2 research outputs found

    This Article Reported Risk Preferences and the Consequences on Tobacco Farming in Pamekasan. Frontier Production Function Model with Heteroskedastic Error Structure Estimated by Maximume Likelihood Estimation Developed by Kumbhakar Was Adopted to Analyze the Goals. This Model Can Capture the Effect of Risk Preference on Input Allocation, Inefficiency and Productivity. Four Hundred Fifty Samples Were Drawn by Cluster Sampling Method. the Results Show That Risk Preferences Were Not Depended on Agroecosystem and Farming System, But They Were Determined by Farm Size. Most of the Farmers Prefered to Avoid Production Risk. the Consequences Were Input Allocation Under Optimum Condition, Technical and Allocative Efficiencies at a Low Level, and Depleted Productivity. Key Words: Productivity, Production Risk, Risk Preference, Inefficiency

    Full text link
    This article reported risk preferences and the consequences on tobacco farming in Pamekasan. Frontier production function model with heteroskedastic error structure estimated by maximume likelihood estimation developed by Kumbhakar was adopted to analyze the goals. This model can capture the effect of risk preference on input allocation, inefficiency and productivity. Four hundred fifty samples were drawn by cluster sampling method. The results show that risk preferences were not depended on agroecosystem and farming system, but they were determined by farm size. Most of the farmers prefered to avoid production risk. The consequences were input allocation under optimum condition, technical and allocative efficiencies at a low level, and depleted productivity

    Elastisitas Pendapatan Dari Permintaan Beras Penduduk Indonesia

    Full text link
    IndonesianPenelitian Houthakker menunjukkan bahwa di negara-negara yang pengeluaran totalnya rendah, permintaan bahan pangan kurang elastik terhadap pengeluaran total. Mengingat beras merupakan bahan pangan pokok yang utama bagi penduduk Indonesia, pengetahuan mengenai besarnya elastisitas pendapatan dari permintaan beras dapat digunakan sebagai bahan kebijaksanaan penyediaan beras bagi penduduk. Penelitian menggunakan data Susenas 1978, dan membagi penduduk Indonesia menurut tiga golongan berdasarkan konsumsi kalori dan 15 daerah, tujuh Daerah Pedesaan dan delapan Daerah Kota. Model yang digunakan ialah logaritma kuadratik, dengan pengeluaran total sebagai nilai pendekatan dari pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan beras kurang elastik terhadap Perubahan pendapatan. Elastisitas kuantitas permintaan dan elastisitas anggaran belanja terhadap pendapatan bagi penduduk Pedesaan Indonesia golongan Pendapatan Rendah dan sebagian penduduk golongan Pendapatan Sedang dan Tinggi di Pedesaan Luar Jawa lebih besar dari 0.5, sedangkan golongan-golongan lainnya lebih rendah dari 0.5. Elastisitas pendapatan dari permintaan beras penduduk Daerah Pedesaan lebih tinggi daripada penduduk Kota, dan lebih tinggi pendapatan penduduk, lebih rendah elastisitas pendapatan permintaan beras. Elastisitas anggaran belanja beras terhadap pendapatan lebih tinggi daripada elastisitas kuantitas permintaan terhadap pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan penduduk mengakibatkan peningkatan kuantitas dan kualitas beras yang dikonsumsi. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan elastisitas permintaan beras di berbagai daerah itu dapat digunakan sebagai bahan kebijaksanaan penyediaan beras, disesuaikan dengan perbaikan taraf hidup dan pertambahan penduduk. Usaha penyediaan beras di berbagai daerah itu memerlukan suatu sistem penyediaan yang intensif, yaitu kelancaran distribusi dari daerah surplus beras ke daerah kekurangan beras
    corecore