12 research outputs found

    Pola Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah Keriting Terhadapaplikasi Kalium Nitrat (Kno3) pada Daerah Dataran Tinggi

    Full text link
    Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, namun jumlah produksi nasional belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggi akan tingkat konsumsi cabai. Untuk meningkatkan produksi tanaman cabai merah perlu adanya teknologi budidaya yang tepat, salah satunya adalah pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh aplikasi KNO3 tehadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi, (2) mengetahui konsentrasi KNO3 terbaik untuk produksi tanaman cabai merah (C. annuum) pada daerah dataran tinggi. Perlakuan ini disusun secara tunggal dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Adapun faktor perlakuan dosis kalium nitrat (KNO3) terdiri dari 5 taraf yaitu K0 (kontrol 0 g l-1), K1 (2 g l1), K2 (4 g l-1, K3 (6 g l-1), dan K4 (8 g l-1). Setiap taraf dosis perlakuan diulang sebanyak tiga kali.Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan analisis ragam kemudian pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dan polinomial ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi KNO3 pada fase vegetatif menunjukkan pola pertumbuhan tanaman cabai yang relatif sama khususnya tinggi tanaman dan tingkat percabangan. Sedangkan pada fase generatif pemberian konsentrasi KNO3 pada tanaman cabai sampai dengan 4 g l-1 dapat meningkatkan jumlah bunga dan panjang buah dan dapat meningkatkan hasil produksi (jumlah buah dan bobot buah panen). Secara kualitatif pemberian konsentrasi KNO3 2 g l-1 dan 4 g l-1 memberikan penampilan yang cukup baik dibandingkan dengan pemberian konsentarsi KNO3 6 g l-1 dan 8 g l-1

    Menentukan Konsentrasi Molibdenum Terbaik Untuk Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Tanaman Melon (Cucumis Melo L.) Pada Sistem Hidroponik

    Full text link
    Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan semusim yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek yang menjanjikan, baik dalam pemasaran buahnya maupun benihnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman melon yaitu dengan menerapkan teknikbudidaya sistem hidroponik dengan konsentrasi larutan hara yang tepat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons dua varietas tanaman melon yang dibudidayakan secara hidroponik pada media arang sekam terhadap konsentrasi molibdenum (Mo).Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus – Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Perlakuan disusun secara faktorial 2Γ—5 dengan 3 kali ulangan pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah perlakuan konsentrasimolibdenum (Mo) yaitu : Mo 1 = 0,05 ppm, Mo 2 = 0,55 ppm, Mo 3 = 1,05 ppm, Mo 4 = 1,55 ppm, dan Mo 5 = 2,05 ppm . Faktor kedua adalah varietas tanaman melon (V), yaitu v 1 = varietas Action dan v 2 = varietas Aramis. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan menggunakan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data dianalisisdengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji ortogonal kontras polinomial pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi molibdenum (Mo) dari 0,05 sampai 2,05 ppm tidak berpengaruh pada semua variabel pertumbuhan vegetatif dan generatif, sehingga belum terdapat konsentrasi yang terbaik bagi pertumbuhan dan produksi melon, melon varietas Action lebih baik daripada varietas Aramis dalam hal panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, volume buah, diameter buah dan bobot buah, serta tidak terdapat interaksi antara varietas melon dan konsentrasi molibdenum yang digunakan terhadap semua variabel, baik variabel pertumbuhan vegetatif maupun variabel generatif

    Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Dosis Pupuk Npk (15:15:15) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.)

    Full text link
    Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat salah satunya yaitu sebagai detoksifikasi atau peluruh racun dari dalam tubuh. Banyaknya manfaat tersebut mengakibatkan permintaan mentimun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan produksi yang baik. Untuk itu perlu dilakukan budidaya yang baik agar kebutuhan buah mentimun terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun, pengaruh dosis pupuk NPK yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun, dan pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun pada masing – masing dosis NPK. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2012. Perlakuan dalam penelitian ini disusun secara faktorial (2x3) dalam rancangan teracak sempurna dengan tiga ulangan. Perlakuan faktorial terdiri dari dua faktor, faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair (A), yaitu tanpa pupuk organik cair (a1) dan dengan pupuk organik cair (a2). Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK (B), yaitu 10 g per polibag (b1), 20 g per polibag (b2), dan 30 g per polibag (b3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 20 g per polibag dan 30 g per polibag memberikan hasil yang lebih tinggi bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun dibandingkan dengan pemberian NPK dosis 10 g per polibag, khususnya pada jumlah daun, jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, panjang buah, dan bobot kering brangkasan tanaman mentimun, dan pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman mentimun dipengaruhi oleh pemberian pupuk NPK (15:15:15) hanya nampak pada variabel jumlah bunga jantan

    Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran Rendah Propinsi Lampung, Indonesia

    Full text link
    Evapotranspiration is an important factor in estimating crops water use and then irigation schedule. Direct measurement of evapotranspiration is difficult since it is influenced by many factors. Estimation methods are developed for estimating evapotranspiration rate from meteorological data. One method which is recommended by FAO is Penman-Monteith Method (P-M). To evaluate whether this method could be accurately used in Lampung a comparison had been conducted with evaporation measurement on two climate stations in Lampung, Branti and Masgar with data set from 2006-2008. The result for Branti showed that observation data was lower than P-M for ET > 4 mm and higher for ET <4; while for Masgar evaporation observation always higher than P-M. In general P-M was 1.09 times higher than observation in Branti and 0.89 lower in Masgar. Correlation coefficients between P-M and observation were low (r = 0.3 for Branti and r= 0.5 for Masgar). Two possible reasons for the disagrrement were first, there was an error in measuring water level on the evaporation pan, this showed by the fact that observed evaporation has low coefficient correlation with all meteorological data which have direct impact on evaporation (air temperature and humidity, wind speed and radiation); second, CROPWAT converted shunshine duration to be the radiation intensity with linear approach while field data showed that sunshine duration did not relate linearly with radiation intensity

    Pengaruh Pemberian Dua Jenis Mulsa Dan Tanpa Mulsa Terhadap Karakteristik Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) Pada Dataran Rendah

    Full text link
    Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Permintaan produk cabai cenderung terus meningkat. Nilai ekonomi yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak USAha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi. Salah satu USAha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil yang diperoleh optimal. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah, (2) mengetahui jenis mulsa yang menghasilkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar, Gedong Tataan pada bulan Oktober 2011– April 2012. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan (tanpa mulsa, mulsa plastik, mulsa jerami) dan tiga ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan, (2 Penggunaan mulsa plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai

    Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Slurry Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.)

    Full text link
    Kacang hijau merupakan salah satu komoditi tanaman pangan di Indonesia yang mengalami penurunan produksi beberapa tahun terakhir. Pemupukan yang imbang dan tepat dosis merupakan salah satu upaya peningkatan produksi kacang hijau. Pupuk kimia saja tidak dapat dijadikan sebagai sumber unsur hara utama bagi tanaman. Pupuk Slurry cair berasal dari kotoran sapi mengandung unsur hara lengkap dan dapat diserap tanaman lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk slurry cair untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan sejak November 2013 hingga Januari 2014. Penelitian ini dirancang dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot. Plot yang digunakan berukuran 6 x 4 m2 dengan jarak tanam 40 x 15 cm2. Analisis sidik ragam pada taraf 1% dan 5%, uji homogenitas ragam dengan uji Bartlett, aditivitas dengan uji Tukey, dan uji lanjut BNT pada taraf 1% dan 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi dosis pupuk Slurry Cair dan pupuk kimia memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pupuk kimia saja. Hal ini ditunjukkan perlakuan pemberian urea 12,5 kg ha -1 + SP-36 15 kg ha -1 + KCl 12,5 kg ha-1 + Slurry Cair 2 liter ha-1 memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot bintil akar, bobot berangkas, jumlah polong, serapan hara NPK, dan bobot biji kering kacang hijau
    corecore