Implementasi model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri 10 Banjarmasin tahun pelajaran 2015/2016 pada materi barisan dan deret

Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil pengamatan kegiatan belajar matematika yang selama ini berlangsung di SMAN 10 Banjarmasin , ditemui pada saat pembelajaran berlangsung aktivitas siswa dalam kelas hanya datang, duduk, diam dan dengar saja. Selama pembelajaran siswa jarang bertanya kepada guru dan pada saat guru bertanya hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab, mereka cenderung diam dan menundukan kepala. Kondisi pembelajaran seperti ini menyebabkan pencapaian hasil belajar siswa selama ini masih rendah khususnya pada materi Barisan dan Deret. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodir masalah tersebut adalah model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2016 dengan subjek siswa kelas XII IPA 1 yang berjumlah 32 siswa. Data yang dikumpulkan  meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui penilaian tes pada akhir tindakan (Siklus I dan II) sedangkan data kualitatif diperoleh dari observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar aktivitas guru, lembar aktivitas siswa dan catatan lapangan. Setelah diterapkannya model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), aktivitas siswa dalam belajar meningkat, siswa berani bertanya, mengemukakan pendapat, mengemukakan ide dan gagasan serta dapat meningkatkan kemampuan siswa yang berkemampuan rendah. Begitupun dengan persentase aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan. Hasil belajar siswa kelas XII IPA.1 SMA Negeri 10 Banjarmasin  meningkat setelah dilakukan pembelajaran menggunakan Think-Pair-Share (TPS). Pada akhir tindakan I hanya terdapat 16 siswa yang tuntas belajar dengan persentase 50%. Hasil akhir tindakan II terdapat 26 siswa yang tuntas belajar dengan persentase 81,25%. Jadi terjadi kenaikan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar yaitu sebesar 31,25% jika dibandingkan dengan tes akhir tindakan I. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII IPA  pada materi Barisan dan Deret

Characterization of cenospheres from Malaysian coal generated power plants: Jimah, Kapar and Manjung

Cenosphere is a component of fly ash (FA) and has been used as part of sustainable material in wastewater treatment, automotive, ceramic, and construction industries due to its properties. This research presents the first study on characterization of cenospheres from Malaysian power plants namely Jimah, Kapar and Manjung. The characterization was conducted via X-ray fluorescence (XRF), particle size analyzer (PSA), X-ray diffraction (XRD), and scanning electron microscopy (SEM). The XRF analysis consisted of oxides elements ranged from 14.70 to 22.63% (aluminum oxide, Al2 O3 ), 3.78 to 13.44% (calcium oxide, CaO), 34.73 to 57.67% (silicon dioxide, SiO2 ), 0.42 to 1.07% (sulphur trioxide, SO3 ), 9.09 to 24.92% (iron oxide, Fe2 O3 ), 3.62 to 3.67% (potassium oxide, K2 O), 1.76 to 4.24% (titanium oxide, TiO2 ) and 0.16 to 0.93% (magnesium oxide, MgO). The classifications of cementitious materials by American Standard of Testing Materials were Class F (Jimah, Kapar) and Class C (Manjung). The classification represents the quality and capability of cementitious materials as cement replacement material, additive, and filler in concrete mix. The sizes of cenospheres were Kapar > Jimah > Manjung. The sizes of cenosphere were found to be larger than FA (Jimah: 2.720-49.21 µm, Kapar: 5.069-98.29 µm, Manjung: 1.084-3.986 µm). Cenospheres contained quarts (Jimah, Kapar, Manjung: 26°) and silicates (Kapar, Manjung: 45°). Ferrospheres, cenospheres, aluminosilicate-spheres, plerospheres and carbon fragments were observed. The cenosphere from Manjung showed high quality as cement replacement material, additive, and filler with 13.44% of CaO

Strength enhancement of concrete using incinerated agricultural waste as supplementary cement materials

Abstract The potassium (K) and sodium (Na) elements in banana are needed for hydration reaction that can enhance the strength properties of concrete. This research aims (a) to determine the material engineering properties of banana skin ash (BSA) and concrete containing BSA, (b) to measure the strength enhancement of concrete due to BSA, and (c) to identify optimal application of BSA as supplementary cement materials (SCM) in concrete. The BSA characterization were assessed through X-ray fluorescence (XRF) and Blaine’s air permeability. The workability, compressive strength, and microstructures of concrete containing BSA were analysed using slump test, universal testing machine (UTM) and scanning electron microscope (SEM). A total of 15 oxides and 19 non-oxides elements were identified in BSA with K (43.1%) the highest and Na was not detected. At 20 g of mass, the BSA had a higher bulk density (198.43 ± 0.00 cm3) than ordinary Portland cement (OPC) (36.32 ± 0.00 cm3) indicating availability of large surface area for water absorption. The concrete workability was reduced with the presence of BSA (0% BSA: > 100 mm, 1% BSA: 19 ± 1.0 mm, 2%: 15 ± 0.0 mm, 3% BSA: 10 ± 0.0 mm). The compressive strength increased with the number of curing days. The concrete microstructures were improved; interfacial transition zones (ITZ) decreased with an increase of BSA. The optimal percentage of BSA obtained was at 1.25%. The established model showed significant model terms (Sum of Squares = 260.60, F value = 69.84) with probability of 0.01% for the F-value to occur due to noise. The established model is useful for application in construction industries