4 research outputs found

    efisiensi biaya pakan melalui pemanfaatan rayap pohon coptotermes sp dalam pembesaran ikan mas komet carassius auratus auratus

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pertumbuhan relatif ikan mas komet dengan persentasi pakan rayap dan pelet, rasio konversi pakan dan efisiensi pakan dari masing-masing perlakuan, dan menganalisis biaya pakan yang dikonsumsi. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan pakan rayap dan pelet dengan persentase yang berbeda. Perlakuan A = rayap 20% ; pelet 80%, B = rayap 40% ; pelet 60% dan C = rayap 60% ; pelet 40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pakan rayap dan pelet memberikan pertumbuhan relatif yang lebih baik pada perlakuan A 0,42 gram, B 0,10 gram dan C 0,26 gram. Nilai FCR yang terbaik diperoleh oleh perlakuan A 2,04 diikuti oleh C 3,3 dan B 7,9. Begitu pula dengan nilai Efisiensi pakan nilai terbaik diperoleh oleh perlakuan A 51,6%, diikuti oleh C 29,58% dan B 11,02%. Nilai biaya pakan yang terendah didapat oleh perlakuan A Rp. 4.112,-, diikuti oleh C Rp. 4.496,- dan B Rp. 5.008,-. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan rayap pohon sebesar 20% dapat menjadi pakan komplementer dalam pembesaran ikan komet

    Aktivitas Pemijahan, Perkembangan Awal, dan Pertumbuhan Larva Ikan Pelangi Arfak dalam Kondisi Laboratorium: Studi Pendahuluan untuk Penangkarannya

    Get PDF
    Comprehensive information regarding the reproduction, early development, and growth of larvae is very important in the efforts of captive breeding and reintroduction of endangered fish species. One of the species that is starting to be threatened is the Arfak rainbowfish, Melanotaenia arfakensis which is already in the vulnerable category and its information is still relatively limited. Therefore, this study was conducted to describe the spawning activity, early development, and growth of the larvae of this rainbow fish species under laboratory conditions. Experiments on a laboratory scale were carried out in March-September 2017. The fish used came from the Nimbai Stream. A total of three pairs of individual males and females ranging in size from 46.5 to 60.1 mm were selected for treatment. However, only one pair was successfully observed spawning activity completely. Spawning takes place between morning and noon in three spawning periods. In each period, spawning lasts between 8 and 11 days. Between spawning periods takes 14 to 22 days. After fertilization, the eggs are attached with filaments to the spawning substrate and placed at a depth of 7.3-24.3 cm from the surface of the water. One group of eggs spawned consists of 78-116 eggs with a diameter range between 1.05 and 136 mm. The eggs hatch in a period of 4 to 10 days. The body length of the newly hatched larvae ranges from 4.13-4.40 mm and will reach a size of 7.85 mm with a survival rate of 48.1% after 41 days. The results of this study found several advantages from the characteristics of spawning and growth in the early stages that are useful for captive breeding efforts and reintroduction of this rainbowfish to their natural habitat. Thus, its population in the Prafi River system can be maintained.Informasi yang lengkap mengenai reproduksi, perkembangan awal, dan pertumbuhan larva menjadi sangat penting dalam upaya penangkaran dan reintroduksi spesies ikan yang terancam punah. Salah satu di antara spesies yang mulai terancam adalah ikan elangi Arfak, Melanotaenia arfakensis yang sudah berada dalam kategori rentan dan informasinya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aktivitas pemijahan, perkembangan awal, dan pertumbuhan larva spesies ikan elangi ini dalam kondisi laboratorium. Percobaan dalam skala laboratorium dilaksanakan pada bulan Maret-September 2017. Ikan yang digunakan berasal dari Sungai Nimbai. Sebanyak tiga pasang individu jantan dan betina dengan kisaran ukuran 46,5 sampai 60,1 mm dipilih untuk perlakuan. Namun, hanya satu pasangan yang berhasil diamati aktivitas pemijahannya secara lengkap. Pemijahan berlangsung di antara waktu pagi hari sampai siang hari dalam tiga periode pemijahan. Dalam setiap periode, pemijahan berlangsung di antara 8 dan 11 hari. Antarperiode pemijahan membutuhkan waktu 14 sampai 22 hari. Setelah dibuahi, telur dilekatkan dengan filamen pada substrat pemijahan dan diletakkan pada kedalaman 7,3-24,3 cm dari permukaan air. Satu kelompok telur yang dipijahkan terdiri atas 78-116 butir dengan kisaran diameter di antara 1,05 dan 136 mm. Telur menetas dalam periode 4 sampai 10 hari. Panjang tubuh larva yang baru menetas berkisar 4,13-4,40 mm dan akan mencapai ukuran 7,85 mm dengan tingkat sintasan 48,1% setelah 41 hari. Hasil penelitian ini menemukan beberapa kuntungan dari karakteristik pemijahan dan pertumbuhan tahap awal yang bermanfaat untuk upaya penangkaran dan pelepasliaran ikan ini ke habitat aslinya. Dengan demikian, populasinya di sistem Sungai Prafi dapat tetap dilestarikan

    Studi Kelayakan Lokasi Budidaya Rumput Laut di Perairan Kampung Menyumfoka dan Pulau Kaki Kabupaten Manokwari

    No full text
    The feasibility study of the location of seaweed cultivation is very important to be carried out in order to ensure the sustainability of the cultivation activities in question. Therefore, this study aims to examine the feasibility of the technical aspects of seaweed cultivation to support the development of seaweed cultivation in the coastal waters of Mengumfoka Village and Kaki Island, Manokwari Regency. The research method is the observation method with survey techniques (in situ and ex situ). The results showed that the two research sites had characteristics of the physical-chemical and biological conditions of the waters that could support seaweed cultivation activities. Location KA1 has a score of 86.2, which means the location is highly suitable, while location KA2 has a score of 75.4 or moderately suitable as a location for seaweed cultivation. In general, KA1 and KA2 locations have the same conditions, but KA2 locations are more open than KA1 locations, so that KA2 locations have more risk due to large currents and waves due to seasons. So the location of KA2 can only do seaweed cultivation during the shady season.Studi kelayakan lokasi budidaya rumput laut sangat penting untuk dilakukan dalam rangka menjamin keberlanjutan kegiatan budidaya yang dimaksud. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelayakan aspek teknik budidaya rumput laut untuk mendungkung kegiatan pengembangan budidaya rumput laut di perairan pesisir Kampung Menyumfoka dan Pulau Kaki Kabupaten Manokwari. Metode penelitian yaitu metode observasi dengan teknik survey (in situ dan ex situ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua lokasi penelitian memiliki karakteristik kondisi fisik-kimia dan biologi perairan yang dapat mendukung kegiatan budidaya rumput laut. Lokasi KA1 memiliki nilai skor 86,2 yang artinya lokasi tersebut sangat sesuai (hightly suitable), sedangkan lokasi KA2 memiliki nilai skor 75,4 atau cukup sesuai (moderately suitable) sebagai lokasi budidaya rumput laut. Lokasi KA1 dan KA2 secara umum memiliki kondisi yang sama, namun lokasi KA2 lebih terbuka dibandingkan dengan lokasi KA1, sehingga lokasi KA2 lebih memiliki resiko akibat besarnya arus dan gelombang karena musim. Maka lokasi KA2 hanya bisa dilakukan kegiatan budidaya rumput laut pada saat musim teduh saja

    Biologi Reproduksi Ikan Kiper, Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) di Teluk Pabean, Indramayu

    No full text
    The spotted scat, Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) is a component of the estuarine ecosystem with little reproductive information. Therefore, this study was conducted with the aim of describing aspects of the reproductive biology of this fish species through sex ratio, size at first sexual maturity, and spawning season. The collection of fish samples from the waters of Pabean Bay was carried out every month between January and December 2015. The fishing gear used were sero and gill nets. A total of 428 individuals were collected consisting of larval, juvenile, pre-adult, and adult stages. The ratio of the number of male and female individuals is relatively balanced (1.00 : 1.05). The size of the male individual's first sexual maturity at a total length of 102.95 mm and 112.44 mm in female individuals. The composition of gonadal maturity level and gonadal maturity index value indicated that there was reproductive activity that lasted throughout the year and increased in January-February and September-November. Information on reproductive aspects obtained in this study can be used as a basis for the management of this fish resource, including through recommendations for closing locations and fishing times.Ikan kiper, Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) adalah salah satu komponen pada ekosistem estuari yang masih sedikit informasi reproduksinya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aspek biologi reproduksi jenis ikan ini melalui rasio kelamin, ukuran pertama kali matang kelamin, dan musim pemijahan. Pengumpulan contoh ikan yang berasal dari perairan Teluk Pabean dilakukan setiap bulan di antara Januari dan Desember 2015. Alat tangkap yang digunakan adalah sero dan jaring insang. Sebanyak 431 individu berhasil dikumpulkan yang terdiri atas tahap larva, yuwana, pradewasa, dan dewasa. Perbandingan jumlah individu jantan dan betina relatif seimbang (1,00 : 1,05). Ukuran pertama kali matang kelamin individu jantan pada ukuran panjang total 102,95 mm dan 112,44 mm pada individu betina. Komposisi tingkat kematangan gonad dan nilai indeks kematangan gonad menunjukkan adanya aktivitas reproduksi yang berlangsung sepanjang tahun dan meningkat pada Bulan Januari-Februari dan September-November. Informasi mengenai aspek reproduksi yang diperoleh dalam penelitian ini bisa menjadi dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan ini, di antaranya melalui rekomendasi untuk penutupan lokasi dan waktu penangkapan
    corecore