5 research outputs found

    Analisis Gge Biplot pada Hasil Klon-klon Ubi Kayu Menggunakan Metode Restricted Maximum Likelihood

    Full text link
    The study was conducted in five locations i.e Kediri, Ponorogo, Probolinggo, Malang, and Mojokerto, from November 2010 until August 2011. The planting materials used were 15 cassava clones. The research objective was to compare analysis methods of the genotype Ă— environment interaction, namely: a) GGE technique using REML without A matrix by assuming homogeneous residual error variance, b) GGE technique using REML with A matrix by assuming homogeneous residual error variance, c) GGE technique using REML without A matrix by assuming heterogeneous residual error variance, and d) GGE technique using REML with A matrix by assuming heterogeneous residual error variance. The results showed that GGE technique using REML without A matrix by assuming heterogeneous residual error variance was more appropriate. Clones CMM 03038-7 (G8) had a wide adaptability and high yield potential, and its clone was closest to the ideal criteria for genotype compared with other genotypes. Clones CMM 03094-4 (G10) had specific adaptability in the environments S2 (Malang) and S5 (Mojokerto), and it had higher yield potential than the control varieties UJ5, Malang 6, and Adira 4. Environment Kediri (S1) had the highest yield among other environments and Kediri was a suitable environment for the growth and selection of cassava

    Upaya Modifikasi Pati Ubikayu melalui Pemuliaan Tanaman

    Full text link
    Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan penghasil pati tertinggi dibandingkan padi dan jagung, dengan kadar pati antara 73,7–84,9%(basis kering). Ubi kayu juga merupakan tanaman paling efisien dalam mengubah energi matahari menjadi karbohidrat per unit area. Pati ubi kayumempunyai manfaat yang luas baik dalam industri pangan maupun non pangan. Pati ubi kayu terdiri atas dua polimer yaitu amilosa dan amilopektin. Pemanfaatan pati ubi kayu sangat tergantung pada sifat fisiko-kimia pati, yang berkaitan dengan proporsi amilopektin dan amilosa. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kualitas pati yaitu secara fisik, kimia, enzimatis, dan genetik. Modifikasi secara fisik, kimia dan enzimatis dilakukan terhadap pati yang dihasilkan, sedangkan modifikasi genetik untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas pati ubi kayu dilakukan melalui upaya rekayasa metabolisme biosintesis pati ubi kayu. Tujuan modifikasi pati secara genetik di antaranya adalah untuk membentukklon unggul ubi kayu yang memiliki kadar amilosa rendah, amilosa tinggi, atau untuk mengubah ukuran granula pati. Rasio amilosa dan amilopektindalam pati serta ukuran granula pati sangat berpengaruh terhadap kualitas pati yang dihasilkan. Modifikasi pati secara genetik memiliki prospek yang bagus. Indonesia telah melakukan penelitian modifikasi pati secara genetik yaitu melalui mutasi dan pembentukan tanaman transgenik.Penelitian tanaman transgenik dilakukan secara kerjasama dengan Universitas Wageningen. Teknik modifikasi pati secara genetik melalui metode konvensional juga dapat dilakukan apabila sudah diketahuisecara mendetail karakteristik genotipe-genotipe yang akan digunakan sebagai tetua persilangan
    corecore