3 research outputs found
Scientism, Anti-Science, and Scientific Activities as an Expression of Religious Beliefs
This paper seeks to show how believers can carry out scientific activities or appreciate the results of scientific research as an expression of faith itself. This goal will be achieved by demonstrating two important distinctions, namely: 1) the difference between the rejecting scientism and anti-science stance, 2) the difference between rejecting scientism and accepting the reality of theism. Later, I will show how the narrative of conflict between the adherents of scientism and its opponents can be overcome by localizing the narrative of the conflict to local historical situations and at the end an alternative narrative taken from internal sources of the Christian religious tradition will be explained in relation to three things, namely: 1) assumptions about the relationship between faith and reason, 2) attitudes towards human critical efforts, and 3) attitudes towards nature and natural research activities. This proposal is expected to be an example of how science and faith can enrich each other in a dialogical-critical relationship
Injil Sebagai Kabar Tentang Kembalinya Kemuliaan Tuhan Ke Dalam Segenap Ciptaan
This article surveys various understanding on what the Gospel is: as âhow to get into heavenâ, a declaration about forgiveness of âpersonal sinsâ, an invitation for a social-political revolution, and a good news about the fulfillment of Godâs promise to Israel. The author argues for a theological and hermeneutical option to understand the gospel in a wider meta-narrative of creation, fall, and redemption. This option use a motif of âthe return of Godâs glory into the whole creationâ as a paradigm to understand the gospel. This article tries to show how polarization between âthe gospel of personal salvationâ and âthe social gospelâ can be overcome by understanding the gospel as a declaration of the âreturn of Godâs glory into creationâ. Artikel ini membahas aneka ragam pemahaman tentang apa itu Injil: sebagai âcara untuk masuk surgaâ, berita tentang pengampunan âdosa-dosa pribadiâ, suatu undangan bagi revolusi sosial-politik, sampai suatu kabar tentang penggenapan janji TUHAN kepada umat-Nya. Dalam artikel ini akan dipertimbangkan sebuah opsi teologis dan tafsir untuk memahami Injil dalam konteks meta-naratif yang lebih luas, yakni didalam penciptaan, kejatuhan, dan penebusan. Opsi teologis ini memakai motif âkembalinya kemuliaan Allah ke dalam seluruh ciptaanâ sebagai paradigma untuk memahami Injil. Artikel ini menunjukkan bagaimana polarisasi antara âInjil keselamatan pribadiâ dan âInjil sosialâ dapat diatasi dengan memahami injil sebagai deklarasi tentang âkembalinya kemuliaan Allah ke dalam segenap ciptaanâ
Revolusi Mental dan Injil Kerajaan Allah
Artikel ini ingin menjelaskan bagaimana Injil Yesus Kristus dapat berperan krusial dalam ârevolusi mentalâ. Tujuan ini dicapai melalui analisis pada relasi-relasi kekuasaan dari tiga konteks: Yudea abad pertama, Indonesia masa kolonial, dan Indonesia masa kini. Analisis difokuskan pada dinamika kekuasaan antara âwong cilikâ, âkaum priayiâ, dengan âtuan-tuanâ, lalu membandingkannya dengan dinamika kekuasaan dalam masyarakat Yudea abad pertama dan kiprah Yesus Nazaret serta murid-murid-Nya dalam menghasilkan ârevolusi mental dari bawahâ. Penulis berharap penelitian ini akan menunjukkan arahan yang lebih jelas tentang bagaimana Injil yang dihayati oleh orang-orang Kristen dapat menafasi perjuangan mereka sebagai warga negara Indonesia dari lubuk hati terdalam mereka, sebagai warga âkerajaan Allahâ. Para penulis Injil mengisahkan Yesus Kristus yang menghadirkan habituasi baru dalam interaksinya dengan kekuasaan maupun dengan kaum marjinal. Tulisan ini menerangkan pula bagaimana temuan tersebut dapat berguna bagi orang-orang Kristen dalam kiprahnya sebagai warga Indonesia modern