57 research outputs found

    Management Options for the Inland Fisheries Resource in South Sumatra, Indonesia: I Bioeconomic Model

    Get PDF
    The inland fishery in South Sumatra, Indonesia, is an important source of income, employment and protein to small-scale fishers. Some overall indicators, such as virtual disappearance of certain important species and continuous reduction in the size of harvested fish, indicate that the fishery is not being exploited on a sustainable basis. In this study, an evaluation of the status of the existing fish stock is undertaken, and an analytical model for identifying efficient levels of exploitation of the fishery is developed. Primary data are used to describe the current costs of fishing effort. Secondary data, combined with results of analysis of primary data, are then used to derive a supply function for the fishery. Different types of fishing gear are standardised into a single type of fishing unit, and mixed species of harvested fish are treated as an aggregated fish stock. Empirical results reveal that both riverine and swamp fisheries in South Sumatra were biologically and economically over-fished during the period of study. This implies that regulation is required to reduce the level of fishing effort.smallholder fisheries, bioeconomic analysis, Inland fisheries, Indonesia, Sumatra, Resource /Energy Economics and Policy,

    BIO-ECONOMIC APPROACH ON ASSESSING MANAGEMENT OPTIONS FOR THE FISHERY: The Case of Open Water Fishery of South Sumatra, lndonesia

    Get PDF
    The issue of better management for tropical inland fisheries has become one of the major problems for Indonesia. For the decision-makers, the question of to whom to assign property rights is difficult because it involves an assessment of who can use the resource in the best interests of society

    KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI DANAU TOBA PASKA INTRODUKSI IKAN BILIH

    Get PDF
    Pengelolaan perikanan tangkap pada hakekatnya adalah pengendalian penangkapan (control of fishing) dan pengendalian upaya penangkapan (control of fishing effort) melalui sejumlah opsi pengelolaan yang diimplementasikan oleh pihak pengelola (management authority). Kajian kebijakan dan strategi pengelolaan perikanan tangkap di perairan Danau Toba pasca introduksi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) dimaksudkan untuk memberikan panduan praktek pengelolaan yang mampu menjamin keberlanjutan perikanan ikan bilih di perairan Danau Toba. Metode survei penilaian cepat (rapid appraisal survey) dan review literatur digunakan dalam kajian ini; sedangkan metode analisis deskriptif tabulatif dan content analysis digunakan untuk membantu pengambilan kesimpulan. Hasil kajian menunjukkan bahwa ikan bilih yang ditebarkan ke Danau Toba 2.840 ekor dengan ukuran panjang berkisar antara4,1-5,7 cm dan bobot 0,9-1,5 g pada tahun 2003 telah mampu memberikan dampak positif secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar Danau Toba. Penggunaan alat tangkap yang kurang ataupun tidak terkontrol telah memberikan indikasi penurunan jumlah dan kualitas stok ikan bilih; sehingga implementasi opsi pengelolaan yang meliputi pengembangan kawasan konservasi dan pengaturan serta pengendalian penggunaan alat tangkap bagan untuk menjamin keberlanjutan perikanan ikan bilih perlu segera diterapkan oleh pihak pengelola.Fishery management is essentially a control of fishing and fishing effort through various management options implemented by a management authority. Studies on policies and strategies for fishery management in the Lake Toba water body post introducing or stocking of bilih fish (Mystacoleucus padangensis Bleeker)aimed at providing a sort of guidelines for management practice in order to ensure sustainability of such the fishery. Rapid appraisal survey method and literature review were used in this study. Analysis of the study used a descriptive method compounded by cross tabulated data techniques and a content anaysis method. Results show that introducing of bilih fish in the Toba Lake amounted of 2,840 piece with body length of 4.1-5.7 cm and body weight of 0.9-1.5 g in 2003 has been able to provide a positive impact to social and economic aspects of the society surrounding the Lake Toba. However, the use of uncontrolled fishing and fishing effort was led to indication of decreasing quantitatively and qualitatively such of the fish stock; therefore, implementation of management options of developing a protected or conserved area and controlled the use of bagan fishing gear has to be imposed by management authority

    MODAL SOSIAL KELOMPOK NELAYAN DI WADUK GAJAH MUNGKUR (Studi Kasus Kelompok Mina Tirta, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri)

    Get PDF
    Modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal, seperti rasa saling percaya, saling pengertian, kesamaan nilai dan perilaku, yang membentuk struktur masyarakat dan menjadi perekat antar anggota kelompok yang berguna untuk koordinasi dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Makalah ini mengulas modal sosial yang terbentuk pada kelompok nelayan di perairan waduk Gajah Mungkur, khususnya di Kecamatan Wuryantoro, kabupaten Wonogiri. Metoda studi kasus dengan menggunakan data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Juni 2012-Januari 2013 dengan melakukan wawancara mendalam pada informan kunci yang terdiri dari unsur nelayan, koperasi, pengurus kelompok dan dinas. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan, statistik perikanan serta referensi sesuai dengan topik kajian. Analisa deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan modal sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwakelompok Mina Tirta memiliki modal sosial yang baik dari unsur pengikat (bonding), penghubung (bridging), dan pengkait (linking). Modal sosial yang baik dalam kelompok nelayan dapat mendukung pengelolaan perikanan Waduk yang lestari. Title: Social Capital of Fisher’s Group at the Gajah Mungkur Reservoir (Case Study at Tirta Mina Group, Sub District Wuryantoro, Wonogiri District)Social capital is a set of values or informal norms, such as mutual trust, mutual understanding, in common values and behaviors , which form the structure of society and be the glue between group members that are useful for coordination and cooperation in achieving a common goal. The paper reviews the social capital formed in groups of fisher in Gajah Mungkur reservoir, in Wuryantoro Sub district, Wonogiri district. Primary and secondary data were used in this study. Primary data were collected in June 2012- January 2013 by conducting in-depth interviews to key informants, which consist of fisher, koperasi, groups of administrators and officials of fisheries agencies. Secondary data were obtained from annual reports, fisheries statistics and references according to the study topic. Qualitative descriptive analysis is used to explain social capital. The results showed that the Mina Tirta group have good social capital of elements- bonding, connecting/ bridging, and linking. Good social capital in the fisher’s group can support the sustainable management of reservoir fisheries

    PERAN PEREMPUAN BAJO DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN TANGKAP DI WURING, KECAMATAN ALOK BARAT, KABUPATEN SIKKA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

    Get PDF
    Kaum perempuan Bajo di Wuring, Sikka, Nusa Tenggara Timur sangat berperan dalam usaha penangkapan, pengolahan, dan pemasaran ikan hasil tangkapan. Fenomena unik ini tidak dijumpai pada masyarakat nelayan suku lain. Kajian ini membahas peran kaum perempuan Bajo dalam usaha perikanan dan sektor domestik yang dilakukan pada bulan Oktober – November 2009 di daerah Wuring Lama, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara mendalam. Data dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan perempuan Bajo sangat besar dalam keseluruhan proses melaut dilihat dari curahan waktu yang digunakan perempuan Bajo dalam sektor perikanan. Curahan waktu perempuan Bajo sebagai anak buah kapal (ABK) lampara sebanyak 14 jam per hari dan sebagai penjual ikan hasil tangkapan sebanyak 11 jam per hari. Tittle: Role of Bajo Women in Fisher’s Household of the Wuring, Alok Barat sub-District, Sikka District, Nusa Tenggara Timur Province.Bajo women in Wuring, Sika, East Nusa Tenggara play significant roles in capturing, processing, and marketing fisheries products. This exclusive phenomenon is not entitled to other fishing communities. This research examines role of Bajo women in fishing business and domestic sector that was held on October - November 2009 in the Wuring Lama in Wuring-Wolomarang village, Alok Western Sub-district, Sikka, East Nusa Tenggara Province. This research use a case study method by applying observation and in-depth interviews for data collection. It applies a descriptive analysis. The results of this research show that significant roles of Bajo women in the whole fishing process based on flow of time spent of Bajo women in the fisheries sector. Time spent of Bajo women as member of fishing vessel crew is 14 hours per day as 11 hours per day as fish seller

    Nelayan Kecil di Perkotaan: Karakteristik Usaha dan Jaringan Sosial dalam Mengakses Pembiayaan di Marunda, Jakarta Utara

    Get PDF
    Jakarta merupakan kota yang memiliki berbagai fasilitas pembiayaan, namun masih dijumpai nelayan skala kecil di Marunda yang memiliki hambatan dalam mengaksesnya. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan karakteristik usaha nelayan kecil dan jaringan sosial dalam mengakses pembiayaan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember tahun 2022 yang difokuskan di lokasi Marunda, Jakarta Utara menggunakan metode kualitatif dengan tipe studi kasus. Informan pada penelitian ini sebanyak 30 orang dan dipilih secara purposive, terdiri dari unsur nahkoda, anak buah kapal (ABK), bakul/pedagang pengumpul, koperasi, Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), penyuluh perikanan, dinas perikanan. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar nelayan di Marunda memiliki dua jenis alat tangkap dengan mayoritas menggunakan jaring dan bubu. Keunikan nelayan ABK di Marunda adalah melakukan penangkapan dengan membawa alat tangkap sendiri dan membayar komisi kepada pemilik perahu. Pada tahap awal usaha, nelayan mengandalkan dana pribadi, dan keluarga. Nelayan yang memiliki aset akan meminjam kepada lembaga pembiayaan formal dan jika tidak punya asset akan meminjam kepada bakul/bos. Pada dasarnya nelayan tidak mau meminjam karena tidak mau terikat dengan bakul/bos ataupun kehawatiran tidak bisa membayar cicilan jika meminjam ke bank. Apabila nelayan mengalami kerugian usaha dan tidak memiliki aset untuk dijaminkan, maka nelayan akan meminjam kepada bakul/bos. Oleh karena itu, kebijakan yang perlu dilakukan adalah membuat program pembiayaan untuk nelayan kecil dengan memperhatikan karakteristik dan jaringan sosialnya. Program harus diprioritaskan pada nelayan yang tidak memiliki modal dan aset. Lembaga pembiayaan informal perlu dilibatkan dalam pengembangan program pembiayaan nelayan tersebut. Tittle: Small-Scale Fishermen in Urban Areas: Business Characteristics and Social Networks in Accessing Financing in Marunda City, North Jakarta Jakarta is a city that has various financing facilities, but there are still small-scale fishermen in Marunda who have problems accessing them. The purpose of this study is to describe the characteristics of small fishing businesses and social networks in accessing financing. This research was conducted in July-December 2022 which focused on the Marunda location, North Jakarta. This research uses qualitative methods with a case study type. The informants in this study were 30 people and were selected purposively, consisting of captains, crew members (ABK), bakul/collecting traders, cooperatives, Marine and Fisheries Business Capital Management Institutions (LPMUKP), fisheries extension workers, fisheries services. Data analysis was carried out in a qualitative descriptive. The results showed that most fishermen in Marunda have two types of fishing gear with the majority using nets and bubu. The uniqueness of ABK fishermen in Marunda is to make catches by bringing their own fishing gear and paying commissions to boat owners. In the early stages, fishermen rely on personal funds, and families. Fishermen who have assets will borrow from formal financing institutions and if they do not have assets will borrow from bakul/bos. Basically, fishermen do not want to borrow because they do not want to be tied to the bakul / boss or worry that they cannot pay installments if they borrow from the bank. If the fisherman experiences a business loss and does not have assets to guarantee, the fisherman will borrow from the bakul/boss. Therefore, the policy that needs to be done is to create a small fisherman financing program by taking into account their characteristics and social networks. Programs should be prioritized on fishermen who do not have capital and assets. Informal financing institutions need to be involved in the development of these fishermen financing programs

    STATUS KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN BILIH DI DANAU TOBA (Tinjauan Aspek Ekonomi dan Sosial)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status keberlanjutan pemanfaatan sumber daya ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau Toba dan faktor-faktor yang mempengaruhikeberlanjutan tersebut. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 di beberapa tempat sentra pendaratan ikan bilih, antara lain: Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder, sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan Metode RAPFISH. Atribut ekonomi yang digunakan untuk mengetahui status keberlanjutan terdiri dari tingkat keuntungan, kontribusi perikanan terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, sifat kepemilikan sarana produksi,  tingkat subsidi, alternatif pekerjaan dan pendapatan bagi pelaku perikanan dan besarnya jangkauan pemasaran ikan bilih. Atribut sosial terdiri dari pertumbuhan komunitas nelayan, status konflik, tingkat  pendidikan, pengetahuan lingkungan, banyaknya penyuluhan dan keikutsertaan dalam kelompok. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya ikan bilih di Danau Toba kurang berkelanjutan baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun aspek sosial. Indeks keberlanjutan dari aspek ekonomi adalah 46,36% dan keberlanjutan dari aspek sosial adalah 31,27%. Status keberlanjutan dalam kategori kurang ini, mengharuskan adanya campur tangan dari pihak pengelola Danau Toba untuk menerapkan opsi pengelolaan yang dapat menjamin keberlanjutan ikan bilih yang di Danau Toba. Tittle: Sustainability Status of Bilih Fish Exploitation in Toba Lake (Review of Social and Economic Aspects)This study aims to asses sustainability status of the of Bilih Fish resources in the lake Toba and factors affecting the sustainability of this. Research was carried out in 2010 in several conters of Bilih Fish landing place, among others the districts of Simalungun, Toba Samosir, Dairi, Karo and Samosir. Primary and secondary data were used; while analysis was carried out using RAPFISH method. Economic attibute being used to asses sustainability status of the resource were profit, contribution of fisheries to gross domestic product (GDP), employment, nature ownership of production factors, level of subsidy employment and income alternatives and marketing. Social attributes consist of the growth of fishing communities, conflict status, education level, environmental knowledge, number of extention worker and participation in the group. Results show that the utilization of BIlih fish resource in Lake Toba are relatively unsustainable interms of economic and social aspects. Index of economic aspects sustainability in 46,36 % and social aspects sustainability in 31,27%. These indice indicate that the fisheries status was insustainable. This, inturn, needs intervention from Lake Toba mangement authority to manage in such away so that sustainability of Bilih fish are ensure

    Prospek Pengembangan KIMBis (Klinik Iptek Mina Bisnis) Pamisaya Mina Kabupaten Wonogiri

    Get PDF
    Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) adalah kelembagaan yang berfungsi bukan sebagai pesaing/menggantikan kelembagaan yang sudah ada, tetapi merupakan kelembagaan yang mempererat komunikasi dan membangun kebersamaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Prinsip kegiatan yang dilakukan adalah dari-oleh-untuk masyarakat. Tulisan ini bertujuan menggambarkan prospek pengembangan KIMBis di Kabupaten Wonogiri. Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada 2012 dengan cara observasi lapang, wawancara dan studi dokumen. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIMBis di Kabupaten Wonogiri memiliki prospek pengembangan yang baik. Hal ini ditandai dari respon positif PEMDA berupa kesepakatan MoU/KB, PKS serta dana pendampingan kegiatan KIMBis pada tahun berjalan (2012). Saran dalam pengembangan KIMBis Wonogiri adalah tetap melakukan sinergi kegiatan, menjaga komunikasi dan koordinasi antar satker yang melakukan kegiatan di Waduk Gajah Mungkur. Hal ini penting dilakukan agar kegiatan pemberdayaan masyarakat akan optimal dilakukan, sehingga tidak terjadi pengakuan sepihak jika terjadi keberhasilan kegiatan ataupun saling menyalahkan jika terjadi kegagalan kegiatan

    KARAKTERISTIK DAN NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN KOMPLEK DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Sumberdaya perairan umum daratan merupakan sumberdaya yang memiliki karakteristik unik, baik menurut tipologi, dinamika hidro-bioekologi maupun pola pemanfaatannya. Salah satu tipe yang ada adalah sumberdaya perairan Komplek Danau Tempe. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sumberdaya, jenis dan pola pemanfaatan serta nilai ekonomi sumberdaya di Komplek Danau Tempe. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komplek Danau Tempe terbentuk pada saat musim hujan ketika air yang berasal dari sungai-sungai disekitarnya meluap dan menggenangi sebagian wilayah daratan. Kondisi tersebut mempengaruhi cara masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya di Komplek Danau Tempe. Nilai ekonomi total dari pemanfaatan sumberdaya yang diperhitungkan dari kegiatan penangkapan ikan, pertanian dan transportasi umum masyarakat adalah sebesar Rp.1.489.149.383.605 Besarnya nilai tersebut mencerminkan bahwa keberadaan sumberdaya perairan danau Tempe memiliki peranan penting secara ekonomi baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Tittle: Characteristics and Economic Value of Water Resource of the Tempe Lake, South SulawesiInland water resources have unique characteristics, in terms of not only typological and hydrobioecological dynamic, but also utilisation pattern. One example of the resource is the Tempe lake. This research was aimed to explore resource characteristics, type and pattern of resource utilization, and its economic value. This research was conducted on July 2007. Method used in this research was a survey method. Data were analyzed descriptively and quantitatively. Result showed that Tempe Lake is being formed by rivers flew during rainy season. This, in favor affects utilization pattern of society who live surrounding the resources. Total economic value of resource utilization was Rp. 1.489 billion,  onsisting of fishing, agriculture and public transportation activities. This indicate that water resource of the Tempe Lake plays an important role economically for society and government

    PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI USAHA PERIKANAN TANGKAP LAUT SKALA KECIL MELALUI FASILITASI PETA PERKIRAAN ‘FISHING GROUND’

    Get PDF
    Usaha perikanan tangkap laut skala kecil mendominasi struktur perikanan Indonesia, mencakup > 90% dari struktur perikanan tangkap yang ada di Indonesia. Permasalahan utama dalam pengembangan usaha perikanan pada kelompok ini adalah keterbatasan aset dan permodalan serta sifat musiman dan resiko ketidak pastian sebagai akibat keterbatasan kapasitas yang dimiliki. Hal ini diperparah oleh minimnya keberpihakan penentu kebijakan pada kelompok usaha tersebut. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional (PANELKANAS) yang bertujuan menyediakan database yang akurat di tingkat mikro yang mampu merepresentasikan kinerja pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Secara spesifik penulisan artikel ini bertujuan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan perikanan tangkap laut skala kecil melalui fasilitasi peta perkiraan ‘fishing ground’. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Data primer diperoleh melalui survei monitoring terhadap 30-40 contoh responden rumah tangga nelayan terpilih dengan menggunakan bantuan kuesioner terstruktur di lokasi Sibolga, Sampang dan Bitung; sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tahunan berbagai institusi terkait maupun hasil-hasil penelitian terdahulu. Analisis statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini, sedangkan penyajian dilakukan secara deskriptif eksploratif dengan bantuan teknik tabulasi silang. Hasil kajian memberikan ilustrasi dinamika musim penangkapan ikan di laut di lokasi terpilih, dinamika penguasaan aset dan investasi berdasarkan tipologi penangkapan, dinamika struktur biaya dan pendapatan serta rumusan rekomendasi kebijakan peningkatanan efektivitas dan efisiensi pengelolaan perikanan tangkap laut skala kecil melalui fasilitasi peta perkiraan ‘fishing ground’. Title: Improving Effectivity and Effienciency of Small-Scale Fisheries Business Through Facilitating the Estimated Fishing Ground Map. Small-scale fisheries business dominated the structure of Indonesian fisheries covering more than 90% of the structure of marine fisheries in Indonesia. Primary problems in the development of the sector were limited assets and capital as well as the seasonal nature and the uncertainties as a result of lack of capacity in managing the business. This situation compounded by lack of decision makers support to small scale fisheries. This paper is a part of Research Panel of the National Marine and Fisheries (PANELKANAS) which aims to provide an accurate data base at micro level by which are able to represent performance of the development of marine and fisheries sector. Specifically, this article aims to formulate policy recommendations to improving the effectiveness and efficiency marine capture fisheries management through facilitating an estimated ‘fishing ground’ map for small-scale fishers. Primary and secondary data were used in this study. Primary data were obtained through monitoring survey of 30-40 samples of selected fisher households by using a structured questionnaire at the Sibolga, Sampang and Bitung regencies, while secondary data were obtained from various institutions related to the annual report and the results of previous studies. A Descriptive statistics analysis was used in this study while the report was presented descriptive-exploratory by using cross tabulation techniques. Results of the study illustrate the dynamics of fishing season at selected locations, dynamic of control assets and investments based on the marine capture fisheries typology, dynamics of cost and revenue structure and formulation policy recommendations to improving the effectiveness and efficiency of marine capture fisheries management through the facilitation of small-scale map of the estimated ‘fishing ground’
    • …
    corecore