14 research outputs found

    Kesiapsiagaan Sekolah Menengah Pertama Dalam Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Merapi di Kawasan Rawan Bencana III

    Get PDF
    Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat bagaimana kesiapsiagaan Sekolah Menengah Pertama di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yaitu SMP Sunan Kalijogo Cangkringan. Sekolah ini belum masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan jumlah populasi/responden 6 orang dan terdiri dari kepala sekolah, guru yang mengintegrasikan materi kebencanaan, pembina ekstrakurikuler Pramuka beserta perwakilan peserta didik di kelas VII, VIII dan IX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 5 parameter yang digunakan dalam menilai kesiapsiagaan yakni pengetahuan dan sikap, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini dan mobilisasi sumber daya. Masih ada informan yang tidak bisa menjawab pertanyaan peneliti. Skor dari hasil observasi menunjukkanberada pada kriteria hampir siap. Hasil studi dokumentasi menunjukkan beberapa fasilitas sarana dan prasarana masih dirasa kurang seperti tidak tersedianya papan penunjuk atau rambu jalur evakuasi kemudian sarana P3K yang masih belum mecukupi untuk mengcover seluruh warga sekola

    Kesiapsiagaan Sekolah Dalam Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Merapi Studi Kasus di SMP Negeri 2 Cangkringan dan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan Kabupaten Sleman

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapsiagaan serta mengetahui perbedaan dua Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yaitu SMP Negeri 2 Cangkringan yang sudah masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan yang belum masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dalam menghadapi erupsi Gunung Merapi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan subjek berjumlah 14 orang yang terdiri dari 12 informan kunci dari pihak sekolah SMP Negeri 2 Cangkringan dan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan yaitu kepala sekolah, guru yang mengintegrasikan materi kebencanaan dalam mata pelajaran, pembina ekstrakurikuler pramuka/PMR dan perwakilan siswa kelas VII, VIII dan IX. Sedangkan informan pendukung dilakukan kepada pihak BPBD dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 5 parameter yang digunakan dalam menilai kesiapsiagaan yakni pengetahuan dan sikap, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini dan mobilisasi sumber daya. Diketahui informan di SMP Negeri 2 Cangkringan mampu untuk menjawab mayoritas pertanyaan yang diajukan peneliti dan dari hasil observasi diketahui presentase berada pada kriteria sangat siap dengan skor 89,74 sedangkan informan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan ada yang tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti dan hasil observasi menunjukkan kriteria hampir siap dengan skor 58,97. Hal ini karena SMP Negeri 2 Cangkringan sudah menjadi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan memiliki rencana kontijensi serta sarana prasarana yang mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah sedangkan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan belum masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) padahal sekolah sudah berdiri sejak tahun 1965

    Kesiapsiagaan Sekolah Dalam Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Merapi Studi Kasus di SMP Negeri 2 Cangkringan dan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan Kabupaten Sleman

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapsiagaan serta mengetahui perbedaan dua Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yaitu SMP Negeri 2 Cangkringan yang sudah masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan yang belum masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dalam menghadapi erupsi Gunung Merapi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan subjek berjumlah 14 orang yang terdiri dari 12 informan kunci dari pihak sekolah SMP Negeri 2 Cangkringan dan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan yaitu kepala sekolah, guru yang mengintegrasikan materi kebencanaan dalam mata pelajaran, pembina ekstrakurikuler pramuka/PMR dan perwakilan siswa kelas VII, VIII dan IX. Sedangkan informan pendukung dilakukan kepada pihak BPBD dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 5 parameter yang digunakan dalam menilai kesiapsiagaan yakni pengetahuan dan sikap, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini dan mobilisasi sumber daya. Diketahui informan di SMP Negeri 2 Cangkringan mampu untuk menjawab mayoritas pertanyaan yang diajukan peneliti dan dari hasil observasi diketahui presentase berada pada kriteria sangat siap dengan skor 89,74 sedangkan informan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan ada yang tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti dan hasil observasi menunjukkan kriteria hampir siap dengan skor 58,97. Hal ini karena SMP Negeri 2 Cangkringan sudah menjadi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan memiliki rencana kontijensi serta sarana prasarana yang mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah sedangkan SMP Sunan Kalijogo Cangkringan belum masuk kedalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) padahal sekolah sudah berdiri sejak tahun 1965

    Kepribadian Toxic People terhadap Kehidupan Era Metaverse

    Get PDF
    Abstrak. Kesalahan yang dilakukan secara sadar dan tidak sadar menjadikan perubahan terhadap aspek keharmonisan hidup. Kegagalan dalam membentuk perilaku positif berdampak pada kekerasan dalam menjalani kehidupan. Pribadi individu bersifat dinamis dan kondisional. Tujuan penelitian ini untuk memahami perbedaan pribadi toxic people dengan pribadi positif atau sifat natural. Metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif desain fenomenologi. Hasil penelitian mendeksripsikan bahwa pribadi individu terbentuk dari pola asuh yang dialami sejak dalam kandungan pranatal sampai usia golden age. Pola asuh toxic dari orang tua yang memberikan dampak negative pada anak membentuk pribadi yang tidak berkembang. Ada tindakan copying untuk membentuk pola perilaku negative. Kebiasaan yang membuat diri individu menjadi pribadi toxic karena lingkungan memiliki pengaruh dominan besar terhadap perubahan perilaku setiap individu. Unsur demikian memiliki stimulus dari adanya modeling pada individu yang memiliki kepribadian kurang harmonis. Indikator dari toxic people diantaranya cenderung temperamental. Keadaan emosi tidak stabil, insecure, kurang percaya terhadap orang lain dan memiliki tingkat kecemasan tinggi. penelitian ini menjelaskan secara detail bahwa pribadi toxic dapat merugikan diri sendiri menjadi kurang berkembang. Kepribadian toxic people kurang disambut baik oleh masyarakat.   Abstract. Mistakes made consciously and unconsciously make changes to aspects of the harmony of life. Failure to form positive behavior has an impact on violence in life. The individual personality is dynamic and conditional. The purpose of this research is to understand the personal differences between toxic people and positive personalities or natural traits. Research methodology with a qualitative approach to phenomenological design. The results of the study describe that an individual's personality is formed from the upbringing experienced from the prenatal womb until the golden age. Toxic parenting from parents that has a negative impact on children forms individuals who do not develop. There is an act of copying to form negative behavior patterns. Habits that make an individual become a toxic person because the environment has a large dominant influence on changes in the behavior of each individual. Such elements have a stimulus from the existence of modeling in individuals who have less harmonious personalities. Indicators of toxic people include tending to be temperamental. Unstable emotional state, insecure, lack of trust in others and a high level of anxiety. This research explains in detail that a toxic person can harm oneself by becoming less developed. The personality of toxic people is not well received by society

    PENINGKATAN KAPASITAS PEGAWAI MELALUI PROGRAM RUMAH SAKIT AMAN BENCANA (RSAB) DI RSUD KILISUCI KOTA KEDIRI

    Get PDF
    Pengabdian ini memiliki tujuan untuk melihat hasil kegiatan peningkatan kapasitas pegawai melalui program rumah sakit aman bencana (RSAB) di RSUD Kilisuci Kota Kediri. Rencana kesiapsiagaan rumah sakit sangat penting dalam memastikan keamanan lingkungan rumah sakit dan tindakan yang  perlu diambil untuk memastikan pelayanan kesehatan tetap tersedia saat situasi bencana. RSUD Kilisuci belum memiliki rencana kesiapsiagaan yang terdokumentasi, teruji, dan melibatkan masyarakat di sekitarnya untuk siap menghadapi bencana. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ini meliputi metode pretest-posttest, ceramah- diskusi, latihan/praktik langsung, observasi, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penanggulangan Bencana di RSUD Kilisuci sangat diperlukan mengingat Kota Kediri memiliki beberapa potensi bencana yang beraneka ragam dan terletak pada wilayah yang berpotensi ancaman banjir, kebakaran, pandemi Covid-19, erupsi gunung kelud, kecelakaan lalu lintas dan gempa bumi. Terjadi peningkatan hasil pretest dan posttest sebesar 14,60 poin. Kegiatan penguatan kapasitas pegawai melalui program Rumah Sakit Aman Bencana (RSAB) dirasa perlu dikembangkan lebih jauh karena rumah sakit memerlukan kapasitas kesiapsiagaan lebih dalam menghadapi bencana atau situasi kegawatdaruratan serta dapat mendukung pada saat akreditasi rumah sakit

    Plagiarism HASIL CEK Increasing Guidance and Counseling Teacher Capacity in Disaster Preparedness through Psychosocial Training

    Get PDF
    The Psychosocial Training was held in July 2021 and involved 17 Guidance and Counseling Teachers from 12 Muhammadiyah Junior High Schools in Yogyakarta City. The aims of this research are (1) to know the implementation of Psychosocial Support Services training, (2) Obstacles in the implementation of Psychosocial Support Services training, and (3) Knowing the benefits of Psychosocial Support Services training. This study is a piece of qualitative research, which aims to describe and analyses the social phenomenon of psychosocial training for guidance and counseling teacher in Junior High School in Yogyakarta City. Primary subjects in this study were 20 participants of psychosocial training and facilitator of training. Data collection was done by in-depth interview, observation, and documentation. The data analysis procedure in this research is (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) conclusion. Data validity is done by triangulation of source and method triangulation. The training is carried out in three stages: pre-training stage is conducting a preliminary survey to see conditions in the field and planning activities to be carried out, training stage is the implementation of Psychosocial training, and evaluation stage of the results that have been achieved by the training participants are carried out. Obstacles in implementing psychosocial training include: training cannot be carried out optimally because the training is carried out online, limited time for training, some teachers are not active in psychosocial training because the media at zoom meetings is very limited. The facilitator maximizes training with WhatsApp Groups and the google document application on assignment. increasing the knowledge of participants after attending the training by increasing the post-test scores. Cooperation of various parties with school residents is needed so that psychosocial preparedness can be applied to pre-disaster, emergency response, and post-disaster

    Review Jurnal Pegegog_Increasing Guidance and Counseling Teacher Capacity in Disaster Preparedness through Psychosocial Training

    Get PDF
    The Psychosocial Training was held in July 2021 and involved 17 Guidance and Counseling Teachers from 12 Muhammadiyah Junior High Schools in Yogyakarta City. The aims of this research are (1) to know the implementation of Psychosocial Support Services training, (2) Obstacles in the implementation of Psychosocial Support Services training, and (3) Knowing the benefits of Psychosocial Support Services training. This study is a piece of qualitative research, which aims to describe and analyses the social phenomenon of psychosocial training for guidance and counseling teacher in Junior High School in Yogyakarta City. Primary subjects in this study were 20 participants of psychosocial training and facilitator of training. Data collection was done by in-depth interview, observation, and documentation. The data analysis procedure in this research is (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) conclusion. Data validity is done by triangulation of source and method triangulation. The training is carried out in three stages: pre-training stage is conducting a preliminary survey to see conditions in the field and planning activities to be carried out, training stage is the implementation of Psychosocial training, and evaluation stage of the results that have been achieved by the training participants are carried out. Obstacles in implementing psychosocial training include: training cannot be carried out optimally because the training is carried out online, limited time for training, some teachers are not active in psychosocial training because the media at zoom meetings is very limited. The facilitator maximizes training with WhatsApp Groups and the google document application on assignment. increasing the knowledge of participants after attending the training by increasing the post-test scores. Cooperation of various parties with school residents is needed so that psychosocial preparedness can be applied to pre-disaster, emergency response, and post-disaster

    Rev Jurnal Pegegog_Increasing Guidance and Counseling Teacher Capacity in Disaster Preparedness through Psychosocial Training

    Get PDF
    The Psychosocial Training was held in July 2021 and involved 17 Guidance and Counseling Teachers from 12 Muhammadiyah Junior High Schools in Yogyakarta City. The aims of this research are (1) to know the implementation of Psychosocial Support Services training, (2) Obstacles in the implementation of Psychosocial Support Services training, and (3) Knowing the benefits of Psychosocial Support Services training. This study is a piece of qualitative research, which aims to describe and analyses the social phenomenon of psychosocial training for guidance and counseling teacher in Junior High School in Yogyakarta City. Primary subjects in this study were 20 participants of psychosocial training and facilitator of training. Data collection was done by in-depth interview, observation, and documentation. The data analysis procedure in this research is (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) conclusion. Data validity is done by triangulation of source and method triangulation. The training is carried out in three stages: pre-training stage is conducting a preliminary survey to see conditions in the field and planning activities to be carried out, training stage is the implementation of Psychosocial training, and evaluation stage of the results that have been achieved by the training participants are carried out. Obstacles in implementing psychosocial training include: training cannot be carried out optimally because the training is carried out online, limited time for training, some teachers are not active in psychosocial training because the media at zoom meetings is very limited. The facilitator maximizes training with WhatsApp Groups and the google document application on assignment. increasing the knowledge of participants after attending the training by increasing the post-test scores. Cooperation of various parties with school residents is needed so that psychosocial preparedness can be applied to pre-disaster, emergency response, and post-disaster
    corecore