunakan belt conveyor. Proses yang terjadi di ball mill merupakan proses pengecilan ukuran sekaligus penghomogean campuran bahan baku dengan ditambahkan air dan deflokulan berupa water glass yang berfungsi sebagai perekat. Hasil dari proses ini dinamakan slip. Slip ditampung sementara di dalam sumur dengan diberikan perlakuan pengaduk. Dari sumur, slip dipompa menuju spray dryer. Proses yang terjadi di spray dryer merupakan proses penghilangan kadar air pada slip. Hasil spray dryer disebut powder ditampung di silo selama 1 – 2 hari sebelum dilanjutkan ke mesin press. Dari mesin press, kadar air pada body tile akan dikurangi menggunakan horizontal dryer dan dilanjutkan dengan pengaplikasian tile. Tahap ini bertujuan untuk mencegah keluarnya udara dari pori – pori body secara berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan pada corak atau motif dari tile. Tile diteruskan menuju kiln untuk proses pembakaran, setelahnya keramik disortir secara manual dan memisahkan produk menjadi 3 kualitas dengan bantuan sensor sebelum dan sesudah melalui proses packaging. Utilitas yang digunakan oleh unit 7 di PT. Platinum Ceramics terdiri dari empat unit yakni unit penyediaan air, listrik, bahan bakar dan pengolahan limbah. Unit penyediaan air berasal dari sungai Brantas dan PLN dengan pemanfaatan yang berbeda. Unit listrik berasal dari PLN dan diesel sebagai cadangan apabila terjadi pemadaman listrik. Unit bahan bakar menggunakan gas LNG dan solar. Sedangkan unit pengolahan limbah terbagi menjadi 3 jenis pengolahan berdasarkan wujud limbah yakni pengolahan limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Hingga saat ini, PT. Platinum Ceramics Industry memproduksi tile dengan berbagai jenis dan ukuran keramik yang terdiri dari dua jenis merk yaitu merk Asia Tile dan merk Platinum Produk yang dihasilkan oleh PCI tersebar di dalam maupun di luar negeri. Beberapa negara yang merupakan pasar terbesar PCI yaitu Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang, Italia dan negara – negara di Timur Tenga

    Decolourization of hazardous dyes using bentonite TiO2 composite

    No full text
    The organic dyes from textile has become a common problem in environment. Wastewater containing dyes usually toxic and difficult to be degraded by water, microbes, light and chemical. To solve this problem waste water treatment needs to be done in proper away. One technique dyes wastewater treatment that is easy and low cost to do is adsorption process. The adsorption process usually uses bentonite as adsorbent because bentonite has the ability for ion exchange and swelling. However bentonite as adsorbent is not effective in term of adsorption capacity and not reusable. Organic dyes are difficult for direct adsorption using bentonite, so it should be modified with photocatalysts compounds which can increase the adsorption capacity and accelerate the rate of adsorption. TiO2 is the most preferred photocatalyst, because it has been regarded as an efficient photocatalyst for degradation of organic pollutants from water due to its high stability, low cost and environmental friendliness. In this study, bentonite was combined with TiO2 to produce a composite, which called bentonite titanium dioxide composite (BTC). In this research BTC was applied to adsorb dyes as adsorbent. BTC used as adsorbent because has high adsorbtion capacity. This research is aimed to study the mass of ratio TiO2 and bentonite in the preparation of adsorbent composite for cationic dyes adsorption in various temperature, pH, with/without UV irradiation on the adsorption capacity. This research best composite was obtain (based on highest adsorption capacity) using BTC 10%. This composite can adsorb dyes as much as 0.3571 mmol/g at under UV radiation using 200ppm as initial concentration in 120 minutes at 70°C. The composites were characterized using FTIR to analyse the functional group

    Decolourization of hazardous dyes using bentonite TiO2 composite

    Get PDF
    The organic dyes from textile has become a common problem in environment. Wastewater containing dyes usually toxic and difficult to be degraded by water, microbes, light and chemical. To solve this problem waste water treatment needs to be done in proper away. One technique dyes wastewater treatment that is easy and low cost to do is adsorption process. The adsorption process usually uses bentonite as adsorbent because bentonite has the ability for ion exchange and swelling. However bentonite as adsorbent is not effective in term of adsorption capacity and not reusable. Organic dyes are difficult for direct adsorption using bentonite, so it should be modified with photocatalysts compounds which can increase the adsorption capacity and accelerate the rate of adsorption. TiO2 is the most preferred photocatalyst, because it has been regarded as an efficient photocatalyst for degradation of organic pollutants from water due to its high stability, low cost and environmental friendliness. In this study, bentonite was combined with TiO2 to produce a composite, which called bentonite titanium dioxide composite (BTC). In this research BTC was applied to adsorb dyes as adsorbent. BTC used as adsorbent because has high adsorbtion capacity. This research is aimed to study the mass of ratio TiO2 and bentonite in the preparation of adsorbent composite for cationic dyes adsorption in various temperature, pH, with/without UV irradiation on the adsorption capacity. This research best composite was obtain (based on highest adsorption capacity) using BTC 10%. This composite can adsorb dyes as much as 0.3571 mmol/g at under UV radiation using 200ppm as initial concentration in 120 minutes at 70°C. The composites were characterized using FTIR to analyse the functional group

    Prarencana pabrik triacetin dari gliserol dan asam asetat kapasitas 7000 ton/tahun

    No full text
    Tri Acetyl Glycerol (Triacetin) merupakan salah satu produk turunan gliserol yang dapat digunakan sebagai bioaditif untuk menaikkan angka oktan pada bahan bakar minyak. Triacetin dapat menggantikan octane booster seperti tetraethyl lead (TEL), methyl tertiary butyl ether (MTBE) dan ethyl tertiary butyl ether (ETBE) dimana ketiganya memiliki beberapa kelemahan karena melepaskan timbal (Pb) ke udara yang dapat mengganggu kesehatan dan polusi udara. Triacetin sebagai zat aditif dalam biofuel merupakan bahan baku yang terbaharukan dan ramah lingkungan, dapat mengurangi biaya pengadaan zat aditif, menaikkan kualitas biofuel, dan menaikkan nilai ekonomi dari gliserol itu sendiri. Proses produksi diawali dari bahan baku berupa 98% gliserol dan 99,8% asam asetat dengan perbandingan 1 : 3 mol dialiri menuju reaktor. Dalam reaktor terjadi reaksi esterifikasi antara gliserol dan asam asetat pada suhu dan tekanan rendah selama 4 jam dimana terjadi reaksi adisi dan penataan ulang eliminasi. Reaksi antara gliserol dan asam asetat menghasilkan 2% monoacetin, 44% diacetin dan 54% triacetin. Kemudian hasil reaksi dari reactor dibawa menuju ke dekanter untuk melakukan proses pemisahan berdasarkan perbedaan massa jenis. Senyawa yang memiliki massa jenis rendah akan menuju Menara Distilasi I (D-130), sedangkan senyawa yang memiliki massa jenis tinggi akan dialirkan menuju Menara Distilasi II (D-140). Lapisan atas hasil pemisahan dari dekanter dialirkan menuju kolom distilasi I sehingga diperoleh hasil distilat berupa campuran antara 99,45 % air dan sisanya sedikit asam asetat dialiran menuju tangki penampungan limbah (F-135). Hasil bawah berupa asam asetat, monoacetin, diacetin dan triacetin dialirkan menuju Menara Distilasi III (D-150). Sedangkan lapisan bawah hasil pemisahan dari dekanter dialirkan menuju Menara Distilasi II (D-140) dengan hasil bottom berupa larutan triacetin dengan kadar kemurnian 99,07% dan sisanya diacetin. Hasil distilat dari Menara Distilasi II (D-140) berupa air, asam asetat, monoacetin dan diacetin akan dialirkan menuju Menara Distilasi III (D-150). Produk samping dari Menara Distilasi III (D-150) adalah 96,52% asam asetat sebagai hasil distilat dan 92,27% diacetin sebagai hasil bottom. Produk utama Triacetin akan dijual ke PT. Pertamina yang berada tidak jauh dari lokasi pabrik PT. Triacetin Utama Indonesia yaitu di kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Banten. Pra-rencana pabrik triacetin dari gliserol dengan menggunakan proses esterifikasi memiliki rincian sebagai berikut: Bentuk perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) Produksi : Triacetin Kapasitas produksi : 7000 ton triacetin per tahun Hari kerja efektif : 300 hari/tahun Masa konstruksi : 3 tahun Waktu mulai beroperasi : tahun 2022 Bahan baku : 98% Gliserol dan 99,8% Asam Asetat Kapasitas bahan baku : Gliserol : 5.551.327 kg/tahun Asam Asetat : 10.861.291 kg/tahun Utilitas : Air Waduk = 1.392.389,7129 m3/hari Air PDAM = 7,92 m3/hari Listrik = 207 kW/hari Lokasi pabrik : Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Banten Luas Pabrik : 40.000 m2 Jumlah karyawan : 140 orang Analisa Ekonomi Modal Tetap (FCI) = Rp 161.686.518.414 Modal Kerja (WCI) = Rp 95.830.973.949 Biaya Produksi Total (TPC) = Rp 21.280.636.201 Rate of Return Investment sebelum pajak = 34% Rate of Return Investment sesudah pajak = 28% Pay Out Time sebelum pajak = 3 tahun, 10 bulan 14 hari Pay Out Time sesudah pajak = 4 tahun 1 bulan 17 hari Titik impas (BEP) = 15 % Kelayakan pabrik ini dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi proses, peralatan, lokasi, dan ekonomi. Dengan melihat dari berbagai segi tersebut terutama dari segi ekonomi, dimana Rate of Return Investment sesudah pajak yang nilainya lebih besar dari pada bunga pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank yaitu 10%, sehingga keuntungan pabrik ini lebih besar dari bunga pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank

    Prarencana pabrik triacetin dari gliserol dan asam asetat kapasitas 7000 ton/tahun

    Get PDF
    Tri Acetyl Glycerol (Triacetin) merupakan salah satu produk turunan gliserol yang dapat digunakan sebagai bioaditif untuk menaikkan angka oktan pada bahan bakar minyak. Triacetin dapat menggantikan octane booster seperti tetraethyl lead (TEL), methyl tertiary butyl ether (MTBE) dan ethyl tertiary butyl ether (ETBE) dimana ketiganya memiliki beberapa kelemahan karena melepaskan timbal (Pb) ke udara yang dapat mengganggu kesehatan dan polusi udara. Triacetin sebagai zat aditif dalam biofuel merupakan bahan baku yang terbaharukan dan ramah lingkungan, dapat mengurangi biaya pengadaan zat aditif, menaikkan kualitas biofuel, dan menaikkan nilai ekonomi dari gliserol itu sendiri. Proses produksi diawali dari bahan baku berupa 98% gliserol dan 99,8% asam asetat dengan perbandingan 1 : 3 mol dialiri menuju reaktor. Dalam reaktor terjadi reaksi esterifikasi antara gliserol dan asam asetat pada suhu dan tekanan rendah selama 4 jam dimana terjadi reaksi adisi dan penataan ulang eliminasi. Reaksi antara gliserol dan asam asetat menghasilkan 2% monoacetin, 44% diacetin dan 54% triacetin. Kemudian hasil reaksi dari reactor dibawa menuju ke dekanter untuk melakukan proses pemisahan berdasarkan perbedaan massa jenis. Senyawa yang memiliki massa jenis rendah akan menuju Menara Distilasi I (D-130), sedangkan senyawa yang memiliki massa jenis tinggi akan dialirkan menuju Menara Distilasi II (D-140). Lapisan atas hasil pemisahan dari dekanter dialirkan menuju kolom distilasi I sehingga diperoleh hasil distilat berupa campuran antara 99,45 % air dan sisanya sedikit asam asetat dialiran menuju tangki penampungan limbah (F-135). Hasil bawah berupa asam asetat, monoacetin, diacetin dan triacetin dialirkan menuju Menara Distilasi III (D-150). Sedangkan lapisan bawah hasil pemisahan dari dekanter dialirkan menuju Menara Distilasi II (D-140) dengan hasil bottom berupa larutan triacetin dengan kadar kemurnian 99,07% dan sisanya diacetin. Hasil distilat dari Menara Distilasi II (D-140) berupa air, asam asetat, monoacetin dan diacetin akan dialirkan menuju Menara Distilasi III (D-150). Produk samping dari Menara Distilasi III (D-150) adalah 96,52% asam asetat sebagai hasil distilat dan 92,27% diacetin sebagai hasil bottom. Produk utama Triacetin akan dijual ke PT. Pertamina yang berada tidak jauh dari lokasi pabrik PT. Triacetin Utama Indonesia yaitu di kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Banten. Pra-rencana pabrik triacetin dari gliserol dengan menggunakan proses esterifikasi memiliki rincian sebagai berikut: Bentuk perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) Produksi : Triacetin Kapasitas produksi : 7000 ton triacetin per tahun Hari kerja efektif : 300 hari/tahun Masa konstruksi : 3 tahun Waktu mulai beroperasi : tahun 2022 Bahan baku : 98% Gliserol dan 99,8% Asam Asetat Kapasitas bahan baku : Gliserol : 5.551.327 kg/tahun Asam Asetat : 10.861.291 kg/tahun Utilitas : Air Waduk = 1.392.389,7129 m3/hari Air PDAM = 7,92 m3/hari Listrik = 207 kW/hari Lokasi pabrik : Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Banten Luas Pabrik : 40.000 m2 Jumlah karyawan : 140 orang Analisa Ekonomi Modal Tetap (FCI) = Rp 161.686.518.414 Modal Kerja (WCI) = Rp 95.830.973.949 Biaya Produksi Total (TPC) = Rp 21.280.636.201 Rate of Return Investment sebelum pajak = 34% Rate of Return Investment sesudah pajak = 28% Pay Out Time sebelum pajak = 3 tahun, 10 bulan 14 hari Pay Out Time sesudah pajak = 4 tahun 1 bulan 17 hari Titik impas (BEP) = 15 % Kelayakan pabrik ini dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi proses, peralatan, lokasi, dan ekonomi. Dengan melihat dari berbagai segi tersebut terutama dari segi ekonomi, dimana Rate of Return Investment sesudah pajak yang nilainya lebih besar dari pada bunga pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank yaitu 10%, sehingga keuntungan pabrik ini lebih besar dari bunga pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank

    Preparation Of Antibacterial Bentonite β Lactam Antibiotic Composite.

    Get PDF
    The adsorption of Doripenem (beta-lactam antibiotic belonging to the subgroup carbapenem) from aqueous solution using bentonite as the adsorbent was studied at various pH of the solution. The doripenem loaded in bentonite which called doripenem-bentonite composite was subsequently used as the antibacterial agent. The effect of pH on the adsorption of doripenem onto bentonite was studied at pH 2 to 10 at an initial concentration of 200 mg/L and temperature of 30oC. The kinetics of adsorption was also studied, and the results were adjusted by pseudo-first-order and pseudo-second-order models, and the result indicates that pseudo-first-order gave better performance in representing the kinetics data of adsorption of doripenem onto bentonite. The adsorption isotherm of doripenem onto bentonite could be described well by the Langmuir model. Buffer solution at pH 3 gave better release of doripenem from the surface of bentonite. The microbiological testing results indicate that doripenem-bentonite composite has potential application to inhibit the growth of Staphylococcus aureus and other bacteria

    Renewable rarasaponin-bentonite-alginate composite with sponge-like structure and its application for crystal violet removal from aqueous solution

    No full text
    Adsorption is an efficient process for removing contaminants from water by using adsorbent. In this work, bentonite, rarasaponin, and sodium alginate are used as raw materials to prepare new composite to be applied to the adsorption of crystal violet dye. The prepared adsorbent (bentonite- rarasaponin-alginate composite) has a sponge-like appearance. The Fourier transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), nitrogen (N2) sorption and scanning electron microscopy (SEM) methods were employed to characterize the prepared adsorbents. The adsorption experiments were conducted isothermally at 30,50, and 70°C. The Freundlich and Langmuir isotherm models were chosen to correlate the equilibrium adsorption data. Meanwhile, the adsorption kinetics was studied at 30°C, and the data were correlated by using the pseudo-first-order and pseudo-second-order. Based on the adsorption results, it was found that composite can adsorb crystal violet dye 3 times more than bentonite at all investigated temperatures, where at 70°C the adsorption capacity for acid-activated bentonite is 176.63 mg/g and for rarasaponin-bentonite-alginate composite is 476.04 mg/g. The adsorption of crystal violet dye onto the adsorbents increases with increasing temperature indicating that the chemisorption is dominant in this process

    A facile noncatalytic methyl ester production from waste chicken tallow using single step subcritical methanol: Optimization study

    No full text
    In this modern era, an increase in urbanization causes the escalating trend of fuel demand as well as environmental pollution problems. Various biofuels research with the respect of climate change and emission reduction recently intensifies, particularly in biodiesel. In Indonesia, diesel oil currently in use contains 20% of biodiesel. Utilizing waste‐based resources such as rendered chicken tallow as the feedstock could be the solution to both energy and environmental challenges. However, chicken tallow contains a significant amount of free fatty acid (FFA) which will obstruct the production yield of biodiesel. In this study, catalyst‐free subcritical methanol has been employed to convert waste chicken tallow (WCT) with high FFA into biodiesel. Design of experiment was conducted to study the effect of temperature, time, and the molar ratio of methanol to fats on the purity and recovery of fatty acid methyl esters (FAMEs). Based on the optimization study performed by response surface methodology (RSM), all three independent variables gave a significant effect on the recovery of FAME. From the experimental results, the maximum FAME yield obtained was 98.43 ± 0.22% with the optimum condition as follows: 167°C, 36.8 minutes, and 42.7:1 (methanol/ WCT, mol/mol), while the predicted FAME yield obtained using RSM was 97.76%. The methyl ester composition of WCT‐based biodiesel ranges from C13 to C24

    Adsorption and photocatalytic performance of bentonite-titanium dioxide composites for methylene blue and rhodamine B decoloration.

    Get PDF
    Bentonite − TiO2 composites werepreparedbyimpregnationofTiO2 and bentonite, followed by microwave irradiation processes. The composites were characterized using FTIR, SEM, XRD, and nitrogen sorption methods. Anatase phase of TiO2 in all composites are observed through XRD diffraction peaks and surface morphology of the composites. The adsorption and photocatalytic capabilities of the composites were tested in liquid phase adsorption of methylene blue and Rhodamine B. The adsorption and photocatalytic degradation experiments were conducted in the presence or absence of UV light irradiation. Langmuir and Freundlich models were employed to correlate the experimental adsorption data, and it was found that Langmuir gave better performance in correlating the experimental data. Modification of Langmuir equation to accommodate photocatalytic degradation process was conducted, and the model could represent the experimental results very well
    corecore