4 research outputs found

    Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Konvensional, Semi Sistem, Dan Sistem (Peri) Pada Kolom Gedung Bertingkat

    Full text link
    Bekisting merupakan suatu sarana pembantu untuk mencetak beton dengan ukuran, bentuk, ataupun posisi yang dikehendaki. Analisa yang dilakukan adalah membandingkan bekisting metode konvensional, semi sistem, dan sistem (PERI) pada kolom pekerjaan Proyek Pembangunan World Trade Center 3, Jakarta, Proyek Pembangunan Ruko Grand Kota Bintang, Bekasi dan Proyek Pembangunan Ruko Gajah Mada, Semarang terhadap biaya dan waktu. Analisa harga satuan pekerjaan bekisting mengacu pada harga material, alat, dan upah tenaga kerja tahun 2016. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah mengetahui jenis bekisting yang tepat untuk digunakan pada suatu pekerjaan bekisting kolom pada masing-masing proyek, ditinjau dari perbandingan waktu dan biaya pekerjaan bekisting. Setelah melakukan berbagai perhitungan mulai dari menganalisa harga satuan pekerjaan, menghitung luas permukaan kolom dan menghitung kapasitas produksi dari masing-masing proyek kemudian membuat rekomendasi skenario untuk mengambil keputusan yang menggabungkan dua metode bekisting agar menghasilkan biaya dan waktu yang efektif. Proyek World Trade Center 3, Jakarta jika mengutamakan segi biaya, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting semi sistem. Jika mengutamakan segi waktu, pekerjaan bekisting sudah tepat menggunakan bekisting sistem (PERI) karena bekisting ini durasi pelaksanaannya paling cepat diantara bekisting lainnya. Proyek Ruko Grand Kota Bintang, Bekasi jika mengutamakan segi biaya, pekerjaan bekisting sudah tepat menggunakan bekisting semi sistem karena memiliki biaya pekerjaan yang paling murah diantara bekisting lainnya. Jika mengutamakan segi waktu, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting sistem (PERI). Proyek Ruko Gajah Mada, Semarang jika mengutamakan segi biaya, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting semi sistem. Jika mengutamakan segi waktu, pekerjaan bekisting lebih tepat menggunakan bekisting sistem (PERI)

    Evaluasi Waste Dan Implementasi Lean Construction (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Serbaguna Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang)

    Full text link
    Waste merupakan bentuk ketidakefisienan dan pemborosan yang ditimbulkan dari bahan material, SDM, dan waktu. Pada sisi lain, konstruksi ramping (lean construction) memiliki 2 tujuan yang sangat fundamental yaitu meningkatkan value dan mengurangi waste. Studi ini menunjukkan bahwa waste yang paling sering terjadi pada proyek pembangunan gedung serbaguna Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang adalah waktu menunggu instruksi, dengan bobot 0,157. Sedangkan untuk variabel waste yang memberi dampak paling besar pada proyek adalah waktu menunggu instruksi dengan bobot 0,182. Lean construction tools yang belum diterapkan pihak kontraktor yaitu Reverse Phase Scheduling (RPS), Percent Plan Complete (PPC), Six Week Lookahead, commitment chart, sustain, mobile chart dan Start of the day meeting

    Analisis Risiko Investasi Proyek Kereta Cepat Jakarta-bandung

    Full text link
    Proyek kereta cepat Jakarta – Bandung dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China yang merupakan badan USAha International Joint Venture antara konsorsium dari China yaitu China Railway Engineering Corporation dengan konsorsium BUMN Republik Indonesia. Skema pendanaan proyek tersebut menggunakan sistem business to business yang menghabiskan dana mencapai Rp306 triliun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko yang mempengaruhi investasi proyek tersebut dalam aspek finansial. Terdapat empat tahapan analisis dalam penelitian ini yakni identifikasi risiko, evaluasi risiko, uji hipotesis dan kuantifikasi risiko. Setelah dilakukan identifikasi risiko oleh pakar, maka diperoleh 31 risiko yang dinilai relevan untuk mungkin terjadi dan mempengaruhi investasi proyek kereta cepat. Selanjutnya pada tahap evaluasi risiko dapat ditentukan risiko dengan tingkat risiko “High” berjumlah 6 risiko atau sebesar 19%, “Medium” berjumlah 19 risiko atau 62%, dan “Low” berjumlah 6 risiko atau 19%. Tahap terakhir adalah kuantifikasi risiko yang menghasilkan besaran pengaruh risiko terhadap biaya konstruksi sebesar 2,23%, terhadap biaya perawatan sebesar 2,17%, terhadap biaya operasional sebesar 1,68%, dan terhadap biaya total sebesar 3,1%. Risiko tersebut juga mempengaruhi pendapatan kereta cepat sebesar 1,62%

    Pengaruh Pola Kebijakan Produktivitas Konstruksi Indonesia terhadap Daya Saing Infrastruktur

    Full text link
    Sektor konstruksi mempunyai peran penting dalam menggerakkan sektor riil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas serta daya saing konstruksi. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan – kebijakan yang mengatur tentang hal – hal yang mempengaruhi produktivitas (5M) terutama pada bidang konstruksi sehingga terjadi peningkatan produktivitas yang secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing infrastuktur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola kebijakan produktivitas konstruksi Indonesia terhadap daya saing infrastruktur berdasarkan data – data seperti UU Jasa Konstruksi, UU Ketenagakerjaan, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri ,Peraturan Daerah dan Standar Nasional Indonesia (SNI) beserta data – data sekunder seperti jumlah penduduk Indonesia, jumlah tenaga kerja konstruksi, jumlah tenaga kerja konstruksi ahli dan terampil, nilai konstruksi yang diselesaikan dan proyek strategis nasional yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk mengolah data – data tersebut dipakai metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan metode Crosstab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebijakan – kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal produktivitas konstruksi secara tidak langsung berpengaruh terhadap daya saing insfrastuktur seperti semakin meningkatnya nilai konstruksi yang diselesaikan, semakin banyaknya proyek stategis nasional yang rampung sesuai dengan tahun pengoperasian dan peningkatan tenaga kerja konstruksi yang bersertifikasi
    corecore