36 research outputs found

    PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA BETOAMBARI DI KOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    Kota Baubau merupakan salah satu kota budaya yang ada di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Baubau memperoleh status kota pada tanggal 21 Juni 2001. Dan saat ini sedang giat-giatnya membenahi dan meningkatkan sarana infrastruktur terutama dibidang pariwisata. Bandar Udara Betoambari terletak di Kelurahan Katobengke, Kecamatan Betoamabari berjarak sekitar 8 km dari pusat kota dan saat ini tergolong sebagai Bandara Kelas III dengan jenis pesawat yang beroperasi yaitu ATR 72-500 sehingga dianggap perlu untuk ditingkatkan kemampuan pelayanannya agar dapat memenuhi permintaan masyarakat serta ikut menunjang pertumbuhan dan perkembangan kota.Dalam merencanakan perkembangan suatu lapangan terbang harus memperkirakan arus lalu lintas dimasa yang akan datang. Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan bersifat research. Dengan menganalisa data lima tahun jumlah penumpang, pesawat, bagasi dan cargo menggunakan analisa regresi untuk meramalkan arus lalu lintas dimasa yang akan datang sehingga pengembangan bandar udara dianggap perlu dilakukan atau tidak. Berdasarkan data primer yang diperoleh dari Bandara seperti data klimatologi, data karakteristik pesawat, data tanah, keadaan Topografi, dan data existing Bandara digunakan sebagai acuan merencanakan pengembangan Bandar Udara.Untuk pengembangan Bandar Udara Betoambari yang akan direncanakan adalah Runway, Taxiway, Apron, Terminal penumpang, Gudang dan Parkir Kendaraan.Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada standar International Civil Aviation Organization (ICAO) dengan pesawat terbang rencana Boeing 737-800 NG maka dibutuhkan panjang landasan 2800 meter lebar 45 meter dan jarak antara sumbu landasan pacu dan sumbu landasan hubung adalah 175 meter lebar total taxiway 25 meter dengan tebal perkerasan lentur 85 cm, luas apron 722 × 93 = 67.146 m2, tebal perkerasan rigid pada apron Metode Federal Aviation Administration (FAA) = 40 cm, luas terminal penumpang 147000 m2, luas gudang 15100 m2 dan luas pelataran parkir 27600 m2.    Kata kunci: Kota Baubau, Pengembangan Bandar Udara, Runway, Taxiway, Apron

    PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA WAMENA DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA

    Get PDF
    Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu daerah yang strategis dalam kaitannya dengan pembangunan di pegunungan tengah Papua. Sehingga untuk memenuhu kebutuhan dimasa yang akan datang maka bandar udara Wamena perlu diadakan pengembangan. Penelitian yang dilakukan untuk penulisan ini menggunakan data sekunder, yaitu antara lain adalah data klimatologi, topografi, arus lalulintas udara, serta data penduduk yang dijadikan acuan sebagai dasar dari perencanaan pengembangan bandar udara Wamena. Dalam perencanaan pengembangan bandar udara Wamena, yang direncanakan yaitu Runway, taxiway, Apron dengan menggunakan pesawat standar Boeing 737-400 dan mengacu pada standar ICAO. Dan untuk perencanaan perkerasan mengacu pada standar FAA dan PCA, dengan data tanah diambil dari data tanah setempat. Perencanaan  terminal area yang meliputi terminal penumpang, gudang dan areal parkir kendaraan yang dianalisa menggunakan analisa regresi linier. Dari analisa akan didapat hasil pergerakan pesawat, penumpang, bagasi, dan kargo serta pergerakan pesawat dan penumpang pada jam sibuk untuk masa yang akan datang. Panjang runway yang dibutuhkan adalah 4.382m yang terbentang pada azimut 150-330, untuk perkerasan runway dan taxiway didapat tebal 68cm, luas apron 87m x174m, namun yang  dipakai untuk luas apron adalah 87m x 450m mengingat panjang apron yang lama masih memadai sedangkan lebarnya yang perlu dikembang 37m, tebal perkerasan rigid pada apron 34 cm (metode PCA) dan 30,5cm (metode FAA), luas gedung terminal 25.813m², luas gudang 56.200m² dan luas pelataran parkir  adalah 4.500m². Kata kunci : Bandar Udara Wamena, Perencanaan Pengembangan Bandar Udara, Runway, Taxiway, Apron, Terminal Penumpang

    PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS

    Get PDF
    Lapis Aspal Beton-Lapis Aus atau Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) terdiri dari aspal sebagai bahan pengikat dan agregat; yang terdiri dari 3 (tiga) fraksi yaitu, Agregat Kasar (Course Aggregate), Agregat Halus (Fine Aggregate), Fraksi Filler (Filler Fraction). Sampai saat ini, untuk mengevaluasi performance dari campuran AC-WC masih dapat menggunakan metode Marshall, dengan kriteria Marshall mengacu pada spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 revisi 3. Pada saat pembuatan hot mix  dengan menggunakan Asphalt Mixing Plant (AMP) ada kemungkinan terjadi fluktuasi kandungan filler yang akan mempengaruhi kriteria Marshall. Pengaruh dari variasi kandungan filler  terhadap kriteria Marshall yang akan diteliti. Di laboratorium, benda uji akan dibuat dengan susunan ukuran butir (gradasi) sedapat mungkin mengikuti gradasi ideal, hanya fraksi filler yang dibuat bervariasi. Dari hasil pengujian Marshall untuk campuran AC-WC dengan kadar filler terendah 2% sampai dengan yang tertinggi 10% (dalam rentang 2%) terhadap berat kering total agregat diperoleh nilai stabilitas untuk kadar filler yang terendah yaitu 1779 kg dan untuk yang tertinggi yaitu 2392 kg, juga nilai flow untuk yang terendah yaitu 3,00 mm dan yang tertinggi yaitu 4,00 mm, selanjutnya secara berturut-turut nilai ratio filler bitumen content antara 0,41 sampai dengan 2,07, nilai VIM menurun dari 7,35% sampai dengan 2,79%, nilai VMA menurun dari 19,17% sampai dengan 15,19%, nilai VFB antara 61,72% sampai dengan 81,67%. Dalam penelitian ini, kriteria Marshall yang menentukan jumlah kandungan filler yaitu nilai ratio filler bitumen content dan nilai VIM. Setelah dievaluasi berdasarkan kriteria Marshall diperoleh range kadar filler berada antara 6% sampai dengan 7%, untuk memenuhi kriteria Marshall menurut batasan dalam spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun  2010 revisi 3. Kata kunci: Lapis Aspal Beton- Lapis Aus, kriteria Marshall, filler fraction

    EVALUASI GEOMETRIK PADA RUAS JALAN MANADO – TOMOHON km 8 – km 10

    Get PDF
    Ruas jalan raya Manado - Tomohon merupakan jalan penghubung antar kota Manado dengan kota Tomohon maupun daerah-daerah yang dilewati oleh jalur jalan ini. Kondisi geometrik pada ruas jalan ini menurut pengamatan visual peneliti, belum memenuhi standar geometrik jalan untuk jalan  arteri dengan kecepatan 60 km/jam-80 km/jam, dikarenakan banyaknya tikungan yang memiliki radius kecil, serta jarak antar tikungan yang berdekatan sehingga perlu untuk dilakukan perbaikan geometrik.Untuk memperoleh data kondisi geometrik lapangan maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite dan GPS, data yang diperoleh dari pengukuran yaitu data koordinat dan data elevasi. selanjutnya data hasil pengukuran tersebut diolah menggunakan Microsoft exel untuk digambarkan dalam program autocad land development 2009, dari hasil penggambaran tersebut, dilakukan analisa geometriknya.Lokasi yang ditinjau berada pada km 8 – km 10 dimana terdapat 20 tikungan, 16 diantaranya tidak memenuhi syarat jari-jari minimum yang dianjurkan Bina Marga untuk jalan arteri dengan kecepatan rencana 60 km/jam – 80 km/jam yaitu 110 m (Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota, 1997), serta parameter-prameter lain seperti jarak antar lengkung, superelevasi, jarak pandang serta kelandaian yang masih belum memenuhi syarat. Hasil desain ulang menghasilkan trase jalan sepanjang 1642,2 m, dengan 6 lengkung horizontal dan 5 lengkung vertikal. Kata kunci: Geometrik, Lengkung Horizontal, Lengkung Vertikal, Jalan Arter

    Analisa Kinerja Simpang Tidak Bersinyal Di Ruas Jalan S.parman Dan Jalan Di.panjaitan

    Full text link
    Persimpangan adalah bagian dari ruas jalan dimana arus dari berbagai arah atau jurusan bertemu. Itulah sebabnya di persimpangan terjadi konflik antara arus dari jurusan yang berlawanan dan saling memotong, sehingga mengakibatkan terjadinya kemacetan di sepanjang lengan simpang. Begitu juga pada simpang empat lengan tak bersinyal di ruas jalan DI.Panjaitan dan jalan S.Parman terjadi kemacetan yang disebabkan oleh berkurangnya lebar efektif jalan karena adanya parkir dibadan jalan. Pada simpang tak bersinyal di jalan DI.Panjaitan-jalan S.Parman terjadi kemacetan yang di sebabkan oleh hambatan samping, tingginya populasi kendaraan yang tidak di imbangi dengan ketersediaan infrastruktur (prasarana) jalan yang memadai. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja simpang empat lengan tak bersinyal tersebut berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dan menganalisa persimpangan untuk meningkatkan kinerja simpang empat lengan tak bersinyal tersebut. Analisis hasil penelitian menunjukan kinerja simpang untuk kondisi simpang tak bersinyal pada keadaan eksisting dengan adanya parkir disisi jalan yang mengurangi lebar efektif, didapat jumlah arus total 2050 smp/jam, kapasitas (C) = 2140 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS) = 0,958. Melebihi batas kejenuhan yang disarankan oleh Manual Kapasitas Jalan Indonesia yaitu > 0,75 dan 0,803 pada alternatif pelarangan parkir nilainya > 0,75 pada kondisi belum ada jalan alternatif yang lain dimana jalan boulevard dua dan jembatan soekarno. Karena itu perlu ditinjau kembali simpang empat lengan di ruas jalan S.Parman – DI.Panjaitan setelah dibukannya jalan boulevard dua dan jembatan soekarno. Pada simpang empat lengan di ruas jalan S.Parman - jalan DI.Panjaitan perlu di rencanakan gedung parkir/ lahan parkir karena di lokasi tersebut adalah lokasi pertokoan

    Analisa Dampak Pembangunan Hotel Ibis Manado Terhadap Lalu Lintas Di Jalan Piere Tendean Manado

    Full text link
    Pembangunan hotel sebagai sarana penunjang pariwisata disuatu daerah merupakan hal yang sangat dibutuhkan keberadaannya selain itu juga akan meningkatkan perekonomian daerah. Dengan adanya pembangunan hotel Ibis ini, akan menimbulkan tarikan pergerakan lalu lintas menuju hotel, sehingga terjadi penambahan volume lalu lintas pada ruas jalan Piere Tendean. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi tarikan pergerakan lalu lintas akibat adanya pembangunan hotel Ibis Manado dan dampaknya terhadap kinerja ruas jalan Piere Tendean Manado. Bangkitan / tarikan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari satu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Metode analisis yang dipakai untuk pemodelan yaitu dengan regresi linier berganda. Variabel terikat yang dipakai yakni tarikan pergerakan Y, sedangkan variabel-variabel bebasnya yakni adanya pertambahan lahan parker X1, terbukanya lapangan kerja dari segi penerimaan karyawan X2, pemilihan lokasi yang tepat X3, antusiasme masyarakat dengan adanya hotel baru X4, kelompok orang-orang yang menjadi pengunjung hotel X5, dan fasilitas yang menarik pengunjung X6. Setelah dilakukan analisis persamaan regresi, pengujian statistik dan validasi diperoleh model tarikan pergerakan terbaik yakni : Y = -2,608 + 1,003 X1 + 0,622 X2 + 0,300 X3 – 0,733 X4 – 0,344 X5 + 0,458 X6. Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan di atas didapat 354 pergerakan per hari. Sehingga kondisi saat hotel beroperasi yakni tahun 2016 sebagai berikut : volume kendaraan, Q = 2280 smp/jam, kapasitas jalan, C=3065 smp/jam. Dengan demikian derajat kejenuhan, DS = 0,75 berada pada tingkat pelayanan D

    Analisis Kinerja Simpang Tanpa Sinyal (Studi Kasus : Simpang Tiga Ringroad - Maumbi)

    Full text link
    Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang merupakan daerah terjadinya konflik lalu lintas. Adanya konflik ini akan mengakibatkan gangguan pada pergerakan kendaraan, yang akhirnya menimbulkan tundaan dan antrian kedaraan yang panjang. Keadaan ini umumnya dikenal dengan kemacetan arus lalu lintas. Melihat adanya konflik yang terjadi di simpang tiga lengan Ringroad – Maumbi, maka di rasa perlu untuk melakukan analisa. Dalam menganalisa kapsitas dan perilaku lalu lintas di butuhkan data lapangan berupa : Kondisi geometrik meliputi lebar pendekat, kondisi arus lalu lintas selama 3 hari dari senin 18 November 2013, Rabu 20 November 2013, dan Sabtu 23 November 2013, dengan waktu pengamatan 13 jam per hari dari jam 07.00 – 20.00 Wita, kondisi lingkungan berupa kelas ukuran kota, tipe lingkungan jalan, dan kelas hambatan samping. Metode yang di gunakan dalam menganalisa kapasitas dan perilaku lalu lintas pada simpang ini mengacu pada metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 ( MKJI 1997 ). Dari penelitian didapat arus pada jam puncak terjadi pada hari Rabu 20 November 2013 pada jam 17.00 – 18.00 Wita. Dengan volume total kendaraan 3394 kend/jam atau 2671,4 smp/jam. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kapasitas simpang ( C ) sebesar 2728,775080 smp/jam, dengan derajatkejenuhan ( DS ) sebesar 0,98 smp/jam yang artinya derajat kejenuhan yang terjadi > 0,75 dari yang disyratkan. Tundaan simpang ( D ) sebesar 18,1070 detik/smp, dan peluang antrian ( QP ) yang terjadi adalah 38% - 76%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kapasitas pada simpang tiga lengan Ringroad – Maumbi, sudah tak mampu untuk menampung arus lalu lintas atau dengan kata lain harus di adakan perbaikan, pada waktu penelitian ini di lakukan. Kemacetan arus lalu lintas pada simpang tersebut di sebabkan karena simpang tersebut sudah melebihi kapasitas dan tak berfungsinya arus pergeakan memisah dan menyatu pada simpang. Solusi yang dapat di berikan adalah perlu di lakukan pelebaran pada jalan utama dan arus pergerakan memisah dan menyatu di benahi agar dapat di maksimalkan serta perlunya rambu-rambu jalan yang mengharuskan pengguna jalan memakai arus pergerakan tersebut

    Analisa Kinerja Ruas Jalan Hasanuddin Kota Manado

    Get PDF
    Ruas jalan Hasanuddin merupakan ruas jalan utama di kecamatan Tuminting serta merupakan pintu masuk antara kawasan Manado Tengah dan Utara sehingga seringkali terjadi kemacetan yang panjang, dan dengan dibukanya Jembatan Soekarno secara tidak langsung berpengaruh terhadap arus lalu lintas serta kinerja ruas jalan tersebut. Dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana kinerja jalan pada ruas jalan Hasanuddin setelah dibukanya Jembatan Soekarno. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisa kinerja ruas jalan adalah menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia khususnya untuk jalan perkotaan. Survey dilakukan selama 6 (enam) hari dalam satu minggu yakni dari hari Senin sampai hari Sabtu. Dari hasil-hasil survey selama enam hari tersebut dan setelah dilakukan analisis maka diperoleh bahwa volume puncak sebesar 1780 smp/jam dengan kecepatan rata –rata terendah hasil survey sebesar 26,383 km/jam dan kecepatan rata – rata tertinggi hasil survey sebesar 35,159 km/jam serta nilai Derajat Kejenuhan sebesar 0,74 maka dapat disimpulkan tingkat layanan Jalan Hasanuddin berada pada level C

    Pengaruh Hambatan Samping Terhadap Kinerja Pada Ruas Jalan Panjaitan (Kelenteng Ban Hing Kiong) Dengan Menggunakan Metode Mkji 1997

    Get PDF
    Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam sektor perhubungan darat, dalam kehidupan masyarakat modern dengan berkembangnya teknologi, pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk mengakibatkan banyaknya aktivitas kegiatan yang dilakukan, sedangkan kapasitas dan kinerja jalan yang menampung arus kendaraan, semakin terbatas. Pada kondisi ini sering menimbulkan kemacetan. Kinerja arus lalu lintas di daerah komersial menjadi berkurang, karena disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi pada sisi jalan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah aktifitas pada sisi jalan atau hambatan samping berupa kendaraan keluar masuk, penyeberang jalan, dan kendaraan lambat. Jalan Panjaitan khususnya depan kelenteng Ban Hing Kiong dipilih sebagai lokasi penelitian karena pada ruas jalan ini sering terjadi kemacetan yang diakibatkan oleh tingginya aktifitas sisi jalan berupa banyaknya kendaraan yang berhenti yang menaikkan dan menurunkan penumpang, parkir di badan jalan, penyeberang jalan, kendaraan tidak bermotor, kendaraan yang keluar masuk sisi jalan, yang mempengaruhi arus lalu lintas, kecepatan, kapasitas. Penelitian dilakukan selama 4 hari, yaitu pada hari Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu. Pengambilan data secara langsung dilapangan, untuk volume lalu lintas, kecepatan kendaraan dan data hambatan samping dibagi per 15 menit. Selanjutnya dilakukan analisa data yang dibagi dalam dua bagian yaitu volume lalu lintas, kecepatan, dan kapasitas jalan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997. Sedangkan untuk pengaruh hambatan samping terhadap kecepatan arus lalu lintas, dianalisa menggunakan regresi berganda dengan bantuan Microsoft Excel dengan cara menghilangkan salah satu faktor hambatan samping untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing faktor hambatan samping terhadap kinerja arus lalu lintas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya aktifitas sisi jalan atau hambatan samping cukup berpengaruh terhadap tingkat kinerja arus lalu lintas. Faktor hambatan samping yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan arus lalu lintas adalah faktor kendaraan lambat 12.1 %, faktor penyeberang jalan 7.6 %, faktor kendaraan masuk dan keluar 5.5 %, faktor kendaraan berhenti 4.3 %, Selain itu diperoleh nilai kapasitas sebesar 1330.06 smp/jam, dengan derajat kejenuhan (DS) sebesar 0.986, Koefisien Determinasi (r) yang diperoleh dari hasil analisis yaitu sebesar 0.868, hal ini menunjukkan bahwa 86.8 % Perubahan variabel kendaraan keluar dan masuk penelitian, kendaraan berhenti, penyeberang jalan, dan kendaraan lambat secara bersama-sama mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas

    Rekayasa Geoteknik Dalam Desain Embung Doudsendow Diatas Lapisan Tanah Lunak

    Full text link
    Pemilihan tahapan konstruksi pada dam timbunan tanah (Earthfill Dam) dengan teknik yang efektif dilakukan diatas tanah dasar lunak (soft subsoil) dimana konsolidasi dapat menyebabkan penurunan akibat beban. Makalah ini menunjukkan studi perilaku dan stabilitas embung Doudsendow dalam tahapan konstruksi diatas lapisan tanah dasar lunak menggunakan metode elemen batas (Finite Elemen Methods,FEM) dengan bantuan program Plaxis. Perilaku tanah diselidiki dilaboratorium serta nilai dari tiap Perubahan tahapan dievaluasi. Pendekatan metode numerik dengan program Plaxis digunakan sebagai pemecahan praktis masalah geoteknik
    corecore