176 research outputs found
Coping Terhadap Stress Kerja Pada Perawat Yang Pernah Menangani Pasien Hiv/aids
Perawat merupakan seseorang yang bekerja dengan beban kerja yang berat, ditambah adanya ketakutan tertular penyakit dari pasien. Penyakit HIV/AIDS dengan cara penularan melalui cairan tubuh manusia tentunya tidak dapat dihindari oleh perawat yang setiap harinya berhubungan dengan hal tersebut. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menjelaskan coping stress pada perawat ketika banyaknya tekanan yang muncul akibat beban kerja dan ketakutan tertular virus HIV/AIDS. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode fenomenologi dengan teknik Deskripsi Fenomena Individual (DFI). Pendekatan ini dipilih karena melihat bagaimana cara coping terhadap stres kerja yang digunakan oleh perawat. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dengan kriteria subjek penelitian yaitu tiga orang perawat dengan latar belakang tugas pekerjaan yang berbeda yaitu perawat rawat inap (24), kepala keperawatan (49) dan perawat ruang operasi (23). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis coping yang sering digunakan subjek adalah emotion focus coping, subjek selalu mengingat motivasi dalam bekerja dan memanfaatkan waktu libur untuk keluarga disaat mengalami stres kerja
Pengaruh Penambahan Kapur Dengan Lamanya Waktu Perawatan (Curing) Terhadap Kekuatan Dan Pengembangan (Swelling) Tanah Lempung Ekspansif
Kurang lebih dari 20% wilayah di Pulau Jawa dan 25% tanah di Indonesia adalah tanah lempung ekspansif dimana tanah ini mengandung mineral monmorilonite yang sangat tinggi. Dimana tanah ini sangat sensitive terhadap kadar air, memiliki kembang susut yang sangat tinggi dimana sangat mengganggu dalam pekerjaan kontruksi. Maka dari itu diperlukan salah satu andil dalam menyelesaikan permasalahan ini dengan cara stabilisasi tanah. Stabilisasi yang dipakai adalah stabilisasi kimiawi dengan mencampurkan tanah asli dengan slurry air kapur. Dengan tujuan mengetahui berapa kenaikan dari kekuatan tanah campuran tersebut serta penurunan dari nilai swelling. Pada percobaan ini dilakukan dengan perlakuan mendiamkan sampel (curing) yang telah dibuat selama 4 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Didapatkan hasil pada hari ke 28 nilai CBR mengalami peningkatan sebesar 71,016% untuk unsoaked sedangkan 225,042% untuk soaked dan untuk nilai swelling mengalami penurunan sebesar 63
Pengaruh Interaksi Edukatif Guru dan Siswa terhadap Motivasi Belajar di SMA
This study aims to determine the effect of educational interaction of teachers and students\u27 motivation to learn at SMA 01 Semparuk Sambas district. The method used is descriptive method with survey forms.. Total population of 241 with a sample of 150 students. The data collection techniques used in this research is the technique of direct observation, indirect communication techniques and documentaries with a data collector in the form of a questionnaire and sheet notes from the teacher concerned and data processing using simple linear regression analysis with the help of SPSS version 18. The results of the data analysis shows that there the effect of educational interaction of teachers and students motivation to learn on the subjects of sociology at SMAN 01 Semparuk Sambas district while the remaining 26.1% is influenced by other variables
Pengaruh Perbedaan Jenis Viscera Ikan Sebagai Bahan Baku Dan Penambahan Enzim Tripsin Terhadap Mutu Kecap Ikan
Kecap ikan merupakan produk hasil fermentasi yang dibuat dari ikan rucah maupun limbah ikan dan biasanya digunakan sebagai bumbu masakan. Perbedaan penggunaan bahan baku pada pembuatan kecap ikan dari ikan air laut dan ikan air tawar telah dilaporkan memberikan perbedaan terhadap komposisi kimia dan mutu produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis viscera sebagai bahan baku pada pembuatan kecap ikan dengan penggunaan garam (NaCl) 25% dan penambahan enzim tripsin 0,3% selama fermentasi 1,5 bulan terhadap mutu kimiawi dan sensori produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis viscera ikan sebagai bahan baku pada proses fermentasi kecap ikan dengan kadar garam 25% selama 1,5 bulan, dengan penambahan enzim tripsin 0,3% menyebabkan nilai TVBN dan nilai TMA produk lebih rendah secara nyata, dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan enzim, tetapi tidak mempengaruhi nilai amonia produk. Terdapat interaksi antara perlakuan perbedaan bahan baku dan perlakuan penambahan enzim tripsin terhadap nilai warna produk. Kecap ikan dengan bahan baku viscera ikan Lele dengan penambahan enzim tripsin 0,3% komposisi kimianya berupa nilai TVBN (33,03 mgN/100ml), nilai TMA (6,07 mgN/100ml) dan nilai Amonia (18,31 mgN/100ml) sudah memenuhi kriteria mutu kecap ikan komersial dari Taiwan Grade II. Produk tersebut disukai oleh panelis dengan nilai 6,43. Fish sauce is the product of fermentation from trash fish or fish viscera and it is usually used as condiment. The different type of raw material in the production of fish sauce of sea water fish and freshwater fish has been reported to give the significant difference to the chemical compounds and the quality of product. This study aimed to determine the effect of different types of viscera as a raw material in the production of fish sauce with salt (NaCl) 25% and the addition of 0.3% trypsin enzyme during fermentation of 1,5 months toward the sensory quality and chemical compounds. The results showed that different type of fish viscera as raw materials in fish sauce fermentation processing with salt content of 25% during 1,5 months, with the addition of trypsin enzyme 0,3% causes TVBN and TMA value of the product lower significantly, compared with the treatment without the addition of enzyme, but did not affect to the ammonia value. There was interaction between the different treatment of the raw materials and the addition of the trypsin enzyme to the color value. Fish sauce using freshwater catfish viscera with the addition of 0,3% trypsin enzymes resulted chemical composition mainly TVBN (33,03 mgN/100ml), TMA (6,07 mgN/100ml) and ammonia values (18,31 mgN/100ml) already meet the standard of the commercial fish sauce Thaiwan Grade II. The products were preferred by the panelists with a score of 6,43
Pengaruh Penambahan Tepung Yang Berbeda Terhadap Kualitas Produk Petis Dari Cairan Sisa Pengukusan Bandeng (Chanos Chanos Forsk) Presto
Limbah cair dari proses pembuatan bandeng presto dapat digunakan untuk membuat petis. Penambahan tepung yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas produk petis berdasarkan analisa kimiawi dan sensori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan pengisi terhadap kualitas kimia dan sensori petis serta untuk mengetahui potensi masing-masing tepung sebagai bahan pengisi petis. Materi penelitian berupa cairan sisa rebusan bandeng. Metode yang digunakan adalah experimental laboratories dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan perbedaan bahan pengisi. Parameter uji yang diamati adalah uji sensori, kadar asam glutamat, dan uji proksimat (kadar protein, lemak, air, karbohidrat dan abu). Hasil penelitian menunjukkan nilai uji sensori secara umum terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05). Kadar asam glutamat tertinggi pada terigu 4,09 ± 0,56; kadar protein tertinggi pada terigu 23,60 ± 2,73; kadar lemak tertinggi pada terigu 5,39 ± 1,70; kadar air terendah pada terigu 33,49 ± 0,61; kadar karbohidrat terendah pada terigu 34,99 ± 3,63; dan kadar abu tertinggi pada terigu 2,52 ± 0,17. Perbedaan bahan pengisi mempengaruhi kualitas petis dan penambahan terigu menghasilkan kualitas petis terbaik dalam hal nutrisi dan penerimaan konsumen. Liquid waste from milkfish presto can be used to produced petis. The addition of different flour can affect the qualityof petis, among others, based on chemical and sensory analysis. This study aims to determine the influence of difference flour to the chemical and sensory quality of petis and to determine the potential of each flour as filler of petis. The study material in the form is the waste water of stew milkfish. The methods used is an experimental laboratories by using Randomized Block Design with 3 different treatment of adding material. The test parameter were observe sensory test, glutamic acid content, and proximate analysis (protein, fat, carbohydrat, moisture, ash content). The results of sensory test showed that differences in fillers generally give a significant influence (P < 0,05). The highest of glutamic acid content is 4,09 ± 0,56 in wheat flour; the highest protein content is 23,60 ± 2,73 in wheat flour; the highest fat content is 5,39 ± 1,70 in wheat flour; the lowers moisture content is 33,49 ± 0,61 in wheat flour; the lowers carbohydrates content is 34,99 ± 3,63 in wheat flour; and the highest ash content is 2,52 ± 0,17 in wheat flour. Differences of the filler affect the quality of petis and the addition of flour produces the best quality of petis in nutrition and consumer acceptance
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Terhadap Mutu Sensori Dan Kandungan Senyawa Volatil Pada Terasi Ikan Teri (Stolephorus SP)
Terasi ikan teri (Stolephorus sp) merupakan produk fermentasi ikan yang berbentuk semi basah yang dalam pembuatannya ditambahkan garam. Garam dalam pembuatan terasi mempunyai peranan sebagai pemberi rasa asin, sebagai pengawet, dan membantu dalam pembentukan flavour serta memperbaiki mutu sensori terasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi garam terhadap mutu sensori dan kandungan senyawa volatil pada terasi ikan teri.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan teri segar dan garam. Parameter yang diuji adalah nilai organoleptik, kadar air, aw, pH, dan kandungan senyawa volatil. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental lapangan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan faktor perbedaan konsentrasi garam 2 % (TKA); 8,5% (TKB); dan 15% (TKC) yang difermentasikan selama 30 hari pemeraman. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of Variance (ANOVA). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai organoleptik terasi TKA, TKB, dan TKC berturut-turut adalah7,64≤m≤7,90; 8,08≤m≤8,36;dan 7,74≤m≤7,96 sehingga layak untuk dikonsumsi. Analisa nilai pH antara 6,52 – 6,62; nilai kadar air antara 33,36 – 34,69%; nilai aw antara 0,73 – 0,79. Analisa nilai kandungan senyawa volatil dengan menggunakan Electronic Nose yaitu untuk nilai gugus alkohol berkisar antara 0.150 – 0.210 mV, hidrogen sulfida antara 0.139 – 0.208 mV, ammonia antara 0.123 – 0.176 mV dan aroma umum antara 0.076 – 0.156 mV. Hasil penelitian terbaik secara obyektif menurut parameter mutu sensori terdapat pada terasiTKBkarenamemilikikenampakan, bau, rasa, dan tekstur yang lebih disukai panelis.Parameter kandungan senyawa volatil yang memiliki aroma paling kuat terdapat pada terasi TKAberdasarkan deteksi Elektronic Nose. Perbedaankadargarammemberikanpengaruh yang berbedanyataterhadapmutu sensori, pH, aw dan kandungan senyawa volatil terasi ikan teri. Anchovy (Stolephorus sp) Fish Paste is one of fish fermented products in semi-moist form which is added salt during the procces. Salt added has a role as chemical agent giving salt taste, as preservative agent, and in flavor production for increase its sensory quality. The aims of this research was to identify the influences of different salt concentrations on quality of sensory and volatile compound of anchovy (Stolephorus sp) fish paste.Materials used in this research were anchovy (Stolephorus sp) fish and salt. The parameters tested were sensory (organoleptic), water content, water activity (Aw), pH, and the content of volatile compound. The method used is field experimental using Completely Randomised Design with different salt concentrations 2% (TKA); 8,5% (TKC); snd 15% (TKC) which were fermented during 30 days. Analysis used in this research was Analysis of Varians (ANOVA).Based on the result, it was obtained that there is different organoleptic scores from different samples used, which are 7.64≤m≤7.90 for (TKA), 8.08≤m≤8.36 for (TKB), and 7.74≤m≤7.96 for (TKC). It showed that all the samples are acceptable to be consumed. Analyses of pH assesmentwas obtained range between 6.52-6.62; moisture content range between 33.36-34.69%. While the score of Aw was obtained range between 0.73-0.79. Analysis of volatile compunds used Electronic Nose was obtained 0.150-0.201 mV for the score of alcohol compound. And for general flavor range between 0.076-0.156 mV. Based on the result of sensory parameter, TKB is the best sample, it was caused by appereance, smell, taste, and texture which was preffered by panelists.Volatile compound parameter showed that the sample TKAis the strongest flavor based detection of Electronic Nose. While based on The different of salt concentrations gave significant effect on the quality of sensory, pH, aw and the content of volatile compound of anchovy fish paste
Pengaruh Penambahan Tepung Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Terhadap Kadar Kalsium Stik Keju
Cangkang rajungan (Portunus pelagicus) merupakan limbah padat yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selama ini nilai tambah cangkang rajungan hanya diperoleh dari industry pakan. Penambahan tepung cangkang rajungan diharapkan dapat dijadikan alternative sumber kalsium tambahan pada stik keju. Stik keju merupakan makanan ringan yang banyak dijumpai dan digemari masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan kalsium dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap gizi stik keju dengan penambahan tepung cangkang rajungan, serta untuk mengetahui konsentrasi optimal tepung limbah cangkang rajungan pada stik keju. Penelitian dilakukan dua tahap, tahap pertama dilakukan penambahan tepung cangkang rajungan dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 15%. Konsentrasi terpilih sebesar 5% sebagai konsentrasi penambahan tepung cangkang rajungan terbaik yang dapat diterima secara sensori. Tahap kedua penelitian dilakukan penambahan tepung cangkang rajungan pada stik keju dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7%, kemudian dilakukan pengujian organoleptik, kadar kalsium, kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar fosfor dan tingkat kekerasan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung cangkang rajungan pada stik keju memberikan pengaruh beda nyata (p < 0,05) terhadap semua parameter uji. Konsentrasi 5% menjadi konsentrasi terbaik dengan nilai kadar kalsium 2,39%, kadar air 4,40%, kadar protein 11,29%, kadar lemak 40,27%, kadar fosfor 0,48%, tingkat kekerasan 3,55 N, dan nilai hedonik 7,01
Pengaruh Penambahan Oksidator Dan Reduktor Terhadap Degradasi Ekstrak Kasar Pigmen Fukosantin Rumput Laut Sargassum Duplicatum
Fukosantin merupakan karotenoid utama yang ada pada S. duplicatum. Fukosantin mudah mengalami Perubahan molekul, isomerasi dan degradasi. Oksidator dan reduktor adalah faktor yang dapat mengakibatkan degradasi pigmen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan oksidator dan reduktor terhadap degradasi ekstrak kasar pigmen fukosantin rumput laut S. duplicatum pada penyimpanan suhu ruang selama 12 jam. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut S. duplicatum sebanyak satu kilogram yang diambil di perairan Pantai Bandengan, Jepara. Variabel yang diamati adalah kandungan fukosantin, nilai pH, dan nilai total Perubahan warna (ΔE). Penelitian ini dilakukan dengan metode percobaan laboratoris menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola percobaan split plot in time. Sebagai main plot adalah lama penyimpanan (0, 3, 6, 9, dan 12 jam) dan sebagai sub plot adalah jenis perlakuan (kontrol, oksidator, dan reduktor). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis perlakuan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan fukosantin, pH, dan total Perubahan warna. Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan fukosantin dan total Perubahan warna. Penambahan oksidator (hidrogen peroksida) menyebabkan laju degradasi yang lebih kecil dibandingkan dengan penambahan reduktor (asam askorbat). Setelah penyimpanan selama 12 jam, pada penambahan oksidator pigmen fukosantin berkurang sebesar 28.04% dari nilai awal, nilai pH menurun sebesar 6.65% dari nilai awal, dan nilai total Perubahan warna meningkat menjadi 106.89% dari nilai awal, sedangkan pada penambahan reduktor pigmen fukosantin berkurang sebesar 29.54% dari nilai awal, nilai pH menurun sebesar 9.25% dari nilai awal, dan nilai total Perubahan warna meningkat menjadi 139.93% dari nilai awal. Fucoxanthin was the main carotenoid in S. duplicatum. The molecul of fucoxanthin can be changed, isomerized and degraded easily. Oxidator and reductor were one of the factors that causing degradation of pigment. The objective of this study was to know the effect of oxidator and reductor addition to the crude fucoxanthin of S. duplicatum degradation stored at room temperature for 12 hours. The raw material of this research was one kilogram of S. duplicatum which was taken from coastal waters Bandengan, Jepara. The variables that have been choosen for this study were fucoxanthin content, pH, and color changed (ΔE). The method of this study was laboratory experimental using split plot in time experimental pattern with Completely Randomized Design. The different time of storages (0, 3, 6, 9 and 12 hours) were the main plot for this study, the others sub plot were the different treatments (control, oxidator, and reductor). This study showed that the different treatments and the different time of storages factor had significantly (P<0,05) effect to fucoxanthin content, pH, and color changed (ΔE). Interaction of each factor had significantly (P<0,05) effect to fucoxanthin content and color changed. After storage for 12 hour, oxidator addition of fucoxanthin content was reduced up to 28.04% from the initial, pH was decreased into 6.65% from initial, and color changed was increased into 106.89% from initial, while reductor addition of fucoxanthin content was reduced up to 29.54% from initial, pH was decreased into 9.25% from initial, and color changed was increased into 139.93% from initial
- …
