27 research outputs found

    Keadaan Gizi Kurang Dan Beberapa Aspek Fungsi Otak

    Full text link
    Keadaan gizi kurang dan beberapa aspek fungsi otak. (Under­nutrition and some aspects of brain function). Presented at the Second National Pediatric Congress. Bandung, 1971. A group of 31 Indonesian children aged 9 to 15 years whose nutritional status had been studied over a two-year period from 1957 to 1959 were reexamined in 1969. According to their earlier classification which was made in the first examination. 10 chil­dren had been undernourished and 21 children were regarded as healthy mostly during their second and third year of life. The undernourished and healthy groups were significantly smaller than the reference Djakarta standard. Between the ori­ginal undernourished and healthy groups they showed also a significant difference both in height and weight. On the basis of the clinical aspects, the healthy group remained in better physical condition. The dietary study showed low calorie and nutrient intakes particularly protein which were deficient in both groups. The parents of the children of both groups had a low income, were unskilled laborers and were illiterate. Educational place­ment showed that most of the children lag much behind the average for Indonesian school children. The I.Q. values were found significantly lower in the under­nourished group. The large number of cases detected as abnor­mal, recorded as generalized or focal slow activity of the brain waves, was 64.5%. Our observations indicated that early undernutrition during the second and third year of life, also presumably earlier, resulted in retardation of both physical and intellectual developments

    Profil Anak Balita Penderita Gizi Buruk Di Daerah Bogor

    Full text link
    PROFIL ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI DAERAH BOGO

    Kecukupan Energi Dan Pola Kegiatan Golongan Remaja Putra Di Pedesaan Bogor

    Full text link
    Kebutuhan energi manusia berbeda menurut golongan umur, jenis kelamin serta kegiatan fisiknya. Penelitian mengenai penggunaan energi dan pola kegiatan remaja putra di pedesaan, telah dilakukan, guna menaksir kecukupan energinya. Sebagai subyek ialah siswa dari Sekolah Lanjutan Atas di Kabupaten Bogor, dalam keadaan gizi baik (BB/TB = 90% baku Harvard). Jumlah subyek yang terpilih dari dua sekolah tersebut ada 97 orang, berumur 16-19 tahun. Data jenis serta waktu yang digunakan untuk berbagai kegiatan diperoleh dengan cara mencatat berbagai kegiatan menit demi menit selama 24 jam. Penggunaan energinya diperoleh dengan mengukur penggunaan oksigen pernafasan dalam keadaan "Basal" (Basal Metabolic Rate cara tidak langsung); kemudian dihitung secara faktorial dengan menggunakan konstanta FAO/WHO/UNU 1985. Hasil yang diperoleh ialah rata-rata "Basal Metabolic Rate" sebesar 0.018 Kkal/Kg BB/menit atau 26.43 Kkal/BB/24 jam; besarnya penggunaan energi sehari adalah 2053.6 Kkal atau 40.99 Kkal/Kg BB/hari. Sehingga taksiran kecukupan energi untuk kegiatan putra di pedesaan adalah 40.99 Kkal/Kg BB/hari

    Aflatoxin Dalam Kacang Tanah, Minyak, Bungkil Dan Oncom

    Full text link
    Kandungan aflatoxin kacang tanah, minyak, bungkil, oncom diteliti dari bahan-bahan contoh yang diambil dari beberapa pabrik minyak kacang, pembuat oncom dan pedagang oncom di pasar dalam kotamadya Bandung.Sebagian kecil bungkil dari pabrik minyak kacang langsung diolah menjadi oncom. Sebagian besar melalui penyimpanan dulu. Suhu dan lembab nisbi ditempatkan penyimpanan memungkinkan pertumbuhan cendawan penghasil aflatoxin subur. Pengolahan bungkil kacang menjadi oncom dapat mengurangi kandungan aflatoxin

    Analisa Situasi Kini Tentang Isi Dan Pelaksanaan Kegiatan Gizi Dalam "Primary Health Care"

    Full text link
    Dalam USAha untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat berpenghasilan rendah diberbagai negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, langkah pertama ialah mengadakan penelitian mengenai isi dan pelaksanaan kegiatan gizi dengan pendekatan PHC yang telah dijalankan oleh negara bersangkutan. Penelitian ini mendapat bantuan dari WHO-SEARO.Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh data saat ini, tentang isi dan pelaksanaan kegiatan gizi dengan pendekatan PHC pada organisasi kesehatan (Puskesmas-UKIA, UPGK-Kes, KB-Gizi dan PKMD) di berbagai daerah, agar hasilnya dapat digunakan dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan gizi.Daerah terpilih ialah propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera Barat

    Improving the Nutritional Status of Preschool Children by Supplementing Adequate Calories

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian perbaikan gizi di PT Perkebunan XI, Kebun Karet, Kabupaten Sukabumi. Anak prasekolah umur 1-5 tahun dibagi dalam 4 kelompok, dengan perlakuan sebagai berikut: Kelom­pok I adalah kelompok kontrol; Kelompok II diberi makanan tambahan kalori tinggi (C); Kelompok III diberi makanan tambahan kalori tinggi protein tinggi (CP); dan Kelompok IV diberi makanan tam­bahan kalori tinggi protein tinggi ditambah pendidikan gizi intensif (CPE). Setiap kelompok terdiri dari 32-35 anak. Pemberian makanan tambahan dilakukan setiap hari selama 4 bulan (122 hari). Makanan tambahan C mengandung rata-rata 500 kalori dan 4 g protein, sedangkan makanan tambahan CP me­ngandung rata-rata 500 kalori dan 20 g protein. Lain daripada itu pengobatan sederhana terhadap infek­si diberikan kepada setiap anak pada semua kelompok. Konsumsi kalori sangat rendah dibandingkan dengan konsumsi protein. Dengan pemberian tambahan kalori yang cukup, tingkat keadaan gizi bertambah baik secara nyata. Perbaikan keadaan gizi pada ke­lompok yang diberi makanan tambahan C sama dengan pada kelompok yang diberi tambahan makanan CP dan CPE. Pengaruh pendidikan gizi terhadap perbaikan keadaan gizi belum tampak sesudah 6 bulan perlakuan. Hampir 50 % anak dijumpai menderita infeksi, dan jumlah ini menunjukkan kecenderungan berkurang selama program berlangsung

    Pengaruh Program Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Keadaan Gizi Anak-anak Pra-sekolah Di Lingkungan Kebon Kelapa Bogor

    Full text link
    Pengaruh program pemberian makanan tambahan terhadap ke­adaan gizi anak2 prasekolah di Lingkungan Kebon Kelapa, Bogor. (The effect of food supplementation program on the nutritional status of pre-school children). Presented at the Second National Pediatric Congress. Bandung. 1971. One of the main nutrition problems in developing countries is protein calorie malnutrition. The age group that has been most affected is the pre-school child. Serious dietary deficiency will impair his physical and mental developments. The pilot project was designed for the care of pre-school children with signs of malnutrition through a supplementary feeding program. The approach is to educate mothers on how to feed, with locally available foods, and care for their pre-school children; using techniques that are compatible with their under­standing and financial limitation through active participation. The duration of the supplementary feeding program was three months. In order to evaluate the program some anthro­pometric measurements, dietary intake study and clinical assess­ment were carried out before and after the program. The results of the study reveal that this program-approach can be recommended in the prevention and in combating malnu­trition in the pre-school child

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Keluarga di Tiga Daerah Berbeda Pola Kekerabatan

    Full text link
    The study was carried out in three different kinship areas : bilineal in West Java, patrilineal in Lampung and matrilineal in West Sumatera. The purpose of this study was to investigate the extent of sociocultural factors that may effect nutritional status. A total of428 women in three study areas were interviewed and families were observed. The mean per capita expenditure was about the same in the three areas, and the portion of expenditure for food was 55 to 59 percent. Based on weight for height using WHO-NCHS standard, the percent of families with malnourished children was 42,9 percent in Cianjur (West Java), 29,5 percent in Lampung Selatan (Lampung), and 30,7 percent in Tanah Datar (West Sumatera). The study revealed that condition and characteristic of the families of different kinships in the study areas contribute the difference in knowledge, practice and eating pattern leading to the difference in nutritional status. In promoting behavioural change and for determining appropriate approaches to use, factors such as the role and status of women in the family in different kinships and community experiences combined with appropriate methods of adult education should be considered in applying the nutrition extension programme
    corecore