11 research outputs found

    Perbaikan Mutu Gizi Produk Olahan Pangan Tradisonal Opak Ketan dengan Penambahan Tepung Ampas Tahu (Okara)

    Full text link
    Opak ketan merupakan salah satu produk olahan dari beras ketan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan. Industri opak banyak tersebar di Jawa Barat, diantaranya adalah Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Bandung. Pada umumnya pengolahan opak masih dilakukan secara tradisional dan sederhana, akan tetapi memiliki prospek yang cukup baik, apabila mutunya dapat ditingkatkan. Penelitian pembuatan produk opak ketan untuk meningkatkan nilai gizinya-nya telah dilakukan. Dalam penelitian dilakukan pembuatan produk opak ketan dengan penambahan tepung ampas tahu disamping beras ketan. Penilaian secara organoleptik menunjukkan penambahan tepung ampas tahu/ okara (OPT2) sebesar 20%, merupakan produk yang lebih disukai oleh panelis, walaupun masih dapat diterima sampai dengan 30%. Analisis proksimat menunjukkan kadar air opak dengan penambahan tepung ampas tahu yang rendah (4,84%) sehingga masa simpan dapat lebih lama, kandungan protein dan lemak yang tinggi sebesar 9,81% dan 3,57%, serta karbohidrat yang cukup tinggi sebesar 80,8% mendekati opak ketan original (100% beras ketan) produksi Tasikmalaya sebesar 83,0%. Penambahan tepung ampas tahu dapat meningkatkan nilai kandungan gizi berupa protein dan lemak pada produk opak ketan.Opak ketan merupakan salah satu produk olahan dari beras ketan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan. Industri opak banyak tersebar di Jawa Barat, diantaranya adalah Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Bandung. Pada umumnya pengolahan opak masih dilakukan secara tradisional dan sederhana, akan tetapi memiliki prospek yang cukup baik, apabila mutunya dapat ditingkatkan. Penelitian pembuatan produk opak ketan untuk meningkatkan nilai gizinya-nya telah dilakukan. Dalam penelitian dilakukan pembuatan produk opak ketan dengan penambahan tepung ampas tahu disamping beras ketan. Penilaian secara organoleptik menunjukkan penambahan tepung ampas tahu/ okara (OPT2) sebesar 20%, merupakan produk yang lebih disukai oleh panelis, walaupun masih dapat diterima sampai dengan 30%. Analisis proksimat menunjukkan kadar air opak dengan penambahan tepung ampas tahu yang rendah (4,84%) sehingga masa simpan dapat lebih lama, kandungan protein dan lemak yang tinggi sebesar 9,81% dan 3,57%, serta karbohidrat yang cukup tinggi sebesar 80,8% mendekati opak ketan original (100% beras ketan) produksi Tasikmalaya sebesar 83,0%. Penambahan tepung ampas tahu dapat meningkatkan nilai kandungan gizi berupa protein dan lemak pada produk opak ketan

    Pengembangan Produk Olahan Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn.) Menjadi Minuman Jelly dan Rosella Leather

    Full text link
    The study of development of rosella's product has been conducted in Centre for Agro-Based Industry. The study aimed to developed the diversification of rosella processing into a jelly drink and rosella leather product. The aim of this research is to develop the rosella processed in the form of jelly drink and rosella leather as a diversification product of rosella. The method using in the research is optimalization jelly drink and rosella leather process to get the best formulation based on panelist like most. This jelly drink consist of dry extract rosella in water for 15 minutes with formulation 1 : 50. Using organoleptic with hedonic testing, the rosella jelly drink that the panelist like most from the overall parameter is jelly powder 0,4% and sugar 17,5%. Gel strength of rosella jelly drink that approaching commercial products is 46,65 gf. The chemical analysis of jelly drink rosella selected show that the water content is 72,2%, the ash content is 0,30%, the sugar content is 22,2%, and the acidity are 3,15. Hedonic testing of rosella leather shows that the most likely product from the taste, flavor, and texture are product with composition 75% rosella and 25% pink guava. The chemical analysis of rosella leather selected shows that the water content is 16,8%, the ash content is 0,74%, the sugar content is 69,0%, the total acid is 16,3 ml N NaOH/100 g, the dietary fiber products is 4,08 - 5,42%

    Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap Kandungan Nutrisi Cokelat Oles

    Full text link
    Ikan patin merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup berpotensi dikembangkan di Indonesia. Minyak ikan patin memiliki kandungan asam lemak esensial (omega 3, omega 6, omega 9) dan vitamin D yang cukup tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk pangan salah satunya cokelat oles. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat produk cokelat oles yang lebih kaya nutrisi dan bermutu baik dengan menentukan formulasi penambahan minyak ikan patin sebagai salah satu bahan utama penyusun selain lemak cokelat dan olein sawit serta dengan menentukan teknologi yang tepat dalam proses pembuatan cokelat oles berdasarkan tingkat kesukaan masyarakat. Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu pembuatan minyak ikan patin, analisis bahan baku, pembuatan cokelat oles, serta uji karakteristik fisik dan kimia produk cokelat oles yang dibuat. Cokelat oles dibuat dengan dua variabel perlakuan yaitu perbandingan komposisi lemak cokelat, olein sawit dan minyak ikan patin serta teknologi pencampurannya. Formulasi perbandingan komposisi lemak cokelat : olein sawit : minyak ikan patin yang digunakan secara berturut-turut yaitu (1) 40% : 60% : 0%; (2) 40% : 50% : 10%; (3) 40% : 40% : 20% dan (4) 40% : 30% : 30%. Teknologi pencampuran yang digunakan adalah dengan mixer + waterbath, ball mill 1 jam, dan ball mill 2 jam. Cokelat oles selanjutnya diuji secara organoleptik. Cokelat oles yang terpilih dari hasil uji organoleptik kemudian diuji kandungan nutrisinya. Cokelat oles terbaik adalah cokelat oles dengan komposisi 40% lemak cokelat, 40% olein sawit dan 20% minyak ikan patin serta dibuat dengan teknologi pengolahan menggunakan alat ball mill selama 1 jam. Cokelat oles tersebut memiliki nilai hardness 11,00 g; kadar air 8,34%; abu 2,98%; protein 1,97%; lemak 29,20%; karbohidrat 57,51%; asam lemak bebas 0,35%; asam oleat 11,63%; asam linoleat 2,98%; asam linolenat 0,05% serta vitamin D 7,57 ug/100 g. Cokelat oles dengan kandungan minyak ikan patin ini memiliki kadar protein, lemak, asam oleat dan asam linolenat yang lebih tinggi daripada cokelat oles tanpa kandungan minyak ikan patin

    (Study on the Effect of Various Heat Treatment Process to the Refined Deodorized Bleached Castor Oil)

    Full text link
    Heat treatment is one of the important factors in refining castor oil since it was able to coagulate amino acid so that thefat could be easily extracted. The heat treatment conducted were roasting, steaming, and drying. It was conducted before pressing of castor seed. Meanwhile refining castor oil consist of cleaning, grading, drying, pressing, deguming, sentrifusing mixing, bleaching and filter screening (vacuum), washing and quality testing. Pressing of castor kernel was conducted with 50 tons hydrolics press and screw press. Refined castor oil treatment with oven temperature 60 degree celcius for 1 hour showed the higest yield from the other treatment and also the clearer colour. Various concentration and combinationof oxidator was used to produce modified castor oil from refined castor oil. Oxidator used were H2O2 (3% and 5%), KMnO4 (3% and 5%). The best result oxidized castor oil was processed from refined castor oil and oxidator H2O2 3% with 1:5 comparison of volume

    Perbaikan Teknologi Pengolahan Dodol Jambu Biji Skala IKM

    Full text link
    Buah jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu hasil hortikultura yang potensial untuk dikembangkan. Buah jambu biji segar mempunyai rasa dan aroma yang kuat, sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk awetan, diantaranya adalah produk dodol. Produk dodol jambu biji sudah diproduksi di beberapa daerah, mulai dari skala Industri Rumah Tangga (IRT) sampai skala IKM. Masalah yang dihadapi pengrajin dodol adalah belum adanya formula yang tepat, penentuan kematangan dodol, waktu pemasakan yang terlalu lama serta daya awet dodol yang singkat, sehingga jangkauan pemasarannya tidak terlalu jauh. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan mutu produk dodol jambu biji yang diproduksi pengrajin (skala IKM) dan mendapatkan Standar Operational Procedur (SOP) pengolahan dodol jambu yang tepat. Metode penelitian terdiri dari kinjungan studi dan identifikasi ke pengrajin dodol jambu biji, percobaan perbaikan proses pengolahan dodol jambu biji, analisis dan penyimpanan produk dodol jambu biji, serta evaluasi teknologi dan proses pembuatan dodol jambu biji. Dengan melakukan proses produksi dalam kondisi menerapkan GMP, menggunakan peralatan produksi terukur suhu dan lama pemanasannya, serta penggunaan santan kelapa yang tidak mudah terhidrolisa dibandingkan minyak goreng, proses pengolahan dodol jambu terbaik dalam proses C. Formulasi proses pengolahan C adalah santan kental (30%). SOP pengolahan dodol jambu biji meliputi proses sortasi, blanching, penghancuran, penyaringan, penimbangan bubur buah dan bahan penolong, pemasakan, kematangan produk ditandai adonan mudah dibalik, tidak lengket dan warna produk coklat, penyimpanan dalam suhu ruang selama 24 jam, pemotongan dan pembentukan, serta pengemasan. Hasil analisa mutu dodol jambu biji terpilih (prses C) adalah kadar air sebesar 12,0%, kadar abu 1,08%, serat kasar 2,01%, jumlah gula 53,7%, ALT 40 kloni/g, kapang dan khamir <10 koloni/g, dan E. Coli <3 APM/g

    Pengembangan Modifikasi Pengolahan Fruit Leather dari Puree Buah-buahan Tropis

    Full text link
    Buah-buahan di Indonesia beragam jenisnya, umumnya buah dikonsumsi segar. Pada saat buah-buahan berlebihan, perlu diolah menjadi produk awetan, diantaranya produk fruit leather. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses produksi fruit leather dari beberapa buah tropis segar dan puree untuk peningkatan kualitas produk fruit leather. Penelitian terdiri dari penelitian pendahuluan untuk pencarian formulasi serta kondisi optimum proses (suhu dan lamanya pengeringan) dan penelitian lanjutan ditujukan untuk membuat produk fruit leather menggunakan bahan baku yang berbeda yaitu puree dan buah segar mangga gedong, mangga arumanis, jambu biji, dan strawberry. Formulasi dan kondisi proses berdasarkan pengolahan terbaik dari penelitian pendahuluan, lalu dilakukan uji organoleptik, dan uji mutu produk. Dari hasil penelitian didapat formula terbaik menggunakan gula (campuran gula kristal putih dan bubuk glukosa) serta bahan pengisi bubuk agar-agar. Proses pembuatan fruit leather terbaik adalah agar-agar dimasak bersama air sampai mendidih, dicampur dengan pure buah, gula pasir, bubuk glukosa, asam sitrat dan margarin cair, dihancurkan dengan menggunakan blender, dihamparkan di loyang yang telah dialasi plastik tipis, dikeringkan pada excalibur dehydrator pada suhu 480 selama 18 jam, produk dipotong-potong dan dikemas dalam plastik atau alumnium foil. Bahan baku terbaik untuk campuran fruit leather adalah buah mangga gedong segar, buah strawberry segar dan puree jambu biji

    Penggunaan Berbagai Cocoa Butter Substitute (CBS) Hasil Hidrogenasi dalam Pembuatan Cokelat Batangan

    Full text link
    Penelitian pemanfaatan Cocoa Butter Substitute (CBS) untuk produk olahan cokelat telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan Cocoa Butter Substitute (CBS) hasil hidrogenasi menjadi cokelat batangan, menganalisis berbagai jenis CBS dalam proses pembuatan cokelat batangan, dan mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk olahan cokelat batangan tersebut. Analisis yang dilakukan dilakukan yaitu : analisis proksimat, titik leleh, profil trigliserida, profil asam lemak, total padatan lemak (SFC), ukuran partikel, informasi nilai gizi, serta masa simpan (akselerasi). Analisis fisiko kimia cokelat batangan menunjukkan kadar air berkisar 0,98-1,36%, kadar abu 1,43-2,37%, protein 1,90-7,05%, lemak 31,1-37,7%, bilangan iod 4,0-16,9 g iod per 100 g, indeks bias 1,4485-1,4545, dan tidak mengandung lemak trans. Titik leleh cokelat batangan berkisar 32°C-40°C. Titik leleh produk cokelat batangan terpilih, Fully Hydrogenated Palm Kernel Stearin (FHPKSt) sebesar 32°C, dengan kandungan lemak padat meleleh mendekati sempurna pd suhu 40°C. Produk cokelat komersial menunjukkan suhu titik leleh yang tinggi, 37°C dan 40°C. Berdasarkan uji organoleptik, produk cokelat batangan CBS yang terpilih adalah jenis FHPKSt menggunakan 30 persen CBS. Jenis CBS yang cocok untuk cokelat batangan adalah jenis Fully Hydrogenated Palm Kernel Stearin (FHPKSt) dengan proses hidrogenasi sempurna. Profil trigliserida cokelat batangan terpilih (FHPKSt) dan cokelat komersial terlihat dominasi TAG LaLaLa, LaLaM, LaMM/LaLaP dan LMM/LaOM dari minyak inti sawit. Ukuran partikel cokelat batangan hasil penelitian lebih kecil dibandingkan cokelat komersial. Masa simpan produk cokelat batangan selama 35 minggu pada suhu 25°C dengan parameter kritis yaitu kadar air

    Mempelajari Pembuatan Nano-Karotenoid Asal Konsentrat Minyak Sawit

    Full text link
    Penelitian pembuatan produk nano-enkapsulasi karotenoid asal minyak sawit telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pembuatan nano-karotenoid dengan teknologi sonikasi serta mempelajari proses pembuatan serbuk nano-karotenoid sebagai alternatif sediaan suplementasi provitamin A.Penelitian ini meliputi 4 tahap kegiatan yaitu : (1) pembuatan nano konsentrat karotenoid dengan cara sonikasi pada intensitas 80% selama 1-5 jam; (2) formulasi emulsi nano karotenoid; (3) pembuatan formula untuk nano-karoten kering; (4) analisis produk.Hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran partikel produk nano konsentrat karotenoid yang terbaik diperoleh dengan proses sonikasi dalam waktu 2 jam yaitu kurang dari 100 nm dengan kandungan karotenoid sebesar 44.579,31 ppm, Adapun formula emulsi nano karotenoid yang stabil menggunakan emulsifier Tween 80 dengan perbandingan konsentrat : air : emulsifier adalah 2:2:1.Produk serbuk nanokaroten terbaik dibuat dengan menggunakan penyalut maltodekstrin (1:1) dengan cara pengering semprot. Hasil analisis produk yaitu kadar air 4,25% serta kandungan karotenoid dalam formula emulsi produk enkapsulasi adalah 9.496,663 ppm
    corecore