6 research outputs found

    Age and HIV stage at initiation of highly active antiretroviral therapy determine non-reversal of stunting at 3 years of treatment

    Get PDF
    Background Highly active antiretroviral therapy (HAART) has been reported to improve growth, especially in the first 2 years of treatment. It is not clear whether catch up growth is maintained after 2 years of HAART. Objective To assess growth in stunted children with HIV after 3 years of HAART and analyze possible risk factors for non-reversal of stunting. Methods This study was done from May 2016 to April 2017 to follow children with HIV who started HAART between January 2009 and April 2014, and continued for 3 years. Inclusion criteria were children with HIV, aged < 18 years, compliance to the regimen, and stunting. Exclusion criteria were patients lost to follow up or who died prior to 3 years of HAART. Non-reversal of stunting was defined as HAZ ≤ -2SD after 3 years of HAART. Possible risk factors for non-reversal were analyzed using Chi-square test with P<0.05, as well as risk ratio (RR) and 95% confidence intervals (CI). Results Of 150 HIV-infected pediatric patients, 115 were on HAART and 55 (47.8%) were stunted at HAART initiation. Of the 55 stunted and HAART-treated children, 31 (56.4%) were male. Baseline median age was 3.6 years (interquartile range 0.37-8.48). Non-reversal occurred in 32 (58.2%) subjects. Multivariate Cox regression model analysis showed predictors of non-reversal after 3 years of HAART to be age >2 years (RR 16.05; 95%CI 2.89 to 89.02; P=0.002) and HIV stage III-IV (RR 8.93; 95%CI 1.47 to 54.37; P=0.017). Conclusion HAART initiation at age >2 years and HIV clinical stage III-IV at diagnosis are risk factors for non-reversal of stunting after 3 years of HAART

    Liver function in children with human immunodeficiency virus infection before and after 6 months of highly active antiretroviral therapy

    Get PDF
    Background Highly active antiretroviral therapy (HAART) has resulted in dramatic decreases in morbidity and improved survival rate in human immunodeficiency virus (HIV)-infected patients. Although the risk of morbidity has decreased, it has been replaced by other long-term complications, such as hepatotoxicity. Hepatotoxicity is often reflected in biochemical abnormalities of liver function, such as elevated levels of aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), and aspartate aminotransferase-to-platelet ratio index (APRI). Objective To compare liver function spectrum (AST, ALT, and APRI) in HIV-infected children before and after at least 6 months of HAART. Methods This observational study (before and after) was conducted in pediatric patients with HIV infection who received HAART for at least 6 months at Sanglah Hospital, Denpasar. Data were collected from medical records. Results Forty-nine patients were observed in this study. The mean AST, ALT, and APRI levels before HAART were higher than after at least 6 months of HAART. Anti-tuberculosis treatment and fluconazole therapy were not confounding factors for AST, ALT, and APRI. Conclusion Liver function spectrum enzyme levels of AST, ALT, and APRI are improved after at least 6 months of HAART

    Assessment of the quality of general movements in newborn infants: a tool to predict developmental disorders at an early age

    No full text
    Background Nowadays, quality assessment of general movements (GMs) in infants can be used as a tool to predict developmental outcome. Until now, there is no published study in this field in Indonesia. Objectives The aim of this study was to evaluate the quality of GMs of newborn infants. Methods A prospective study was done at neonatal ward, Dr. Soetomo Hospital in Surabaya, between December 2006 and January 2007. A single supine position video recording of newborns at GMs preterm and writhing age was made using Precthl's method. Infants were chosen consecutively among singletons above 28 week gestational age. The quality of GMs was assessed by means of Gestalt perception by one of the authors, who had been trained and certified in GMs. GMs were classified into: normal-optimal, normal-suboptimal, mildly-abnormal, and definitely-abnormal. Correlation tests were used to assess the relationship between perinatal conditions and the quality of GMs. Results 106 videos were recorded, and 100 were assessed completely. Abnormal GMs were found in both 35 preterm age (normal-optimal 2.9%; normal-suboptimal 28.6%; mildly- abnormal45. 7o/o; definitely-abnormal22.9o/o) and 65 writhing age (3.1 o/o; 41.5%; 41.5%; 13.8%, respectively) (P=0.285). There was a weak negative correlation between birth weight and the quality ofGMs (r=-0.20, P=0.044). Conclusions The quality ofGMs in Indonesian newborn infants in our study was predominantly abnormal, which puts these infants at high risk for later developmental disorders. The lower the infants'birth weight, the more likely for abnormal GMs

    Hubungan Jumlah Leukosit serta Kadar Cluster of Differentiation-4 dengan Derajat Keparahan Pneumonia pada Anak dengan Infeksi Human Immmunodeficiency Virus

    No full text
    Latar belakang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia, terutama pada infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Parameter yang mudah diukur dan dikerjakan diperlukan untuk memprediksi derajat keparahan pneumonia pada anak dengan HIV. Tujuan. Mengetahui hubungan jumlah leukosit dan kadar CD4 dengan derajat keparahan pneumonia pada anak dengan infeksi HIV. Metode. Penelitian analitik dengan desain potong lintang, dilibatkan 42 anak HIV dengan pneumonia berat dan sangat berat. Pemeriksaan penunjang yang rutin dikerjakan adalah darah lengkap dan kadar CD4. Hasil. Nilai median (minimal-maksimal) kadar CD4 pneumonia sangat berat lebih rendah [19,5 (12,5-26,0)]% dibandingkan dengan pneumonia berat [35,3 (14,0-56,5)]%. Analisis bivariat menunjukkan derajat keparahan pneumonia tidak dipengaruhi oleh jumlah leukosit [RO 0,63 (IK 95% 0,09 sampai 4,23), P=0,63], tetapi dipengaruhi oleh kadar CD4 [RO 0,10 (IK 95% 0,02 sampai 0,46), P=0,01]. Kesimpulan. Kadar CD4 berhubungan dengan derajat keparahan pneumonia pada anak dengan infeksi HIV

    Evaluasi Penggunaan Metode Prechtl untuk Menilai Kualitas Gerakan Spontan Bayi Muda Sehat: Pengalaman RSU Dr. Soetomo Surabaya

    No full text
    Latar belakang. Penilaian kualitas gerakan spontan pada bayi dengan metode “ General movements (GMs)” dari Prechtl mempunyai validitas tinggi untuk memprediksi risiko gangguan perkembangan anak. Metode GMs masih relatif baru di Indonesia, sehingga dibutuhkan evaluasi aspek praktikalnya untuk dapat diaplikasikan secara optimal. Tujuan. Mengetahui kondisi paling optimal untuk menilai kualitas gerakan spontan bayi muda sehat menggunakan metode GMs dari Prechtl. Metode. Dilakukan rekaman video secara berurutan pada bayi yang memenuhi kriteria inklusi lahir sehat, cukup bulan, tanpa risiko, dan mendapat persetujuan tertulis dari orangtua, lahir di RSU Dr Soetomo- Surabaya pada kurun waktu Desember 2006-Januari 2007. Teknik perekaman dilakukan sesuai standarisasi Prechtl, dengan berbagai variasi waktu dan kondisi. Analisis video rekaman dilakukan secara persepsi Gestalt oleh salah satu peneliti, yang sebelumnya telah mendapat kursus dan sertifikat metode GMs. Parameter aspek praktikal untuk evaluasi digolongkan: optimal dan tidak optimal. Hasil. Tidak didapatkan penolakan dari orang tua untuk seluruh 56 bayi yang memenuhi kriteria inklusi. Tiga (5,4%) video yang tidak dapat dianalisis karena faktor kesalahan teknis perekaman. Kualitas GMs lebih optimal untuk dianalisis apabila perekaman dilakukan pada waktu siang hari dibandingkan waktu pagi (p=0,026) atau malam (p=0,045), dan dilakukan 30 menit sebelum waktu minum, dibandingkan 30 menit sesudahnya (p=0,032). Tingkat kesulitan analisis tidak berbeda bermakna apabila perekaman dilakukan di tempat yang khusus dibandingkan dilakukan di boks (p=0,156) atau inkubator (p=0,466). Kesimpulan. Metode Prechtl dapat diterapkan dengan praktis dan optimal apabila pengambilan video dilakukan pada waktu siang hari dan 30 menit sebelum waktu minum. Tempat pengambilan rekaman tidak mempengaruhi segi kepraktisannya ( Sari Pediatri 2008;9(6):363-9)

    Evaluasi Penggunaan Metode Prechtl untuk Menilai Kualitas Gerakan Spontan Bayi Muda Sehat: Pengalaman RSU Dr. Soetomo Surabaya

    No full text
    Latar belakang. Penilaian kualitas gerakan spontan pada bayi dengan metode “General movements (GMs)” dari Prechtl mempunyai validitas tinggi untuk memprediksi risiko gangguan perkembangan anak. Metode GMs masih relatif baru di Indonesia, sehingga dibutuhkan evaluasi aspek praktikalnya untuk dapat diaplikasikan secara optimal. Tujuan. Mengetahui kondisi paling optimal untuk menilai kualitas gerakan spontan bayi muda sehat menggunakan metode GMs dari Prechtl. Metode. Dilakukan rekaman video secara berurutan pada bayi yang memenuhi kriteria inklusi lahir sehat, cukup bulan, tanpa risiko, dan mendapat persetujuan tertulis dari orangtua, lahir di RSU Dr Soetomo- Surabaya pada kurun waktu Desember 2006-Januari 2007. Teknik perekaman dilakukan sesuai standarisasi Prechtl, dengan berbagai variasi waktu dan kondisi. Analisis video rekaman dilakukan secara persepsi Gestalt oleh salah satu peneliti, yang sebelumnya telah mendapat kursus dan sertifikat metode GMs. Parameter aspek praktikal untuk evaluasi digolongkan: optimal dan tidak optimal. Hasil. Tidak didapatkan penolakan dari orang tua untuk seluruh 56 bayi yang memenuhi kriteria inklusi. Tiga (5,4%) video yang tidak dapat dianalisis karena faktor kesalahan teknis perekaman. Kualitas GMs lebih optimal untuk dianalisis apabila perekaman dilakukan pada waktu siang hari dibandingkan waktu pagi (p=0,026) atau malam (p=0,045), dan dilakukan 30 menit sebelum waktu minum, dibandingkan 30 menit sesudahnya (p=0,032). Tingkat kesulitan analisis tidak berbeda bermakna apabila perekaman dilakukan di tempat yang khusus dibandingkan dilakukan di boks (p=0,156) atau inkubator (p=0,466). Kesimpulan. Metode Prechtl dapat diterapkan dengan praktis dan optimal apabila pengambilan video dilakukan pada waktu siang hari dan 30 menit sebelum waktu minum. Tempat pengambilan rekaman tidak mempengaruhi segi kepraktisanny
    corecore