1 research outputs found

    PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian dari surat kabar Kompas dan Jawa Pos tentang kisruh pilkada di Mojokerto yang di muat oleh kedua surat kabar tersebut. Metode penelitian yang digunakan bersifat Kualitatif, yaitu metode analisis data yang mengunakan sumber-sumber yang ada dari berbagai sumber wawancara, pengelipingan,buku-buku, serta bahan browsin dari internet.Metode ini lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian terjadi kejanggalan maupun kegandaan data,menyajikan tidak secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang di hadapi.Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data yang di kumpulkan melalui Pengelipingan data dan Wawancara dengan nara sumber yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Hasil yang dapat dari interprestasi tersebut adalah adanya pro dan kontra Kompas dan Jawa Pos dalam membingkai atau mengkonstruck peristiwa kisruh pilkada di Mojokerto berdasarkan rutinitas cara kerja institusi kedua media tersebut. Kesimpulan yang didapat adalah Jawa pos membingkai kisruh di Mojokerto sebagai salah satu kejadian pilkada terbesar yang pernah terjadi belakangan ini, sedangkan kompas lebih menyoroti pada kelanjutan pilkada Mojokerto. Kata kuncinya ada pada model analisis framing pan dan kosicki dan teori penjaga gerbang (Gatekeeper Theory) yang mengatakan dalam penulisan berita dibutuhkan proses seleksi dari wartawan di lapangan, yang mana berita yang penting dan mana yang tidak penting, mana peristiwa yang bisa diberitakan dan mana yang tidak.Setelah itu berita masuk ke dalam redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan bagian mana yang perru di tambahkan.Pandangan ini mengaidaikan seolah olah realitas yang benar-benar riil yang ada di luar wartawan.Realitas riil itulah yang diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.(Eryanto,2002 : 100)
    corecore