26 research outputs found

    Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (Fishing rate and season at hand line caught-Tuna (Thunnus albacares) landed in Bitung Oceanic Fisheries Port)

    Get PDF
    Tuna (Thunnus albacares) is a big pelagic fish with an extensive distribution from tropics to subtropics. It is categorized as highly economic fish and takes important role in promoting fisheries trades at the national and international level. This study was aimed at knowing the handline fishing rate and appropriate fishing season. The method used in this study was descriptive through case study approach. The study employed secondary data of Bitung oceanic fisheries port based on 5 year-fisheries log data, from 2011 to 2015. Results showed that the lowest fishing rate occurred in November 2013, 2.24 kg/hr/fisher and the highest was found in November 2011, 93.14 kg/hr/fisher. Based on fishing season, it was found that fishing season occurred in January, July, August, September, October and November. Keywords :  fishing rate, season, tuna   ABSTRAK Madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan pelagis besar dengan distribusi geografis mulai dari daerah tropis sampai sub tropis. Madidihang tergolong ikan bernilai ekonomis tinggi serta berperan penting dalam menggerakkan perdagangan hasil perikanan secara nasional dan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya laju tangkap madidihang dengan tuna hand line dan mengetahui musim yang baik untuk penangkapan madidihang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data yang digunakan dalam analisis laju tangkap dan musim penangkapan yaitu data sekunder yang di peroleh dari data log perikanan selama 5 tahun (2011-2015) yang tercatat di PPS Bitung . Hasil analisis laju tangkap diperoleh laju tangkap terendah berada pada bulan November 2013 yaitu 2,24 kg/jam/pemancing, sedangkan pada bulan November 2011 memiliki nilai laju tangkap tertinggi yaitu 93,14 kg/jam/pemancing. Berdasarkan hasil analisis musim penangkapan, diketahui bahwa musim penangkapan madidihang terjadi pada bulan Januari, Juli, Agustus, September, Oktober dan Nopember. Kata kunci : Laju tangkap, musim tangkap, madidhan

    Study of Welfare Level of Fisherman Community in Alo Village, Rainis District, Talaud Islands Regency

    Get PDF
    Talaud Islands Regency is a maritime area with a sea area of around 37,800 km² (95.24%) and a land area of 1,251.02 km². The fishing community in Alo Village utilizes fishery resources as their main source of life. especially the coastal community of Alo village which is dominated by fishermen who are classified as labor fishermen or small fishermen. Fishing communities are small groups of people living in coastal areas whose main livelihood is utilizing the natural resources found in the ocean, whether in the form of fish, shrimp, seaweed, shellfish, coral reefs and other marine wealth. To determine the level of welfare of the fishing community in Alo Village. The type of research method used in this research is census research using descriptive analysis. So it can be concluded that the level of welfare of the fishing community in Alo Village, Rainis District, Talaud Islands District, with the number of respondents representing as many as 30 respondents was categorized as quite prosperous or moderate with a percentage of 66.67% and a score of 13. Keywords: Alo Village, Welfare, Income, Expenditures, education. Abstrak Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah bahari dengan luas lautnya sekitar 37.800 km² (95,24%) dan luas wilayah daratan 1.251,02 km². Masyarakat nelayan di Desa Alo memanfaatkan sumberdaya perikanan sebagai sumber kehidupan utama. khususnya masyarakat pesisir desa Alo yang di dominasi oleh nelayan yang tergolong nelayan buruh atau nelayan – nelayan kecil. Masyarakat nelayan yaitu kelompok kecil masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama adalah memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di dalam lautan, baik itu berupa ikan, udang, rumput laut, kerang- kerangan, terumbu karang dan hasil kekayaan laut lainnya. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan Desa Alo. Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sensus dengan menggunakan analisis deskriptif. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa Alo Kecamatan Rainis Kebupatan Kepulauan Talaud, dengan jumlah responden yang mewakili sebanyak 30 responden dikategorikan cukup sejahtera atau sedang dengan persentase 66,67% dan nilai skor 13. Kata kunci: Desa Alo, Kesejahteraan, Pendapatan, Pengeluaran, pendidikan

    Pengaruh Umur Bulan Terhadap Hasil Tangkapan Sero

    Get PDF
    Bambanipa Village is one of the villages in Palasa District, Parigi Moutong Regency, Central Sulawesi Province. Based on direct observations and interviews with local fishermen, the number of fishermen in the village of Bambanipa is 37 people. The research method used is descriptive and participatory. descriptive methods used are surveys and interviews. for data analysis using a randomized block design (RBD) model, with a mathematical formulation. During the research in the village of Bambanipa, the total number of catches was 318 individuals. With details based on the type of fish caught, namely Baronang (Siganus lineatus) 19 individuals, Grouper (Cromileptes altivelis) 1 individuals, Botana (Ctenochaetus striatus) 1 individual, Katamba (Lethrinus lentjan) 3 individuals, Dayah beard (Upeneus moluccensis) 3 individuals, Rengginan (Myripristis hexagonatus) 69 individuals, Tiger snapper (Plectorhinchus chaetodontoides) 2 individuals, Kuwe (Pseudocaranx dentex) 5 individuals, Black point snapper (Lutjanus fulviflamma) 3 individuals, Selar (Selar boops) 10 individuals, Sembilang (Euristhmus microceps) 200 individuals , 2 individuals of Cuttlefish (Sepia sp.)

    Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan pancing dasar sekitar perairan Desa Bajo Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara

    Get PDF
    Penggunaan pancing dasar dengan berbagai jenis umpan hidup memberikan hasil tangkapan yang cukup memuaskan namun nelayan belum mengetahui penggunaan umpan alami (ikan) apa yang paling cocok dan memberikan hasil terbanyak. Dari beberapa jenis umpan ikan yang biasa digunakan, maka dipilih tiga jenis ikan yang dijadikan umpan yaitu ikan malalugis, tude dan cumi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dan uji BNT. Hasil analisis menunjukkan bahwa umpan yang terbaik untuk pancing dasar adalah ikan malalugis dengan jumlah hasil tangkapan terbanyak yaitu 59 ekor, diikuti oleh ikan tude dengan hasil tangkapan 41 ekor dan cumi dengan hasil tangkapan 37 ekor. Komposisi hasil tangkapan adalah ikan gaca (Lutjanus gibus) dengan jumlah tertinggi sebanyak 40 ekor, gutila (Lethanusoratus) 30 ekor, gorara (Lutjanus sp) 28 ekor, goropa (Cepolopholis minata) 23 ekor dan ikan tato (Edonus niger) hanya 16 ekor

    Musim penangkapan ikan julung-julung (Hemirhampus sp.) dengan soma giop di Desa Leleoto Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara

    Get PDF
    Ikan julung-julung (Hemirhamphus sp.) merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Desa Leleoto Kecamatan Tobelo Maluku Utara. Sumberdaya ini tergolong ikan pelagis yang hidup di perairan pantai cenderung oseanis, dan hanya terlihat bergerombol di sekitar perairan karang ketika akan memijah. Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan julung-julung adalah soma giop roa, sejenis pukat cincin ukuran kecil. Tetapi informasi ilmiah tentang musim penangkapan ikan julung-julung belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis musim penangkapan ikan julung-julung dan mengetahui kontribusi ekonomi tangkapan julung-julung bagi nelayan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus; teknik pengumpulan data dikerjakan dengan cara mengisi daftar pertanyaan, wawancara, pencatatan, pengamatan langsung dan partisipasi aktif. Musim penangkapan ikan julung-julung dianalisis dengan membandingkan hasil tangkapan per satuan upaya bulanan dengan rata-rata hasil tangkapan per satuan upaya total pada tahun tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan julung-julung di perairan pantai Desa Leleoto bervariasi setiap tahunnya, tetapi secara umum dapat dibagi ke dalam dua fase utama, yaitu fase pertama terjadi pada bulan Februari dan Maret; dan fase kedua terjadi sekitar bulan November. Kontribusi ekonomi hasil tangkapan julung-julung terhadap nelayan, terutama masanae belum cukup baik

    PERANAN DINAS PERIKANAN MINAHASA TENGGARA DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT PESISIR DI DESA PONOSAKAN KECAMATAN BELANG

    Get PDF
    Desa ponosakan masuk dalam wilayah Minahasa Tenggara, lebih tepatnya di Kecamatan Belang. Masyarakat pesisir terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pengolah hasil laut, dan pedagang, serta masyarakat lain yang kehidupan sosial ekonominya bergantung pada sumber daya laut. Saat ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa Tenggara dalam meningkatkan perekonomianBantuan pemerintah seperti perahu body dan pelang/pambut sangat membantu untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan tangkap dalam menunjang perekonomian keluarga serta menjadi suatu pekerjaan yang berkelanjutan, begitu juga dengan adanya bantuan coolbox kepada para penjual ikan/tibo-tibo ikan, mereka sangat terbantu dengan adanya bantuan yang diberikan sehingga dapat menambah jumlah ikan yang bisa di tampung serta mengutamakan dan menjaga kualitas ikan hingga dipasarkan. Kemajuan ekonomi masyarakat juga membuktikan bahwa adanya perkembangan dalam segi kesehatan dan pendidikan dimana pertumbuhan anak-anak yang sehat serta sebagian besar anak nelayan tetap melanjutkan pendidikan bahkan hingga ke jenjang lanjutan

    Pengaruh diameter roller terhadap jumlah hasil tangkapan bagan di Perairan Selat Lembeh Kota Bitung (The effect of roller diameter on the fish catch of aerial traps in Lembeh Strait Waters, Bitung)

    Get PDF
    Lembeh Bay waters possess sufficient potency of small pelagic fish resources that could be managed for people prosperity, particularly fisheries communities. One of the fishing gears operated in Lembeh Strait is aerial traps. The success of aerial traps operation is the availability of target fish resources, the control of target fish behavior, and hauling time. One of the influencing factors of net hauling time isroller that functions to lower and lift the net in light fishing. This study utilized 3 different roller diameters, 10 cm, 15 cm, and 20 cm,installed over each aerial traps and simultaneously operated. Fishing operations were done 7 times once a day, from October 21th, 2017, and October 23th to 28th, 2017. Results found that the roller size highly significantly affected the time of net hauling and catches, 262 seconds for 10 cm diameter, 215.86 seconds for 15 cm diameter, and 178.86 seconds for 20 cm diameter, respectively. Total catches obtained in 3 aerial traps using different rollers were 4450 kg (18.43 %) of mackerel (Decapterus sp), 5250 kg (21.74 %) of yellowstripe scad (Selaroides sp), 5500 kg (22.77 %) of bullet tuna (Auxisrocii), 5750 kg (23.81 %)of sardines (Sardinella sp), and 3200 kg (13.25 %) of squids (Loligo sp).Keywords: roller diameters, aerial traps. ABSTRAKPerairan Selat Lembeh memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil yang cukup potensial untuk dikelola bagi kemakmuran masyarakat pada umumnya dan khusunya masyarakat nelayan. Salah satu alat tangkap yang diusahakan oleh nelayan yang berkegiatan di perairan Selat Lembeh adalah bagan. Keberhasilan pengoperasian bagan adalah tersedianya sumberdaya ikan target, pengendalian tingkah laku ikan target serta waktu pengangkatan atau penarikan jaring (cang). Salah satu faktor yang mempengaruhi waktu pengangkatan jaring yaitu roller. Pada bagian atas rumah bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi sebagai katrol untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada malam hari (light fishing) terutama pada hari yang gelap dengan menggubakan lampu sebagan alat bantu penangkapan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) penambahan diameter roller dengan ukuran berbeda yaitu: 10 cm, 15 cm, dan 20 cm yang dipasang pada tiap bagan (1 bagan 1 ukuran roller) dan dioperasikan secara bersamaan. Pengoperasian dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali pada hari-hari yang berbeda, yaitu dilakukan pada bulan Oktober 2017, dimulai pada hari Sabtu tanggal 21, Senin tanggal 23 – Sabtu tanggal 28. Perbedaan beberapa ukuran roller pada bagan apung, berpengaruh sangat nyata terhadap waktu penarikan jaring dan hasil tangkapan yaitu lebih cepat, dengan rincian waktu pada penambahan diameter 10 cm 262 detik, diameter 15 cm 215,86 detik, dan diameter 20 cm 178,86 detik. Hasil tangkapan total yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian pada 3 alat tangkap bagan dengan ukuran penambahan sampul roller yang berbeda sebanyak 4450 kg (18,43 %) malalugis (Decapterus sp), 5250 kg (21,74 %) tude (Selaroides sp), 5500 kg (22,77 %) deho (Auxisrocii), 5750 kg (23,81 %) sardin (Sardinella sp) dan 3200 kg (13,25 %) cumi (loligo sp).Kata-kata kunci: diameter roller, bagan apung

    Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan

    Get PDF
    Berhasilnya suatu usaha perikanan, tergantung pada metode penangkapan suatu alat tangkap yang digunakan, yang harus sesuai dengan kondisi perairan setempat (Ayodhyoa, 1981), Rawai atau juga disebut sebagai long line merupakan sederetan mata pancing yang dipasang dengan tali cabang pada satu atau lebih tali utama.Panjang rawai bisa bervariasi dari yang pendek (beberapa meter saja) sampai yang sangat panjang (berkilometer).Dalam penelitian yang dilakukan, perbedaan ukuran mata pancing diteliti untuk dapat diketahui ukuran mata pancing yang cocok dengan kedalaman perairan pada lokasi penelitian yaitu di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Masalah mendasar yang diteliti,yaitu: Apakah ada pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang yang dioperasikan? Mata pancing ukuran berapakah yang memberikan hasil tangkapan yang banyak? Jenis-jenis ikan apa sajakah yang tertangkap? Tujuan utama penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap rawai pancang, Mengetahui ukuran mata pancing yang paling cocok digunakan., Mengetahui jenis ikan yang tertangkap. Metode penangkapan rawai pancang dalam penelitian ini yaitu dengan menancapkan di laut kemudian setiap 3 jam dilakukan pengambilan hasil tangkapan dan penggantian umpan yang gagal tangkap. Hasil tangkapan dikumpulkan sebanyak 3 kali pengambilan setiap hari selama 8 hari. Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 125 ekor ikan demersal.Jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan goropa loreng sebanyak 25 ekor (20%) dan banyak tertangkap pada mata pancing ukuran nomor 13. Berikutnya secara berurut adalah ikan lencam sebanyak 19 ekor (15,2%), ikan gorara sebanyak 16 ekor (12,8%), ikan gutila sebanyak 12 ekor (9,6%), ikan babagoni sebanyak 11 ekor (8,8%), ikan sembilan sebanyak 10 ekor (8%), ikan gaca sebanyak 9 ekor (7,2%), belut sebanyak 8 ekor (6,4%), ikan kakap sebanyak 7 ekor (5,6%), ikan goropa hitam sebanyak 6 ekor (4,8%) dan akhirnya ikan biji nangka sebanyak 2 ekor (1,6%). Jadi terdapat 11 jenis ikan yang tertangkap dan frekuensi terbanyak pada mata pancing ukuran nomor 13. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, pada taraf signifikansi 99% untuk perlakuan, sehingga secara statistik menerima hipotesis tandingan H1 dan menolak hipotesis dasar H0.Hal ini berarti bahwa keempat ukuran mata pancing sebagai perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan rawai pancang. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa penggunaan mata pancing ukuran nomor 13 berbeda nyata dengan ukuran nomor 14, berbeda sangat nyata dengan nomor 15 dan nomor 16. Mata pancing ukuran nomor 14 berbeda sangat nyata dengan nomor 16. Ukuran mata pancing nomor 14 tidak berbeda nyata dengan nomor 15 dan mata pancing ukuran nomor 15 tidak berbeda nyata dengan nomor 16. Kesimpulannya bahwa mata pancing ukuran nomor 13 lebih baik dari ketiga ukuran mata pancing lainnya

    Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

    Get PDF
    ABSTRACT Overfishing is due to increasing fishing capacity through increasing the size of fishing gears and vessels. This research aims to analyze the development of the five-year CPUE and maximum production of purse seine fishery in Manado and Bitung Cities periodically and determine changes in fishing capacity and its influence on CPUE. The results of this study are expected to provide information in the purse seine fishery management in the city of Manado and Bitung. The results of the analysis is the highest CPUE for Bitung occurred in the period 2005-2009, the lowest CPUE occurred in the period 2008-2012 and the highest CPUE for Manado occurred in the period 2008-2012, the lowest CPUE occurred in the period 2006-2010. The highest maximum production Bitung occurred in the period 2008-2012 amounted to 22.083 tons and maximum production of Manado occurred in the period 2006-2010 amounted to 7.855 tons. The number of vessels and their sizes in each five-year period there increased in line with the increase of production. Keywords: catch, effort, purse seine, pelagic fish.   ABSTRAK Penangkapan ikan secara berlebihan terjadi karena meningkatnya kapasitas tangkap yaitu melalui penambahan ukuran alat tangkap dan ukuran kapal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan lima tahunan CPUE maupun produksi maksimum perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung secara periodik dan mengetahui perubahan kapasitas tangkap dan pengaruhnya terhadap CPUE. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengelolaan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung. Hasil analisis yang diperoleh adalah CPUE tertinggi untuk Kota Bitung terjadi pada periode tahun 2005-2009, CPUE terendah terjadi pada periode tahun 2008-2012 dan CPUE tertinggi untuk Kota Manado terjadi pada periode tahun 2008-2012, CPUE terendahnya terjadi pada periode tahun 2006-2010. Produksi maksimum tertinggi Kota Bitung terjadi pada periode tahun 2008-2012 sebesar 22.083 ton dan produksi maksimum Kota Manado terjadi pada periode tahun 2006-2010 sebesar 7.855 ton. Jumlah kapal dan ukuran kapal pada setiap periode lima tahunan meningkat seiring dengan peningkatan produksi. Kata-kata kunci: hasil tangkapan, upaya, pukat cincin, ikan pelagi

    Pendugaan stok dan musim penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

    Get PDF
    Ikan julung-julung (Hemirhamphus far) atau ikan roa yang oleh masyarakat diolah secara tradisional dengan cara pengasapan, yang dikenal dengan nama galafea. Gerombolan ikan roa mengadakan migrasi ke perairan Tagulandang untuk melakukan pemijahan karena ikan yang tertangkap hampir seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan ditangkap dengan soma roa. Bila penangkapan ikan ini dilakukan terus-menerus dikuatirkan populasinya cenderung berkurang karena siklus hidupnya dapat terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menduga potensi lestari sumberdaya ikan julung-julung di perairan Tagulandang dan (2) menganalisa musim penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan Tagulandang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berdasarkan studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap nelayan setempat, melakukan pencatatan data tentang trip operasi dan hasil tangkapan,  pengamatan langsung dan partisipasi aktif. Pendugaan stok menggunakan model Schaefer (1954) dimana CatchMSY = -0.25 × a2/b dan Fopt (EMSY) = -0.5 × a/b, dan untuk menduga musim ikan dapat diketahui dengan membandingkan Yi dengan rata-rata hasil tangkapan total (), dimana jika Yi >  berarti musim ikan atau Yi <  berarti tidak musim ikan. Potensi lestari ikan julung-julung di perairan Tagulandang 11,716 ton pertahun dengan upaya optimum 144,643 trip. Tingkat pemanfaatan mencapai 98,55 %, sehingga penambahan alat tangkap akan mengganggu kelestarian ikan julung-julung. Musim penangkapan di perairan Tagulandang terjadi dalam dua fase yaitu fase pertama terjadi pada bulan Februari sampai April dan fase kedua terjadi pada bulan Agustus sampai Oktober
    corecore