13 research outputs found

    Space Contestation in the Tri-Dharma Religious Building (Buddhism, Confucianism, Taoism) in Indonesia

    Get PDF
    This study examines the contestation of the worship space by looking at how three religions: Buddhism, Confucianism and Taoism, occupy space in the tri-dharma worship building. This paper discusses the conceptual, theoretical, historical, and contemporary political aspects of the three religions in Indonesia and how the Indonesian government has historically encouraged Buddhists, Confucians, and Taoists to worship in the same space. This study surveys secondary data on the architecture of the Tri-Dharma houses of worship in Indonesia and looks at how the elements of each religion are placed in the buildings and how this reflects the contestation of the three religions in Indonesia. The result of this research shows that architectural contestation occurs in the altar room, ornamental, and overall building style. This contestation reflects which sects are dominant and which are peripheral to the three religions. This finding has implications for the importance of efforts to foster harmony between Tri-Dharma religious communities in Indonesia and how each one responds to architectural dominance and builds a more varied architecture of places of worship for the Tri-Dharma religion

    Analisis Semiotik antara Lingkungan Binaan dengan Lingkungan Sosial-Politik: Studi Kasus pada Arsitektur Masjid Provinsi di Indonesia

    Get PDF
    Artikel ini mempelajari hubungan arsitektur masjid provinsi di Indonesia dengan sistem sosio-politik masyarakat, khususnya masyarakat muslim dan non-muslim melalui teori semiotika. Hal ini menarik karena adanya latar belakang masyarakat yang majemuk diikuti dengan adanya keanekaragaman arsitektur masjid. Artikel ini memiliki tiga tujuan: pertama, melihat hubungan antara dimensi masjid dan populasi masyarakat muslim di suatu provinsi, kedua, melihat hubungan antara arsitektur masjid dengan jumlah masyarakat muslim dan ketiga, melihat hubungan antara penamaan masjid dengan lingkungan sosio-politik agama. Data kuantitatif 31 masjid provinsi di Indonesia dianalisis menggunakan analisis korelasi dan Fisher’s exact test. Penelitian ini berdasarkan data sekunder dari basis data Kementerian Agama Republik Indonesia. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: luas lahan masjid dan daya tampung masjid berkorelasi dengan jumlah dan proporsi masyarakat muslim di suatu provinsi. Sementara itu, arsitektur atap masjid yang berbentuk pyramidal roof ditemukan di provinsi yang penduduknya mayoritas suku Jawa. Nama masjid yang bersifat asertif ditemukan di provinsi yang jumlah masyarakat muslim dan non-muslim relatif seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa secara sadar atau tidak, kondisi lingkungan politik, agama dan etnis memiliki peran penting dalam arsitektur masjid provinsi di Indonesia.

    Pengenalan Metoda Disain dan Penerapannya pada Studio Perancangan Arsitektur

    Get PDF
    Merancang bangunan dalam konteks perkotaan harus ditempatkan berbeda, terutama dalam hal metoda perancangannya. Terdapat banyak metoda yang dapat digunakan, tetapi pendekatan rasional dan kontekstual yang menjadi salah satu kekuatan dari Responsive Environment, menjadi salah satu dasar dari penggunaannya pada Studio Perancangan Arsitektur 6. Fungsi bangunan tidak lagi tunggal, tetapi campuran Mix-Used yang merupakan perpaduan dari fungsi hunian dan non-hunian (perkantoran, toko). Mahasiswa tidak hanya ditugaskan untuk merancang bangunannya tetapi juga sekaligus membuat analisa kawasan serta kelayakan fungsi bangunan tersebut baik secara politis, sosial dan tentu saja secara ekonomis. Pembuatan analisa kawasan dilakukan secara kelompok sedangkan untuk perancangan bangunan dilakukan secara perorangan. Pembagian tugas ini adalah selain bertujuan untuk mempertajam pembahasan materi juga membiasakan kerja sama yang bertujuan untuk melatih perbedaan pendapat dan penyajian materi. Pemberian materi dilakukan pada 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) minggu pertama, dan pada minggu ke 8 (delapan) diadakan penyajian materi analisa kawasan perkelompok. Untuk minggu ke-9 (Sembilan) dan seterusnya sampai dengan minggu ke-16 (enam belas) digunakan untuk disain perorangan bangunan perkavling. Hasil akhir dari studio ini adalah kajian kawasan dengan usulan konsep kawasan, serta desain salah satu bangunan dengan fungsi campuran (mix-used) dengan prinsip medium-rise, perimeter bloc

    URBAN CATALYST

    Get PDF
    Teori katalis menyajikan gambaran esensial dari pengembangan urban; kekuatan untuk menggerakkan aksi yang lain. Fokusnya adalah interaksi dari elemen baru dan lama dan pengaruhnya pada bentukan urban masa depan, dan bukanlah perkiraan dari bentukan fisik ideal tertentu. Tujuan katalis perancangan urban adalah berdasarkan formula dan program, bukanlah rencana spesifik dan perancangan. Ia tidak bekerja dari master plan tapi master program, dimana master plan menentukan kondisi akhir pada masa depan, master program menetapkan tujuan yang lebih umum dan mengidentifikasi cara pencapaiannya. Akibatnya, program menawarkan berbagai cara dalam mencapai tujuan -tergantung keadaannya dan ia menetapkan keinginan dan metoda tapi bukanlah pemecahannya. Katalis berperan pada pengenalan suatu unsur yang dapat memodifikasi unsur lainnya. Dalam proses, katalis kadangkala tetap dan kadangkala dirinya termodifikasi. Katalis tidak dibutuhkan untuk dikonsumsi dalam proses tetapi dapat tetap dikenali. Identitasnya tidak akan dikorbankan pada saat ia menjadi bagian yang lebih besar. Ketahanan dari identitas individual -berbagai macam pemilik, penghuni dan arsitek- memperkaya kota. Untuk menjelaskan konsep urban katalis dalam terminologi yang kongkret, akan diambil contoh pada pusat kota Milwaukee, yaitu pengaruh dari perencanaan aktifitas komersil eceran baru yang disebut Grand Avenue. Sedangkan sebagai bahan perbandingan adalah pengembangan di Indonesia yaitu Kebayoran Baru, yang akan dilihat dari kacamata katalis urban

    Distraksi Visual Eksternal pada Arsitektur: Resiko pada Pengendara dan Mitigasinya

    Get PDF
    Arsitektur modern semakin berorientasi okular sehingga menimbulkan distraksi visual bagi masyarakat pengguna jalan di kawasan urban. Tidak mengherankan jika zaman ini disebut sebagai zaman distraksi. Walau begitu, penelitian mengenai distraksi eksternal dari arsitektur pada pengendara kendaraan bermotor masih sangat jarang dilakukan. Hal ini mempersulit para pengambil keputusan untuk membuat pengaturan yang ditopang bukti untuk menghilangkan atau mengurangi distraksi visual yang disebabkan oleh arsitektur pada tata kelola lalu lintas. Makalah ini meninjau literatur yang ada mengenai peran arsitektur dalam distraksi visual dan kemudian menggunakan tinjauan terhadap bangunan-bangunan ikonik dunia untuk mengkarakterisasi pola-pola penanganan distraksi visual. Penelitian ini menemukan tiga metode eliminasi distraksi visual yaitu pengambilan jarak yang jauh sehingga tidak terlihat dari jalan raya, pemakaian topeng visual seperti tembok dan pepohonan, dan desain lantai bawah yang tidak mencolok. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai arsitektur yang ramah pada pengguna jalan dan memberikan landasan bagi pengembangan proposal kebijakan yang diarahkan untuk mereduksi distraksi visual saat berkendara

    Aspek-Aspek Arsitektur Tradisional dalam Landmark di Kota-Kota Besar di Indonesia

    Get PDF
    Penelitian ini meninjau aspek-aspek arsitektur tradisional yang menjadi landmark di kota-kota besar di Indonesia dan popularitasnya dibandingkan landmark yang sepenuhnya modern dengan memeriksa jenis, aspek, kategori, dan daya tarik landmark di ibukota provinsi di Indonesia. Analisis deskriptif dan one-way ANOVA digunakan untuk mengklasifikasikan landmark dan memeriksa secara kuantitatif relasi antara landmark dengan daya tariknya bagi masyarakat kota. Hasil mengungkapkan bahwa 39 dari 121 landmark yang disurvai memiliki aspek arsitektur tradisional. Arsitektur tradisional dapat dilihat dalam aspek atap, bangunan, dan ornamen. Kategori landmark yang mengandung aspek arsitektur tradisional adalah masjid, museum, taman, jalan, kompleks bangunan, kuil/wihara/kelenteng, pura, benteng, keraton, monumen, dan pasar. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa landmark yang mengandung aspek arsitektur dan menonjol secara visual memiliki daya tarik lebih tinggi dari landmark yang hanya mengandung salah satu karakteristik tersebut. Hasil ini meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya aspek arsitektur tradisional untuk diterapkan dalam desain landmark dan menyarankan penambahan aspek-aspek arsitektur tradisional pada landmark yang telah ada maupun pada desain landmark yang akan datan

    Evaluasi Fasilitas Penunjang untuk Penyandang Disabilitas di Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang

    Get PDF
    Benteng Kuto Besak adalah salahsatu ruang terbuka publik yang menjadi primadona destinasi wisata bagi warga kota Palembang. Bukan hanya orang yang secara fisik normal bahkan orang yang mempunyai masalah disabilitas pun harus mendapatkan manfaat juga dari  ruang terbuka publik ini. Penelitian ini secara umum untuk melakukan evaluasi terhadap fasilitas penunjang bagi kaum disabilitas yang berada di Benteng Kuto Besak, apakah elemen-elemen tersebut sudah memenuhi standar atau masih butuh perbaikan sehingga bisa maksimal dimanfaatkan oleh kaum disabilitas.Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan elemen-elemen penunjang yang dibutuhkan oleh kaum disabilitas sehingga mereka bisa dengan leluasa menikmati atau berada pada ruang terbuka publik ini. Analisis akan dilakukan setelah melakukan survey keadaan eksisting (data visual) berupa Foto fasilitas penunjang bagi kaum disabilias, Foto Udara, Peta, dan hasil pengukuran pada objek penelitian. Selanjutnya akan dilakukan analisa terhadap elemen-elemen penunjang bagi kaum disabilitas, baik berupa bentuk, ukuran dan sandarisasi yang telah di syaratkan oleh Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. Luaran penelitian ini adalah : (1) Kondisi eksisting fasilitas penunjang bagi kaum disabilitas di Benteng Kuto Besak; (2) Mengetahui apakah elemen-elemen fasilitas penunjang bagi kaum disabilitas yang ada di BKB sudah memenuhi persyaratan menurut  UU Nomor 8 tahun 2016 tentang Disabilitas dan Permen PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan; (3) Usulan agar elemen penunjang tersebut bisa memenuhi standar Permen PU No 30 tahun 2006

    Perancangan Rumah Sakit Khusus Paru-Paru

    Get PDF
    Treatment and healing facilities for special lung diseases at the Palembang City Pulmonary Hospital currently in need of increased facilities and total rehabilitation, the current facilities can be said to be relatively minimal. It can be said that it is inadequate when viewed from the facilities and infrastructure available now, for inpatient facilities which are still simple, for ventilation systems only limited by using makeshift media and air ventilation, the physical building and the environment are not well maintained and the circulation of the building is still relatively narrow. Therefore, a Special Lung Hospital is needed which accommodates patients with special lung diseases in South Sumatra, with an emphasis on the physical environment and facilities that can support care in the patient’s health recovery process and create a special scale lung hospital environment. Cities with facilities that support the patient’s adaptation process by involving the effects of environmental management through an emphasis on the concept of Healing Environment.Fasilitas pengobatan dan penyembuhan untuk penyakit khusus paru-paru di Rumah Sakit Khusus Paru-paru Kota Palembang saat ini perlu peningkatan fasilitas dan rehabilitasi total, fasilitas yang sekarang dikatakan tergolong minim. Bisa dikatakan kurang memadai jika dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia sekarang, untuk fasilitas rawat inap yang masih sederhana, untuk system penghawaan hanya dibatasi dengan menggunakan media seadanya dan ventilasi udara, fisik bangunan maupun lingkungan yang kurang terawat dan sirkulasi gedung yang masih tergolong sempit. Maka dari itu dibutuhkanlah sebuah Rumah Sakit Khusus Paru-paru yang mewadahi pasien penderita penyakit khusus paru-paru di Provinsi Sumatera Selatan, dengan penekanan lingkungan fisik dan fasilitas yang dapat mendukung perawatan dalam proses pemulihan kesehatan pasien serta menciptakan lingkungan rumah sakit khusus paru-paru skala kota dengan fasilitas yang menunjang proses adaptasi pasien dengan melibatkan efek penataan lingkungan melalui penekanan pada konsep Healing Environment

    ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEK PERUMAHAN KENCANA DAMAI PALEMBANG

    Get PDF
    Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi hal yang utama, karena fungsi dan manfaatnya yang begitu besar bagi keberlangsungan hidup sebuah kota. Khususnya di kota Palembang, pada tahun 2015 luasan Ruang Terbuka Hijau belum mencapai 10% dari luas wilayah, sedangkan standar yang diatur pada undang-undang No 26 tahun 2007 Ruang Terbuka Hijau harus mencapai 30% dari luas wilayah perkotaan.Penelitian ini secara umum untuk menghitung kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan luas komplek perumahan yang menjadi objek penelitian, dalam hal ini adalah Komplek Perumahan Kencana Damai Palembang. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah menghitung dan menginventarisasi keberadaan Ruang Terbuka Hijau di Komplek Perumahan Kencana Damai serta menentukan kekurangan atau kelebihan luas Ruang Terbuka Hijau pada Objek penelitian. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan dan menghitung besaran luas Ruang Terbuka Hijau pada Komplek Perumahan Kencana Damai Palembang ,data dijelaskan dengan angka-angka yang menggunakan perhitungan matematis, untuk menentukan luasan RTH pada Objek penelitian, serta diperkuat dengan hasil survey berupa gambaran tentang kondisi dan situasi yang akan dijadikan deskriptif untuk penelitian. Analisis akan dilakukan setelah melakukan survey eksisting (data visual) berupa Foto Udara, Peta, dan hasil pengukuran pada objek penelitian. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan luas lahan objek penelitian. Dari data ini akan didapatkan besaran ideal Ruang Terbuka Hijau yang harus tersedia pada objek penelitian yaitu besaran Ruang Terbuka Hijau Eksisting terhadap besaran lokasi objek penelitian. Kemudian dari hasil perhitungan itu akan diketahui apakah luasan RTH pada objek penelitian sudah sesuai dengan standar yang diatur pada Undang-Undang No. 26 tahun 2007 atau belum. Apabila belum, berapa besar kekurangan RTH yang harus ditambahkan agar besaran RTH pada objek penelitian bisa mencapai 30%. Luaran penelitian ini adalah: (1) Luas Ruang Terbuka Hijau eksisting objek penelitian; (2) Mengetahui apakah luasan Ruang Terbuka Hijau pada objek penelitian sudah sesuai dengan standar yang diatur pada Undang-Undang No. 26 tahun 2007 atau belum; (3) Luasan RTH yang harus ditambahkan apabila luasan RTH pada objek penelitian belum mencukupi; (4) Usulan agar RTH pada objek penelitian bisa mencapai besaran yang ideal. The provision Green Open Space is necessity, because the function and benefits are so great for the survival of a city. In 2015 the extent of Green Open Space in Palembang has not reached 10% of the total area, while the standards set in the law No 26 of 2007 Green Open Space must reach 30% of urban area.The purpose of this research is the to calculate the need of Green Open Space based on the certain residential. The research object is Kencana Damai Residential Palembang which is one of the residential prototype for public facilities that already given to local goverment. While the specific purpose of this study is to calculate and inventory the existence of Green Open Space in Kencana Damai Residential Palembangas well as determine the shortage or excess of Green Open Space in the object of research. This research will be done by using quantitative descriptive method which aims to explain and calculate the scale of Green Open Space in Kencana Damai Residential Palembang , the data is explained by numbers using mathematical calculations, to determine the extent of green open space in research object, and reinforced with the results survey in the descriptive form about the condition and situation that will be used as data for research. The analysis will be done after conducting the existing survey (visual data) in the form of Aerial Photo, Map, and measurement of land on the research object. It will be calculated as a land area of research object. Data will be obtained as the ideal amount of Green Open Space that must be available on the object of research. This is of Green Open Space Existing will be compare to the amount of the location of the research object. By doing this the calculation results will be known whether the extent of green space on the object of research is in accordance with the standards set in Law no. 26 of 2007 or not. If not, how much of the green space must be added for the amount of green space on the object of research can achieved the 30% of ideal open greeb space. The output of this research are: (1) Green Open Space Area existing research object; (2) Knowing of Green Open Space in the research object is in accordance with the standards regulated in Law no. 26 of 2007 (3) The additional Green Open Space area must be required if the green open space on the research object is not sufficient; (4) Proposed that the Green Open Space on the research object can achieved the ideal quantit

    Pendekatan Rancang Kota pada Masalah Banjir Kota Palembang

    Get PDF
    Flood in city of Palembang caused by many factors. Inadequate and unconnected city drainage channels, as well as the geomorphological condition of the city which is a lowland with rivers and swamps are the causes of flooding that routinely occurs. Various ways to overcome flooding have been done but still not effective, flooding still occurs and the losses incurred are also increasing. This paper took urban design as a tool to tackle flood problems without ignoring other technical aspects. The purpose of this research is to find the main problem of flood and then analyze it with urban context to get the effective solutions. The method which selected are literature and comparative study. The conclusion is the needed of a master plan of flood intervention, re-established green open space until 30% of total area, Fix the drainage system, install storm-water way system and reclaimed river, swamp as flood control.Banjir di kota Palembang disebabkan berbagai faktor. Tidak memadai dan belum terkoneksinya jaluran drainase kota, serta kondisi geomorfologi kota yang merupakan dataran rendah dengan sungai dan rawa menjadi penyebab banjir yang rutin terjadi. Berbagai cara untuk mengatasi banjir telah dikerjakan tetapi masih belum efektif, banjir masih terjadi dan kerugian yang ditimbulkan juga semakin banyak. Salah satu pendekatan yang diusulkan untuk diterapkan dalam mengatasi banjir adalah dengan pendekatan tata ruang, dengan tidak mengabaikan aspek teknis lainnya. Menemukenali sumber masalah banjir dan kemudian memilah bagian yang berkaitan dengan pendekatan keruangan, terutama tata ruang kota untuk selanjutnya memberikan solusi yang tepat guna. Metode yang dilakukan adalah studi literatur dan studi banding terhadap beberapa kasus yang serupa dengan kota Palembang untuk kemudian diambil pendekatan yang terbaik. Hasil penelitian ini adalah perlunya menyusun rencana terpadu pengendalian banjir, mengembalikan persentase ruang terbuka hijau sampai dengan 30%, memperbaiki drainase dan membuat saluran air pembuangan air hujan langsung (storm water drain) dan mengembalikan sungai, rawa sebagai pengendali air
    corecore