7 research outputs found

    Jenis-jenis Tumbuhan Asing Invasif Di Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari, Papua Barat (Invasive Plant Species at Gunung Meja Recreational Park, Manokwari West Papua)

    Full text link
    Salah satu ancaman terhadap kawasan lindung dan wisata alam adalah invasi tumbuhan asing yang seringkali mempengaruhi kondisi keanekaragaman hayati, fungsi-fungsi alami serta mengurangi keindahan kawasan. Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat telah menghadapi masalah sebaran tumbuhan asing invasif. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan asing invasif yang menyebar di daerah tepi kawasan TWA Gunung Meja. Survei lapangan dengan metode penjelajahan diikuti dengan observasi dan identifikasi jenis dilaksanakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya 39 jenis tumbuhan asing dari 19 famili, yang berpotensi invasif dan mulai menyebar di tepi kawasan TWA Gunung Meja. Jenis-jenis ini berasal dari famili Asteraceae dan Fabaceae (masing-masing 8 jenis), famili Verbenaceae, Convolvulaceae, Commelinaceae, Euphorbiaceae dan Piperaceae (masing-masing 2 jenis), serta masing-masing 1 jenis dari famili Poaceae, Cyperaceae, Malvaceae, Bignoniaceae, Menispermaceae, Cannaceae, Acanthaceae, Solanaceae, Aristolochiaceae, Phyllantaceae, dan Rubiaceae. Jenis-jenis tersebut berasal dari beragam habitus seperti semak, rumput, teki, perdu, liana, dan pohon. Terdapat sedikitnya 5 (lima) jenis tumbuhan yang perlu diwaspadai, yaitu Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob., Lantana cammara L., Merremia peltata (L.) Merrill, Mikania micrantha H.B.K., dan Spathodea campanulata P.Beauv. Jenis-jenis tersebut secara nasional dan global dikenal sebagai jenis asing invasif yang sangat berpotensi menyebabkan degradasi ekosistem dan hilangnya habitat

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 MALUKU BARAT DAYA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL),  creatve problem solving (CPS), dan model pembelajaran konvensional terhadap higher order thinking skills (HOTS) siswa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam peneleitian ini adalah eskperimen semu dengan desain penelitian  faktorial 3x3. Adapun penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 MBD tahun ajaran 2021/2022 ganjil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CPS, PBL, dan konvensional pada materi program linier di kelas XI MIA SMA Negeri 4 MBD; (2) Terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang memiliki KAM tinggi, sedang, dan rendah pada materi program linier di kelas XI MIA SMA Negeri MBD; dan (3) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran CPS, PBL, dan konvensional dengan KAM tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

    Analisis Vegetasi pada Hutan Koridor Cagar Alam Pegunungan Tamrau Utara dan Suaka Marga Satwa Jamursba-medi Sorong

    Full text link
    Cagar Alam Pegunungan Tamrau Utara dan Suaka Margasatwa Jamursba Medi adalah dua kawasan konservasi yang terdapat diPapua. Kedua kawasan konservasi inimulai tahun 2000 telah diusulkan untuk digabungkan menjadi satu yaitu kawasan Taman Nasional Pegunungan Tamrau Utara- Pantai Jarnursba-Medi. Sebagai kawasan konservasi kedua kawasan itu memiliki beberapa prioritas yang berdasarkan pada kekayaan jenis, keanekaragaman habitat, dan nilai keunikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan berkayu pada hutan dataran rendah koridor Cagar Alam (CA) Pegunungan TamrauUtara dan Suaka Margasatwa (SM) Jamursba-MediSorong.Metode yang digunakan dalam penelitian in iadalah metode deskriptif dengan teknik survey. Pengambilan contoh vegetasi menggunakan petak contoh Witthaker yang telah di modifikasi. Peletakan petak contoh dilakukan secara purposif dengan memperhatikan faktor kelerengan, ketinggian tempat, danjarak dari sungai.Hasilpenelitian menunjukkan bahwa populasi hutan dikoridor C.A. Pegunungan Tamrau Utara S.M.Pantai Jamursba-Medi tersusun atas 52 jenis pohon, 23 jenis tiang, 28 jenis pancang, dan 42 jenis anakan. Pada tingkat pohon terdapat 23 famili,tingkat tiang 15 famili, tingkat pancang 18 famili,dan tingkat anakan 30famili.Padatingkat permudaan semaivegetasi berkayu (pohon) yangdominan adalah Drypetes longifolia,Meme cylonsp.,dan Sizygiumsp.;pada tingkat permudaan pancang jenis yang dominan adalah Canarium indica,Vaticap apuana,dan Lithocarpusr ufovillosus; tingkat permudaan tiangjenis yang dorninan adalah L.rufovillosus, Reinwardtiodendronsp., dan Urandra brasii;sedangkan pada tingkat pohon jenis yang dominan adalah L.rufovillosus ,Intsiapalembanica ,dan Pometiapinnata

    Struktur Vegetasi Habitat Palem Kol Irian (Licuala Tllifera Becc.) Pada Kawasan Hutan Primer Kali Waramui Distrik Masni Kabupaten Manokwari

    Full text link
    Salah satu jenis palem yang terdapat pada kawasan hutan Kali Waramui adalah jenis palem kol irian (Licuala tilifera Becc.). jenis palem ini merupakan salah satu jenis palem endemik Papua dan sangat berpotensi sebagai tanaman hias lokal terutama bagi masyarakat yang berada pada daerah Papua. Namun sampai saat ini informasi mengenai potensi dan habitat jenis palem tersebur pada kawasn hutan Kali Waramui masih sangat kurang sehingga langkah yang perlu diambil adalah melakukan penelitian pada kawasan hutan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi dan kondisi habitat jenis kol irian (Licuala tilifera) pada kawasan hutan primer Klai Waramui di Kampung Meikosa Disrtik Masni Kabupaten Manokwari yang terletak pada kawasan hutan dataran rendah Prafi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Pengamatan terhadap palem Licuala tilifera dilakukan bersama-sama dengan tumbuhan berkayu (pohon) dengan menggunakan contoh samplig kombinasi plot dan jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa habitat Licuala tilifera terdiri dari 102 jenis vegetasi kayu berkayu dari 30 famili yang membetuk struktur dan komposisi hutan Kali Waramui. Vegetasi tumbuhan berkayu pada tingkat pohon yang dominan di antaranya pimelliodendron amboinensis, Alpitoinia microcorpa, Alstonia scholaris, dan Intsia Palembonica. Struktur populasi Licuala tilifera membentuk struktur populasi yang normal. Semai (55,17%) menempati dasar piramida, tumbuh muda (27,59%) menempati bagian tengah, dan puncak piramida ditempato oleh tumbhan dewasa(17,24%). Licuala tilifera pada kawasan Kali Waramui tumbuh baik pada ketinggian tempat 255-390m dpl, kelerangan 0-115%. kisaran kelerengan tersebut sanagat bervariasi dan memiliki kondisi habitat yang datar,lereng,lembah dan puncak, pada tanah-tanah dengan keadaan solum sedang, sedikit berbatu, banyak serasah atau bahan organik dan tanah umumnya kering, lembab, sedikit atau belumpur dengan naungan sedang sampai berat (60-90%), suhu optimum berkisar antara 27-30 C dan kelembaban berkisar antara 75-92%. Habitat demikian umumnya terdapat pada lembah-lembah dan lereng-lereng yang tidak curam (kelerengan<20%)

    Pattern of tree diversity in lowland tropical forest in Nikiwar, West Papua, Indonesia

    No full text
    Trees are significant components of ecosystems built by several widespread species. For instance, Papua forest is known to comprise abiotic and biotic elements. Also, certain plants have grown in popu- larity to a point where they are discovered almost everywhere. The purpose of this study, therefore, was to investigate tree diversity, distribution, and the importance of conservation. Data were collected in four locations using a total of 24 sample plots spread across Idoor, Karst, Persemaian, and Torembi, where seven, four, seven, and five plots were allocated, respectively. These forests formed a mixed natural plantation comprising 76 species from 35 families. Furthermore, Idoor and Karst generated the highest species diver- sity and varied significantly compared to Persemaian, while Torembi showed similarities with the other three locations. This condition formed three ecosystem communities across Persemaian, Karst, Idoor, and Torembi. Also, the composition of the dominant species showed variations at the seedling and sapling levels believed to structure the understory, while the pole and tree levels characterized the overstory. The total species status was described as critically endangered (CR) of two species, vulnerable (VU) of six species, least con- cern (LC) of 28 species, and data deficient (DD) species. Therefore, location management is advised to not only pay significant attention in terms of economic benefits but also ecological, including the provisions for ex-situ and in-situ conservation to support sustainable forest management
    corecore