3 research outputs found

    Kombinasi Penambahan Suplemen Spirulina Spirulina Platensis dan Kunyit Curcuma Longa dalam Pakan dan Induksi Hormonal untuk Meningkatkan Kinerja Reproduksi Ikan Tengadak Barbonymus Schwanenfeldii (Bleeker, 1854)

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi peran kombinasi Spirulina platensis dan Curcuma longa dalam pakan dengan induksi Oodev terhadap proses pematangan gonad dan pematangan gonad kembali ikan tengadak. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor yang terdiri atas 12 kombinasi perlakuan dan 5 ulangan. Ulangan yang digunakan berupa ulangan individu. Faktor pakan terdiri atas empat jenis pakan yaitu pakan kontrol, pakan ditambah tepung kunyit 3% kg-1 bobot ikan, pakan ditambah tepung spirulina 3% kg-1 bobot ikan, dan kombinasi kunyit dengan tepung spirulina 6% kg-1 bobot ikan. Faktor hormon terdiri atas tiga taraf yaitu: 0,0 mL kg-1 bobot ikan, 0,25 mL kg-1 bobot ikan, dan 0,50 mL kg-1 bobot ikan. Ikan uji yang digunakan sebanyak 60 ekor ikan betina dengan bobot 150-400 g dan sudah mencapai tingkat kematangan gonad II. Ikan diberi pakan dua kali sehari (pagi dan sore) secara at satiation selama 14 minggu. Selama masa pemeliharaan parameter yang diamati meliputi indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, waktu pematangan gonad, konsentrasi 17β estradiol, diameter telur, dan fekunditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis pakan yang dikombinasi dengan induksi hormon 0,50 mL kg-1 bobot ikan dapat meningkatkan kinerja reproduksi lebih baik (220%) dibandingkan induksi hormon 0,25 dan 0,0 mL kg-1 bobot ikan. Penambahan tepung kunyit 3% dalam pakan dapat menghasilkan induk matang 100% di luar musim pemijahan. Dengan demikian, pemberian kombinasi suplemen baik spirulina atau kunyit dengan induksi hormon 0,5 mL kg-1 bobot ikan dapat menginduksi 2,2 kali lebih cepat di luar musim pemijahan

    Pengaruh Dopant terhadap Konduktivitas dan Struktur Elektronik Poli (Heksil Tiofen)

    Full text link
    PENGARUH DOPANT TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN STRUKTUR ELEKTRONIK POLI (HEKSIL TIOFEN). Poli(3-heksil tiofen) merupakan polimer terkonjugasi yang memiliki sifat optik dan listrik yang menarik dan memiliki potensi aplikasi sebagai bahan solar sel, fotodioda dan transistor organik. Untuk kepentingan aplikasi tersebut, diperlukan bahan polimer dengan tingkat konduksi listrik tertentu, yang besarnya dapat dikontrol melalui proses doping. Dalam penelitian ini dilakukan studi doping poli(3-heksil tiofen) dengan menggunakan dopant perklorat (HClO4) dan dianalisis pengaruhnya terhadap konduktivitas dan struktur elektronik bahan yang bersangkutan. Konduktivitas bahan yang diukur dengan teknik four line probe menunjukkan adanya peningkatan karena pengaruh dopant. Selain itu, hasil pengukuran dengan spektroskopi UV-Vis menunjukkan konsentrasi dopant mempengaruhi spektrum bahan poli(3-heksil tiofen). Konsentrasi dopant yang tinggi (lebih besar dari 0,25 M) menimbulkan puncak absorpsi baru pada panjang gelombang 750 nm, yang diinterpretasikan sebagai munculnya pita energi baru diantara band gap

    Status Deposisi Basah di Beberapa Wilayah Pemantauan di Indonesia Periode 2008-2015

    Full text link
    Deposisi asam terjadi sebagai dampak pencemaran udara akibat peningkatan emisi gas SOx dan NOx. Proses pencucian polutan gas-gas dan partikel yang terserap oleh elemen-elemen hujan kemudian terdeposisi pada permukaan bumi selama hujan menghasilkan deposisi basah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui status deposisi asam melalui pemantauan air hujan di lokasi yang telah ditentukan. Pengumpulan sampel deposisi basah di Indonesia menggunakan rainwater sampler dilakukan di beberapa wilayah yaitu Serpong, Bandung, Jakarta, Kototabang, dan Maros. Di tiap lokasi, dilakukan pengukuran jumlah presipitasi, pH, daya hantar listrik, dan analisis ion-ion. Rerata tahunan pH presipitasi tertimbang selama periode 2008-2015 di Serpong, Bandung, Jakarta, Maros, dan Kototabang masing-masing sebesar 4,86; 5,30; 4,71; 5,39; dan 4,93 , dimana seluruhnya lebih rendah dari pH normal air hujan yaitu 5,60. Hasil analisis parameter anion dan kation dalam air hujan menggunakan kromatografi ion menunjukkan adanya perbedaan komposisi di wilayah yang berbeda. Karakteristik pencemar deposisi basah di Serpong (daerah sub perkotaan) menunjukkan bahwa ion NH4+ dan NO3- paling dominan, sementara di Jakarta dan Bandung (daerah perkotaan) memperlihatkan adanya pengaruh ion NH4+ dan nss SO42-. Ion H+ dan Cl- terpantau menonjol yang ditemukan di area terpencil, Kototabang, sementara pengaruh ion Na+ dan Cl- terlihat cukup tinggi di Maros, sebagai daerah pedesaan
    corecore