14 research outputs found

    Kajian Tempat Tumbuh Jenis Shorea Smithiana, S. Johorensis dan S. Leprosula di PT ITCI Hutani Manunggal, Kalimantan Timur

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan mengkaji tempat tumbuh dari family Dipterokarpa, yaitu jenis Shorea smithiana, S. johorensis dan S. leprosula. Pembuatan 3 plot penelitian di dalam 1 hektar berbentuk bujur sangkar dengan jalur-jalur inventarisasi selebar 20 meter jarak datar. Dari hasil penelitian pada ketiga plot pengamatan menunjukkan jenis S. smithiana, S. johorensis dan S. leprosula memiliki Indeks Nilai Penting (INP) yang cukup dominan dari jenis-jenis lainnya dan mampu tumbuh pada kelas kelerengan yang ekstrim. Ketiga jenis tersebut hidupnya lebih cenderung kearah individualis atau tidak berkelompok dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Dari hasil analisa tanah tempat tumbuh, memperlihatkan sifat fisik tanah yang baik terutama bulk density, pori total, kadar air tanah dan tekstur tanahnya. Sifat kimia juga terlihat cukup subur. Tipe iklim mikro seperti suhu udara dan kelembaban termasuk kategori sedang, dengan intensitas cahaya dan curah hujan tahunan yang tinggi

    Biaya Investasi Langsung Pengelolaan Hutan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) oleh PT Intracawood Manufacturing di Kalimantan Timur

    Full text link
    Pelaksanaan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) diharapkan dapat menjawab permasalahan menurunnya produktivitas hutan di Indonesia. Di sisi lain, besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan system silvikultur ini membutuhkan komitmen yang tinggi dari Perusahaan, mengingat belum adanya kepastian besarnya keuntungan Perusahaan jika melaksanakan TPTJ. Oleh karena itu, penelitian yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang biaya investasi langsung yang dilakukan PT Intracawood Manufacturing (PT IWM) dalam pengelolaan hutan dengan sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) menjadi penting dilakukan. Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis sekitar bulan Juni - Juli 2012 di PT IWM menunjukkan bahwa biaya investasi langsung dalam kegiatan TPTJ di PT IWM pada RKT 2011, tidak termasuk biaya tenaga kerja karyawan Perusahaan yang melakukan pengawasan kegiatan ini, mencapai Rp 6.591.270 per Ha

    Struktur Dan Komposisi Jenis Vegetasi Di Hutan Sekunder: Studi Kasus Khdtk Labanan Provinsi Kalimantan Timur (Structure and Species Composition of Tree in Secondary Forest: A Case Study at Khdtk Labanan, East Borneo Province)

    Full text link
    Hutan tidak produktif berupa hutan sekunder cenderung dikonversi menjadi hutan tanaman, perkebunan, dan Peruntukkan lainnya, meskipun hutan sekunder masih bisa dipulihkan dengan menggunakan jenis-jenis komersial setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi tegakan, potensi tegakan tinggal, dan permudaan alami pada hutan sekunder di KHDTK Labanan. Penelitian dilakukan melalui inventarisasi vegetasi dan analisis vegetasi guna menentukan potensi tegakan, kondisi permudaan alami, Indeks Nilai Penting (INP), dan keragaman jenis. Hasil penelitian menunjukkan struktur tegakan jenis komersial pada hutan sekunder di KHDTK Labanan mengikuti kurva eksponensial berbentuk β€œJ” terbalik seperti struktur tegakan pada berbagai kondisi hutan alam. Potensi tegakan jenis komersial diameter 20 cm ke atas sebesar 22,30 3m/ha dengan jumlah pohon lebih dari 25 pohon/ha. Permudaan alami jenis komersial untuk tingkat tiang 121 pohon/ha, pancang 47 batang/ha, dan semai 50 batang/ha. Dengan demikian, pada hutan sekunder KHDTK Labanan tidak diperlukan pengayaan. Jenis unggulan setempat yang dominan antara lain jenis Shorea parvifolia, S. atrinervosa, S. agami, S. hopeifolia, Madhuca malaccensis, dan Koilodepas sp. perlu dijaga dan dipelihara agar suksesi alami dan keanekaragaman terus berlanjut, serta menjadi sumber benih. Indeks keanekaragaman jenis di hutan sekunder KHDTK Labanan termasuk tinggi sampai sedang

    Kajian Dampak Perubahan Kebijakan Penatausahaan Hasil Hutan terhadap Suplai Bahan Baku Industri Kayu di Kalimantan Timur

    Full text link
    Pelaksanaan Permenhut No.P.55/Menhut-II/2006 dimaksudkan untuk memperpendek jalur birokrasi untuk menghemat waktu dan biaya yang dapat berdampak pada biaya pengurusan yang tinggi (high cost economy). Tetapi ketidaksiapan sumberdaya manusia sebagai penerbit dan kebingungan penerapan di lapangan akibat kondisi alam yang tidak ideal menjadi alasan sebagian besar Perusahaan di Kalimantan Timur mengalam kesulitan untuk melaksanakan Permenhut No.P.55/Menhut-II/2006 di lapangan. Disisi lain kayu bulat asal hutan alam dari Kalimantan Timur, khususnya jenis dipterokarpa, memegang peranan cukup penting bagi industri pengolahan kayu di Indonesia. Karena sekitar 50% dari total produksi kayu bulat Indonesia yang dipergunakan untuk bahan baku industri berasal dari Kalimantan Timur. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan hasil penelitian tentang pelaksanaan Permenhut No.P.55/Menhut-II/2006 di Kalimantan Timur, permasalahan yang dihadapi dan dampaknya bagi potensi kayu dari hutan alam, khususnya jenis dipterokarpa, di Kalimantan Timur. Penelitian yang dilakukan sekitar bulan Mei – Desember 2007 ini mendapatkan hasil bahwa pelaksanaan permenhut No.P.55/Menhut-II/2006 yang efektif dan efesien berdampak terhadap peningkatan produksi kayu bulat Kalimantan Timur yang tentunya juga akan meningkatkan produksi kayu bulat nasional
    corecore