46 research outputs found

    Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Masyarakat Kecamatan Sambas Terhadap Biaya Retribusi Kebersihan

    Get PDF
    Kecamatan Sambas memiliki permasalahan kebersihan yaitu kurangnya sarana dan prasarana sehingga pelayanan kebersihan belum mencapai wilayah yang memiliki jalan sempit, terutama  masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Masyarakat tersebut umumnya tidak membayar retribusi kebersihan di mana merupakan kewajiban setiap masyarakat Sambas dan diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. Penelitian ini menggunakan metode valuasi non-pasar sebagai salah satu tolak ukur yang dijadikan persepsi dalam pemberian harga pada barang dan jasa yang dihasilkan, konsep ini disebut willingness to pay atau keinginan seseorang membayar jasa, sehingga dapat dijadikan acuan Pemerintah Kabupaten Sambas dalam menentukan harga retribusi sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dalam membayar retribusi kebersihan, mengestimasi nilai rata-rata Willingness To Pay (WTP) yang dibayarkan oleh masyarakat, dan menganalisis persepsi masyarakat Sambas terhadap pengelolaan sampah. Metodelogi pada penelitian ini dengan menggunakan regresi logistik untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi masyarakat dengan kesediaan membayar, dan menghitung nilai rata-rata nilai estimasi retribusi kebersihan. Perhitungan biaya retribusi kebersihan responden yang bersedia membayar terdapat pada nilai Rp7.000/rumah sehingga hasil estimasi iuran retribusi sebesar Rp80.509.800/bulan. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar adalah usia, lama tinggal, dan pendapatan. 

    Pengaruh Aspek Pengetahuan dan Pendidikan Masyarakat Tepi Sungai Kapuas dalam Membuang Sampah

    Get PDF
    Abstract: Influence Of Knowledge And Education Aspects Of Kapuas Riverside Community In Waste Disposal. The people of Pontianak City are very dependent on the Kapuas river. Besides being used as a raw water source for Local Water Supply Utility (PDAM) and means of transportation, the government also has launched waterfront city program which changed the public perception of looking at the river as the backyard for waste disposal into the front yard that must be taken care of. This will not happen without the support of the people who live on the banks of the river, because factually the people still throw their waste, bathe, wash their clothes, and defecate in the river. Study related to people’s behaviour in waste disposal on the banks of the river is needed to facilitate the formulation of waste handling. The purpose of the research is to know the relationship of society at the edge of capungan in throwing garbage in place waste disposal. This research was analytical descriptive with observation, interview, and questionnaire. The number of samples are40 people were randomly scattered in five districts which are passed through by Kapuas river.Data were analyzed using univariate analysis with frequency distribution table and bivariate analysis using chi-square test. The result of bivariate analysis with chi-square test and significant of alpha 0,05 found no correlation between knowledge with people’s behaviour in waste disposal (p-value = 0,492), and had a significant relationship between education with people’s behaviour in waste disposal (p-value = 0,015). Abstrak: Pengaruh Aspek Pengetahuan Dan Pendidikan Masyarakat Tepi Sungai Kapuas Dalam Membuang Sampah.  Masyarakat Kota Pontianak sangat bergantung terhadap Sungai Kapuas. Selain digunakan sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan sarana transportasi, Pemerintah juga mencanangkan program waterfront city yang mengubah persepsi masyarakat memandang sungai sebagai halaman belakang untuk membuang limbah menjadi halaman depan yang harus dipelihara. Hal ini tidak akan terwujud tanpa dukungan masyarakat yang tinggal di tepi sungai, karena fakta di lapangan menunjukkan masih banyak masyarakat yang membuang sampah dan melakukan aktivitas MCK di sungai. Dibutuhkan studi terkait perilaku masyarakat di tepi sungai dalam membuang sampah agar memudahkan dalam formulasi penanganan sampah. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan masyarakat di tepi sungai kapuas dalam membuang sampah di TPS. Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan observasi, interview, dan kuisioner. Sampel yang diambil sebanyak 40 orang secara acak dan tersebar di 5 (lima) Kecamatan yang dilalui Sungai Kapuas. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dengan tabel distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan alpha 0,05 didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku membuang sampah (p-value= 0,492), dan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan terhadap perilaku membuang sampah (p-value= 0,015)

    Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Terhadap Urban Heat Island di Kota Pontianak

    Get PDF
    Ketersediaan lahan di Kota Pontianak terbesar yaitu pada area ruang terbangun. Peningkatan pembangunan harus diimbangi dengan adanya ruang terbuka hijau sebagai pengendali kualitas lingkungan. Pembangunan yang mengambil alih fungsi ruang terbuka hijau dapat menimbulkan beberapa permasalahan seperti fenomena Urban Heat Island. Penelitian ini bertujuan menganalisis perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau, Land Surface Temperature (LST), Urban Heat Island (UHI) pada tahun 2001, 2013 dan 2020. Data yang dibutuhkan berupa data landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI/TIRS yang diolah menjadi data perubahan ruang terbuka hijau dan persebaran suhu. Perubahan ketersediaan RTH yang terbesar di tutupan lahan klasifikasi pertanian dengan total penurunan 10% (1089 hektar). Perubahan LST yang memiliki peningkatan luas wilayah terbesar adalah rentang suhu 24-27 ˚C yang meningkat 31% (3376 hektar) dan penurunan luas wilayah terbesar adalah rentang suhu 21-24 ˚C yang menurun 34% (3674 hektar). Perubahahan intensitas UHI yang memiliki peningkatan luas wilayah terbesar adalah intensitas UHI  1 yang meningkat 12% (1335 hektar).
    corecore