Urban Planning in Decentralization and Local Autonomy Era: A Case Study on the Relationship Between Local Government and Civic Group in Development and Budget Planning in Malang City (Indonesia)

This study aims to explore the relationship between local government and civic groups in the budget planning process of the government of Malang during 2015. Using a grounded theory approach, qualitative methods are applied in this study. The unit of the study is Malang, East Java, Indonesia. Malang is selected as the unit of study because of the many civic groups. The findings of this study show that there exists a relationship between local government and civic groups but that the relationship does not represent the principles of democracy (equality, participation, and justice) in the budget planning. Local government has dominated civic groups in budget planning so that the budget policy does not take public interest into consideration. However, civic groups such as Malang Corruption Watch (MCW) and Education Forum of Society (FMPP) have developed different strategies to develop collective lobbying to direct the development of public awareness through education. These findings contribute to developing budget planning in Malang that establishes a democratic budget policy process that is more responsive to public needs. The local government should realize that public participation is a way to achieve democratic budget process. In this context, elected and appointed officials should provide access for civic groups to be involved in all stages of budget planning. At the same time, civic groups should build civic awareness and a willingness to participate in budget planning

Tradisi intelektual muslim Uzbekistan

Uzbekistan khususnya dan Asia Tengah umumnya adalah suatu kawasan yang belum menjadi perhatian serius dalam studi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Di luar itu, Timur Tengah misalnya mendapatkan perhatian yang lebih kuat dibanding dengan kawasan-kawasan lain. Kenyataan ini menyebabkan ketimpangan dalam studi kawasan sehingga baik dalam pembelajaran maupun dalam penelitian, kawasan Asia Tengah hampir tidak tersentuh. Oleh karena itu, perlu ada rintisan awal untuk mengembangkan studi kawasan agar keterlibatan UIN Sunan Ampel dalam wacana akademik lebih kokoh sehingga memberikan kontribusi yang berharga bagi pengembangan pengetahuan tentang kawasan Asia Tengah. Langkah ini bisa disebut sebagai salah satu bagian dari road map untuk mewujudkan World Class University. Cita-cita itu perlu didukung dengan kebijakan yang konkret untuk mengembangkan kurikulum studi kawasan, penelitian yang terarah, pusat studi kawasan Asia Tengah, dan tentu saja diperlukan suasasana akademik yang bisa mendukung proses-proses kajian tentang Asia Tengah

Tradisi intelektual muslim Uzbekistan

Uzbekistan khususnya dan Asia Tengah umumnya adalah suatu kawasan yang belum menjadi perhatian serius dalam studi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Di luar itu, Timur Tengah misalnya mendapatkan perhatian yang lebih kuat dibanding dengan kawasan-kawasan lain. Kenyataan ini menyebabkan ketimpangan dalam studi kawasan sehingga baik dalam pembelajaran maupun dalam penelitian, kawasan Asia Tengah hampir tidak tersentuh. Oleh karena itu, perlu ada rintisan awal untuk mengembangkan studi kawasan agar keterlibatan UIN Sunan Ampel dalam wacana akademik lebih kokoh sehingga memberikan kontribusi yang berharga bagi pengembangan pengetahuan tentang kawasan Asia Tengah. Langkah ini bisa disebut sebagai salah satu bagian dari road map untuk mewujudkan World Class University. Cita-cita itu perlu didukung dengan kebijakan yang konkret untuk mengembangkan kurikulum studi kawasan, penelitian yang terarah, pusat studi kawasan Asia Tengah, dan tentu saja diperlukan suasasana akademik yang bisa mendukung proses-proses kajian tentang Asia Tengah

Radikalisme dan terorisme : akar ideologi dan tuntutan aksi

Buku ini membahas tentang terorisme yang terjadi di kawasan islamxii, 176 hlm.: 21 cm

Tradisi dan Modernitas (Mencari Titik Temu)

“Tradisi” dan “modernitas” pada umumnya dipahami sebagai dua istilah yang saling berlawanan makna dalam konsep masyarakat dan teori perubahan sosial. Polarisasi nampak dalam karakteristik yang berbeda satu sama lain dalam aspek keagamaan, budaya, sosial, politik, dan ekonomi. Makalah ini mencoba melihat ciri keduanya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: apakah benar antara tradisi dan modernitas tidak bisa bertemu; jika tidak bisa, dalam hal apa keduanya berbeda; adakah pengalaman di lapangan menunjukkan pertemuan antara keduanya; jika ada, dalam hal dan tingkat apa keduanya bisa melengkapi