4 research outputs found

    Karakterisasi Ras Fusarium Oxysporum F. SP. Cubense dengan Metode Vegetative Compatibility Group Test dan Identifikasi Kultivar Pisang yang Terserang

    Full text link
    Beberapa isolat Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) di Sumatera Barat telah dikoleksi untuk mengkaji karakterisasi, distribusi, serta kultivar-kultivar pisang yang terserang. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 1999 sampai dengan bulan Maret 2000 di enam dari 14 Daerah Tingkat II, yaitu Solok, Tanah Datar, Agam, Bukit Tinggi, Padang, dan Sawahlunto Sijunjung. Isolat Foc dikumpulkan dari tanaman pisang yang memperlihatkan gejala luar terserang Foc. Isolat-isolat ini selanjutnya dimurnikan dengan teknik spora tunggal dan ras Foc diidentifikasi secara vegetative compatibility group (VCG). Gejala layu fusarium ditemukan di semua lokasi penelitian pada 15 kultivar pisang, baik pisang buah meja seperti pisang buai (AAA), pisang raja serai/sereh (AAB), dan pisang ambon (AAA), maupun pisang olahan seperti pisang kepok (ABB/BBB). Tiga puluh tujuh isolat Foc dikoleksi dari jaringan vaskular pisang yang memperlihatkan gejala luar serangan Foc. Isolat-isolat tersebut terkelompok ke dalam vegetative com- patibility group 0120, 0124, 0125, 01213, 01215, 01216, 0128, dan 01219. Tiga puluh dua dari 37 isolat Foc yang dikoleksi ini diidentifikasi sebagai Foc ras 4, yaitu VGC 0120, 01213, 01215, 01216, dan 01219. Sedangkan lima isolat lainnya termasuk ke dalam VCG 0124 dan 01218 Foc ras 1. Isolat VCG 01216 ditemukan di semua lokasi pengamatan pada 14 dari 15 kultivar terserang Foc. Sedangkan VCG 0120 hanya di temukan di Padang. Distribusi dari VCG lainnya lebih bervariasi di setiap daerah pengamatan. Kultivar cavendish (buai, AAA) yang dinyatakan resisten terhadap ras 1, ternyata ditemukan diserang oleh Foc ras 1 VCG 01218. Kultivar kepok yang diakui tahan terhadap Foc ras 4 dan merupakan salah satu kultivar andalan di Sumatera Barat, ditemukan diserang oleh Foc ras 4 VCG 0120, 01215, 01216, dan 01219, kultivar ini bahkan juga diserang oleh Foc ras 1 VCG 0124

    Penyakit Layu Panama pada Pisang: Observasi Ras 4 Fusarium Oxysporum F. SP. Cubense di Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian bertujuan mengetahui keberadaan ras 4 F. oxysporum f. sp. cubense (Foc) di daerah pertanaman pisang rakyat di Jawa Barat, serta kultivar pisang yang diserangnya. Ras 4 adalah ras Foc yang paling ganas dari patogen tular tanah ini. Pengumpulan data di lapang dilakukan selama 10 hari pada bulan Oktober 1999. Uji ras 4 dengan volatile odour test (VOT) dilakukan di laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Buah Solok, dari bulan Nopember 1999 sampai dengan Februari 2000. Penentuan lokasi pengambilan sampel didasarkan pada daerah yang terserang layu Panama yang disebabkan oleh Foc yang diinformasikan oleh Dinas Pertanian Tk. I Jawa Barat. Uji VOT untuk setiap isolat diulang sebanyak lima kali. Selama di lapang, berhasil dikoleksi 18 isolat Foc yang berasal dari 12 kultivar pisang di tujuh lokasi. Enam belas (88,8%) dari 18 isolat menghasilkan aroma aldehid saat VOT dilakukan. Satu isolat tidak menghasilkan aroma aldehid, sedangkan satu isolat lagi tidak dapat dimurnikan. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penyakit layu Panama yang menyerang pertanaman pisang di Jawa Barat, didominasi oleh Foc ras 4. Penelitian ini juga mengindikasikan pentingnya pemetaan sebaran Foc, untuk mendukung pengembangan agribisnis pisang Indonesia di masa depan

    Evaluasi Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Kandidat Varietas Nenas Rendah Oksalat Dan Manis Tanpa Duri

    Full text link
    Kandungan Ca-oksalat yang tinggi pada buah nenas kurang baik bagi kesehatan, sedangkan tanaman nenas yang daunnya tidak berduri memudahkan petani dalam pemeliharaannya. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan hasil beberapa kandidat varietas nenas rendah oksalat dan nenas manis tanpa duri. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2009 sampai dengan Desember 2010 di Kebun Percobaan Subang. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok dengan lima perlakuan yaitu dua kandidat varietas nenas rendah oksalat (Q dan EE), satu kandidat varietas nenas manis tanpa duri (P), dan dua varietas pembanding (Simadu dan Ponggok) dengan empat ulangan. Setiap unit percobaan terdiri atas 52 tanaman dan jumlah sampel yang diamati ialah 10 tanaman yang diambil secara acak. Tanaman nenas ditanam dengan sistem dua baris, jarak antarbaris 90 cm dan jarak tanam dalam baris (50 x 50) cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir pertumbuhan vegetatif (umur 11 bulan setelah tanam) rerata tinggi tanaman pada aksesi yang diuji berbeda nyata, sedangkan varietas Ponggok mempunyai tinggi tanaman tertinggi (88,94 cm), jumlah daun antaraksesi tidak berbeda nyata, yaitu berkisar 41-51 helai. Persentase tanaman berbuah terbanyak ialah varietas Ponggok (94,86%), sebaliknya varietas Simadu paling sedikit (5,6%). Aksesi P, Q, dan EE mempunyai kualitas buah yang kurang baik dibandingkan varietas pembanding Simadu, tetapi aksesi EE mempunyai kualitas buah (bobot buah 910,00 g, vitamin C 24,53 mg/100 g, dan kadar oksalat 486,85 ppm) yang lebih baik dibandingkan dengan varietas pembanding Ponggok. Aksesi EE berpeluang untuk dijadikan varietas unggul baru.The high Ca-oxalate content in pineapple fruit is not good for health. Meanwhile pineapple plants with spineless leaves make farmers easy in their maintainance. The aim of this research was to evaluate growth and yield of several pineapple candidates with low oxalate, sweet taste, and spineless leaves. The research was conducted from June 2009 to December 2010 at Subang Research Station. A randomized block design with five treatments (two candidates of pineapple varieties with low oxalate content (Q and EE), one candidate of pineapple variety with spineless leaves (P), and two popular varieties as comparison (Simadu and Ponggok) with four replications was used in this study. Each unit experiment consisted of 52 plants and 10 plants of sampled randomly were observed. Pineapple plants were planted in two rows with plant distance 50x50 cm. The results showed that at the end of vegetative growth (11 months after planting) the average plant height of accessions tested were significantly different, Ponggok variety had the highest of plant height (88.94 cm) but the number of leaves ranging from 41-51was not significantly different. Ponggok variety had the highest percentage of fruiting plants (94.86%), and conversely Simadu variety was the least one (5.6%). Accessions of P, Q, and EE produced lower fruit quality than Simadu, but accession of EE had better fruit quality in fruit weight 910.00 g, vitamin C 24.53 mg/100 g, and oxalate content 486.25 ppm than Ponggok variety. The EE was a promising accession that can be realeased as a new superior variety
    corecore