14 research outputs found

    Infeksi Wuchereria Bancrofti di Saukorem dan Wefiani Kabupaten Manokwari, Irian Jaya

    Full text link
    A filariasis survey was conducted in Saukorem and Wefiani, Manokwari Regency, Irian Jaya, Indonesia, in October 1982. A total of 366 persons in Sau korem and 228 persons in Wefiani was examined. The infection rates of persons in these two surveyed areas were 20.5% and 20.6% and the intensity of infection were 18.75 and 14.79 respectively. The youngest found infected was an eight months old boy. The prevalence of microfilaraemia tended to increase with age and the prevalence in male was higher than female. The highest count of microfilariae was 659 per 20 mm3 blood sample. All microfilariae were identified as nocturnally periodic Wuchereria ban crofti with the periodicity index of 103.09.Twelve persons were found with symptoms of elephan­tiasis of legs, 3 persons with elephantiasis of legs and arms, 5 persons with elephantiasis of scrotum and one person with elephantiasis of legs and scrotum. The only mosquito vector identified in the surveyed area was Anopheles farauti

    Kematian Penduduk di Daerah Pedesaan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Tahun 1985

    Full text link
    A preliminary study on infant mortality was done in the rural area of Nanggung, Bogor Regency, West Java in 1985. A sample of 11,718 villagers were observed for information on causes of death and expectation of life at birth by using historical prospective study. Infant mortality rate was 95.2 per 1,000 live births; death rate of 1—4 years age group was 13.7 per 1,000 midyear population; proporti­onate mortality ratio of the under-fives in relation to all deaths was 71.9 percent; crude death rate was 8.2 per 1,000 midyear population; expectation of life at birth was 66.8 years. The causes of death, grouped in different level of estimated years of life lost, were acute respiratory tracts, pulmonary infec­tions, diarrhoea, infections that can be prevented by immunization, low birth weight, birth injuries, accidents, chronic diseases and other unknown causes. Five of the 7 groups of causes of death were mainiy found in the under-fives group in the study area

    Faktor-faktor Risiko Kematian Bayi di Daerah Pedesaan Nanggung dan Rumpln, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

    Full text link
    A sample study to identify the risk factors of infant mortality was carried out in the rural popula­tion of Nanggung and Rumpin in the Bogor Regency, West Jawa during a period of October to Decem­ber 1985. A total of 768 households were observed, of which 23 percent had a history of infant death in the last five years. The risk factors identified were the mother's education, the mother's age at her first marriage, the mother's marital status, clean water supply, sanitary human excreta disposal, infant and under-fives health supervising and immunization accessability and the distance of the residence to the nearest health facility,. The father's education, the father's occupation and the family income were not confirmed as the infant mortality risk factors in the study areas

    Brugia Timori Infection In Lekebai, Flores: Clinical Aspects

    Full text link
    Pengamatan filariasis pada penduduk Nualolo-Lekebai, Pulau Flores telah dilakukan pada bulan Februari 1975. Kampung Nualolo-Lekebai berpenduduk 680 jiwa, pekerjaan bertani dan menganut agama Nasrani. Kebiasaan hidup di antara penduduk di daerah ini adalah menyerahkan pelaksanaan pekerjaan berat pada kaum wanita, baik di rumah ataupun di kebun. Dalam perjalanan jauh baik ke kebun atau ke pasar, kaum wanitanya selalu berjalan kaki sedangkan kaum prianya menunggang kuda. Sejumlah 80% dari penduduk kampung ini telah diperiksa terhadap infeksi parasit filaria dan terhadap gejala filariasis. Dari hasil yang ditemukan ternyata penduduk kampung ini menderita infeksi Brugia timori dengan angka derajat infeksi sebesar 7.0% dan angka derajat elephantiasis sebesar 10.3%. Hal yang menarik yang ditemukan dalam pengamatan ini adalah tingginya angka derajat elephantiasis pada kaum wanita dibandingkan dengan pada kaum pria. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan hidup kaum wanita di daerah ini sehari-hari yang bekerja lebih berat dan berjalan kaki lebih sering dan lebih jauh dibandingkan kaum prianya

    New Focus Of Bancroftian Filariasis In Semarang Municipality

    Full text link
    Wuchereria bancrofti adalah jenis filaría manusia yang pertama kali ditemukan di Indonesia. Flu ditahun 1919 melaporkan jenis filaría ini diantara penduduk dikota Jakarta yang kemudian Brug, di-tahun 1920 menemukan bahwa penularan penyakit yang disebabkan oleh jenis filaría ini diantara pen­duduk di Jakarta adalah jenis nyamuk tergolong Culex p. fatigans. Belum banyak pengetahuan tentang penularan penyakit filaría semacam ini di Indonesia. Pada survey yang dilakukan bulan Januari 1977 di kota Semarang ditemukan fokus baru dari W. bancrofti periodik noktuma yang diduga nyamuk C.p. fatigans sebagai penularnya. Dari 1,050 penduduk yang diperiksa ditemukan 5.5 persen diantaranya mengandung bibit penyakit ini didalam darahnya. Tidak terlihat adanya perbedaan jenis kelamin dari penduduk yang diserang sedangkan jumlah penderita lebih banyak terdapat diantara golongan umur 50 tahun atau lebih. Di­antara penduduk yang diperiksa tidak ditemukan gejala penyakit baik yang akut ataupun yang menahun

    Parasites Of Man In Serang, West Java

    Full text link
    Survey penyakit menular didesa Cikurai dan Barengkok, Jawa Barat pada bulan Juni 1974 ini adalah merupakan salah satu dari serangkaian survey yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal P3.M. Dep. Kes. dan US Namru-2 guna menentukan distribusi dan prevalensi penyakit terutama malaria, filariasis dan penyakit parasit Perut. Khususnya didaerah Cikurai dimana dilaporkan adanya Schistosoma in­cognitum secara hyperenzootik maka perlulah dilihat apakah parasit ini ditemukan pula diantara pend-duk setempat. Dari hasil survey didesa Cikurai dan Barengkok, Jawa Barat ini dilihat bahwa Plasmodium falciparum ditemukan pada 8 atau 3 persen dari sediaan darah 261 penduduk yang diperiksa dan tidak terlihat adanya microfilariae. Parasit Perut yang menonjol terlihat pada sediaan tinja dari 335 penduduk yang diperiksa adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang masing-masing sebesar 89 persen, 87 persen dan 65 persen ; parasit lainnya adalah Entamoeba histolytica, Entamoeba hart manni, Entamoeba coli, Endolinuu nana, lodamoeba butschlii, Giardia lamblia, Chilomastvc mesnili, Enterobius vermicularis, dan Echinostoma sp. Tidak terlihat adanya Schistosoma incognitum pada sediaan tinja dari 335 penduduk yang diperiksa dikedua desa ini

    Intestinal Parasites In Sembalun Lawang, Lombok

    Full text link
    Survey tinja telah dilakukan diantara penduduk di Kampung Sembalun Lawang, Distrik Aikinal, Lombok Timur, pada bulan Agustus 1973 untuk mengetahui angka parasit usus dan demam keong di daerah tersebut. Dari 146 penduduk yang diperiksa tinjanya ditemukan 99 persen mengandung sekurang-kurangnya satu jenis parasit usus, 85 persen dengan dua jenis atau lebih dan 40 persen dengan tiga jenis atau lebih. Tidak ditemukan bibit penyakit demam keong diantara penduduk didaerah ini. Angka infeksi dari parasit usus tersebut masing-masing adalah Ascaris lumbricoides 96 persen, Trichuris trichiura 84 persen, cacing tambang 25 persen, Entamocba coli 18 persen, Enterobius vermicularis 10 persen, lodamoeba butsehlii 3 persen, Entamoeba histolytica 1 persen dan Giardia lamblia 1 persen. Pada umumnya tidak banyak perbedaan angka infeksi dari parasit usus ini diantara golongan umur dan kelamin kecuali untuk cacing tambang dimana infeksi pada golongan laki-laki lebih banyak dari pada golongan perempuan

    Status Of Brugian Filariasis Research In Indonesia And Future Studies

    Full text link
    Penyebab penyakit filariasis di Indonesia adalah Brugia malayi dan B. timori. Penyebaran kedua jenis parasit tersebut, serta berbagai masalah perbedaan geografis dari B. malayi, baik pengobatannya dengan chemotherapy maupun immunodiagnosisnya telah diketahui. B. pahangi yang bersumber pada binatang juga telah dilaporkan. Nyamuk-nyamuk sebagai vector untuk B. malayi dan B. timori telah pula disebut. Binatang-binatang liar juga telah dilaporkan sebagai sumber penularan yang sangat potensial melalui subperiodic B. malayi

    Intestinal Parasites and Malaria in Sukomenanti Pasaman Regency, West Sumatra

    Full text link
    Survey parasit darah dan usus telah diselenggarakan di Kecamatan Sukomenanti, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Bahan pemeriksaan berasal dari 168 penduduk lakidaki dan 196 wanita umur antara 2-87 tahun. Di Sumatra Barat cacing yang umumnya terdapat ialah pertama Ascaris lumbricoides, kedua cacing tambang dan ketiga Trichuris trichiura. Survey didaerah Boyolali dan Kresek, Jawa, menemukan lebih banyak T. trichiura daripada cacing tambang. Di daerah Yogyakarta T. trichiura menduduki tempat yang pertama. Angka infeksi yang rendah untuk desa Pasir Tampang (11 percent) dan Tongar (3 percent) adalah tidak umum untuk Indonesia, tetapi keadaan demikian juga dilaporkan di lembah Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah. Enterobius vermicularis terdapat hanya pada 2 per cent diantara penduduk yang diperiksa, sesuai dengan keadaan di daerah2 lain di Indonesia. Species dari cacing tambang pada survey ini belum dapat ditentukan. Infeksi Ascaris lumbricoides terdapat lebih banyak pada penduduk golongan muda, sesuai dengan hasil autopsi oleh Liedan Tan di Jakarta. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat infeksi A. lumbricoides tampak merata pada semua umur. Entamoeba coli selalu terdapat pada survey di desa2 di pulau Jawa. Tetapi, infeksi E. histolytica (24 percent) adalah berlainan dengan keadaan di Kresek, Boyolali dan Yogyakarta yang menunjukkan ■ infeksi 12 per cent atau kurang. Infeksi malaria di Sukomenanti adalah sangat rendah sebagaimana terdapat di Kresek dan Yogya­karta. Keadaan demikian sangat berlainan dengan daerah Margolimbo di Sulawesi Selatan dimana angka dnfeksi malarianya tinggi
    corecore