4 research outputs found

    ANALISIS LABORATORIUM PENGGUNAAN AGREGAT DARI QUARY WAE MESE UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT – NTT

    Get PDF
    Secara visual agregat dari lokasi quary Wae Mese dapat dimanfaatkan sebagai agregat untuk campuran beraspal panas maupun untuk campuran beton semen. Setelah dilakukan kajian secara laboratoris material tersebut dapat digunakan sebagai agregat campuran aspal panas AC-WC dengan hasil; memenuhi syarat dari aspek: gradasi agregat (batu pecah 3/4” dan 1/2" sebesar 1,65% dan 1,56%, abu batu dan pasir 9,06% dan 4,89%), berat jenis dan penyerapan air agregat (batu pecah 3/4" dan 1/2" sebesar 1,86% dan 1,50%, abu batu dan pasir 1,48% dan 1,96%) dan abrasi agregat sebesar 23,50%; dan memenuhi Spesifikasi untuk digunakan sebagai material campuran beraspal panas LASTON AC-WC berdasarkan hasil pengujian dan hasil perhitungan parameter Marshall, dengan menggunakan material asal Wae Mese , Kecamatan Watu Nggelek, Kabupaten Manggarai Barat , dengan kadar aspal Optimum 6,25%

    STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRS-WC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

    Get PDF
    Jalan raya merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena jalan raya berfungsi menghubungkan sumber–sumber produksi serta berperan  memperlancarkan mobilisasi dan arus transportasi  darat  pada  daerah–daerah sekitarnya yang dapat mempermudah atau mempercepat perkembangan pembangunan baik itu infrastruktur maupun ekonomi suatu daerah. Agar jalan dapat berperan secara optimal, maka jalan harus berada pada keadaan baik, harus memenuhi kriteria konstruksi perkerasan yaitu tidak mudah aus, dan tidak terjadinya perubahan bentuk (Deformasi), sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Struktur lapis perkerasan  jalan yang sekarang banyak digunakan adalah  struktur lapis perkerasan lentur dengan campuran aspal panas yang disebut Hot Mix, salah satu jenis campuran aspal panas yang digunakan adalah Lataston atau yang lebih di kenal dengan HRS (Hot Rolled Sheet), yang didesain untuk volume lalu-lintas ringan sampai berat. Perencanaan  campuran aspal antara agregat kasar, agregat halus, filler (abu batu) dan aspal, di rancang sesuai dengan spesifikasi umum sehingga mendapatkan mutu yang diinginkan, dalam hal ini kedap air (Impermeability) dan mempunyai ketahanan terhadap gaya geser maupun menerima beban lalu- lintas.Untuk mendapatkan campuran aspal dengan karakteristik yang baik maka terlebih dahulu dibuat formula campuran kerja atau yang lebih dikenal dengan Mix Formula. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan Bagaimana pengaruh penggunaan nilai konstanta aspal rencana  terhadap  stabilitas pada campuran Lataston (HRS-WC). Tujuannya adalah  untuk mengetahui konstanta yang ideal terhadap stabilitas pada campuran Lataston (HRS-WC). Maanfaatnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi Mix Design Campuran Lataston (HRS- WC) dan dapat mengetahui nilai konstanta yang baik untuk kadar aspal rencana dalam campuran Lataston (HRS-WC) dengan material  dari Quarry  Sumlili Kabupaten Kupang. Dari  hasil pengujian Marshall menunjukkan semakin besar nilai konstanta pada aspal rencana maka kadar aspal yang digunakan semakin besar. Dimana semakin besar kadar aspal yang digunakan dalam campuran mengakibatkan nilai stabilitas dan flow naik. Angka pendekatan yang dapat digunakan dalam campuran Lataston baik dari nilai 2-3 yang ideal yaitu 2, dikarenakan parameter atau sifat – sifat campuran pada konstanta 2 saling terkait atau berhubungan dimana parameter (VIM, VMA, VFA dan VIM PRD) dapat menentukan nilai kadar aspal optimum (KAO)

    KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T-14-2003 PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

    Get PDF
    Selain perencanaan geometric jalan, perkerasan jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang harus direncanakan secara efektif dan efisien, karena kebutuhan tingkat pelayanan jalan semakin tinggi. Jenis perkerasan jalan W.J. Lalamentik Kota Kupang adalah perkerasan lentur dengan jens lapis permukaan adalah HRS-WC, dimana jalan tersebut sering mengalami kerusakan berulang sebagai akibat dari beban lalulintas dan kondisi lingkungan. Perlu dicoba penggunaan perkerasan kaku untuk diketahui apakah perkerasan tahan sampai pada masa layannya. Terdapat banyak metode untuk mendesain tebal pelat beton ini, diantaranya menggunakan metode Pd T-14-2003 dan AASHTO 1993. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis alternatif desain tebal perkerasan mengkaji pada parameter perencanaan kedua metode, perencanaan tebal pelat beton, dan melakukan analisa perbandingan hasil kedua metode. Metode ini dimulai dengan pengumpulan data sekunder berupa data lalu lintas, data tanah dan data hidrologi, kemudian dilakukan perhitungan tebal pekerasan dengan menggunakan kedua metode, dan hasil perhitungannya dibandingkan. Parameter input perencanaan tebal perkerasan untuk metode Pd T-14-2003 adalah parameter lalu lintas, tanah dasar, pondasi bawah, pondasi bawah material berbutir, dan kekuatan beton. Parameter input perencanaan tebal perkerasan untuk metode AASHTO 1993 adalah parameter lalu lintas, modulus reaksi tanah dasar, material konstruksi perkerasan, realibility, dan koefisien drainase. Untuk studi kasus jalan W.J Lalamentik Kota kupang tebal pelat beton berdasarkan perhitungan metode Pd T-14-2003 adalah 16 cm, sedangkan berdasarkan metode AASHTO 1993 adalah 19 cm. Selisih yang didapat yaitu 3 cm dikarenakan perbedaan parameter input dari masing-masing metode

    Temporary Performance Degradation of Photovoltaic Street Light in Kupang City, Nusa Tenggara Timur Province, Indonesia

    No full text
    This study investigated the effect of dust to the performance degradation of PV street lights deployed at several areas (coastal, urban, industry, and village) in Kupang city. Results showed that maximum power output (Pmax) of all modules decreased by 9 % to 14 %. Short circuit current (Isc) was the parameter strongly affected by dust compared to open circuit voltage (Voc). Performance of the PV modules increased back to their initial conditions after cleaning. This was indicated by the increasing of Isc and Voc of the modules that leading to the escalating of their Pmax values. The worst effect of dust was exhibited by PV modules installed at coastal area. A simple analysis revealed that the module would lose 87.75 Wh of energy d–1. This study suggested that dust derating factor applied for PV street light design in Kupang should be higher than the standard (5 %)
    corecore