7 research outputs found

    Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Kamar Jenazah Tentang COVID-19 pada Jenazah

    Full text link
    Latar belakang: Petugas kamar jenazah adalah orang yang paling berisiko terinfeksi COVID-19 dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang infeksi tersebut pada jenazah. Tingkat pendidikan dan keikutsertaan dalam pelatihan merupakan hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan petugas kamar jenazah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pelatihan dengan tingkat pengetahuan petugas kamar jenazah tentang COVID-19 pada jenazah. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan desain deskriptif analitik. Subjek penelitian 30 responden petugas kamar jenazah dengan teknik total sampling di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari dan Rumah Sakit Bhayangkara Kendari pada bulan Mei 2020 yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Pendidikan rendah mencakup lulusan SD, SMP dan SMA, sedangkan pendidikan tinggi mencakup lulusan Akademik, Sekolah Tinggi, Politeknik dan Perguruan Tinggi. Pelatihan dikategorikan dalam pernah dan tidak pernah mengikuti. Pengetahuan baik apabila responden mampu menjawab benar dengan nilai 70–100%, sedangkan pengetahuan buruk apabila responden menjawab benar dengan nilai kurang dari 70%. Data dianalisis menggunakan uji Fisher Exact Test. Hasil: 18 responden memiliki tingkat pendidikan tinggi dan 12 responden memiliki tingkat pendidikan rendah. 16 responden pernah mengikuti pelatihan dan 14 responden tidak pernah mengikuti pelatihan. 23 responden memiliki pengetahuan baik dan 7 responden memiliki pengetahuan buruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pelatihan dengan tingkat pengetahuan petugas kamar jenazah tentang COVID-19 pada jenazah, masing-masing dengan nilai p=0.029 dan p=0.031. Simpulan: Terdapat hubungan tingkat pendidikan dan pelatihan dengan tingkat pengetahuan petugas kamar jenazah tentang COVID-19 pada jenazah. Kata Kunci: COVID-19, jenazah, pelatihan, pendidikan, pengetahuan   Background: The mortuary officer is the person most at risk of being infected with COVID-19 due to a lack of knowledge about the infection in the corpse. The level of education and participation in training are things that can affect the knowledge of the mortuary officer. The aim of this study is to determine the relationship between the level of education and training with the level of knowledge of the mortuary officer about COVID-19 in the corpse. Methods: This study was cross sectional used a descriptive analytic design. The research subjects were 30 respondents of mortuary officers with total sampling technique at the Bahteramas General Hospital of Southeast Sulawesi Province, Kendari City Regional General Hospital and Bhayangkara Kendari Hospital in May 2020 who met the inclusion criteria. The research instrument was use a questionnaire. Low level education includes graduates from elementary school, junior high school and senior high school, while higher education level includes graduates from Academics, Higher Education, Polytechnic and University. Training is categorized as having and never following. Good knowledge is if the respondent is able to answer correctly with a value of 70–100%, while bad knowledge is if the respondent answers correctly with a value of less than 70%. Data were analyzed using the Fisher Exact Test. Results: 18 respondents had a high level of education and 12 respondents had a low level of education. 16 respondents have attended training and 14 respondents have never attended training. 23 respondents have good knowledge and 7 respondents have bad knowledge. There was a significant relationship between the level of education and training with the level of knowledge of mortuary officers about COVID-19 in the corpse, with p = 0.029 and p = 0.031, respectively. Conclusion: There is a relationship between the level of education and training with the level of knowledge of mortuary officers about COVID-19 in the corpse. Keywords: COVID-19, corpse, training, education, knowledg

    Penentuan Intravitalitas Gantung Berdasarkan Gambaran Histopatologis Otak Besar Mencit Balb/c

    Full text link
    Latar Belakang : Asfiksia merupakan salah satu mekanisme kematian yang dapat terjadi akibat gantung. Otak merupakan salah satu organ penting yang dinilai dalam otopsi kasus gantung. Secara makroskopis tidaklah mudah membedakan temuan asfiksia pada otak yang terjadi antemortem dan perimortem. Adanya temuan asfiksia pada pemeriksaan mikrokopis dapat menentukan intravitalitas gantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan intravitalitas gantung berdasarkan gambaran histopatologis otakbesar mencit Balb/c. Metode : Penelitian eksperimental ini menggunakan post test only with control group design yang telah memenuhi kelayakan etik dengan sampel berjumlah 18 mencit Balb/c jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, kelompok antemortem yang digantung saat masih hidup, kelompok perimortem yang digantung 15 menit setelah mati. Pada kelompok pelakuan mencit digantung selama 1 jam dengan tali yang ditambahkan beban 50 gram. Penilaian gambaran histopatologi otak besar berdasarkan reaksi inflamasi dan perdarahan. Hasil : Pada kelompok kontrol hampir tidak terdapat inflamasi dan perdarahan, pada kelompok antemortem terdapat inflamasi sedang hingga berat dan perdarahan berat, pada kelompok perimortem terdapat inflamasi dan perdarahan ringan hingga sedang. Pada uji Kruskal Wallis didapatkan perbedaan bermakna pada semua kelompok (p<0,05). Pada Uji Man Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna pada parameter inflamasi dan perdarahan antara kelompok kontrol dengan kelompok antemortem dan perimortem, antara kelompok antemortem dan perimortem (p<0,05). Simpulan : Intravitalitas Gantung dapat ditentukan berdasarkan gambaran histopatologis otak besar mencit Balb/c dimana reaksi inflamasi dan perdarahan berat didapatkan pada kelompok antemortem. Kata Kunci: gantung, histopatologis, intravital, otak besar   Hanging Intravitality Determination based on Cerebrum Histopathological Features in Balb/c Mic

    Kematian Mendadak Akibat Kardiomiopati Hipertrofi pada Dewasa Muda

    Full text link
    Latar Belakang : Kematian mendadak merupakan kasus yang paling sering terjadi dan dapat ditemukan dalam berbagai macam kondisi. Penyebab kematian mendadak terbanyak adalah sistem kardiovaskular dan salah satu kelainan yang jarang terjadi adalah kardiomiopati hipertrofi. Kardiomiopati hipertrofi merupakan kelainan jantung yang ditandai dengan hipertrofi miokardial akibat mutasi sarkomer dengan angka kejadian 1 dari 500 orang dewasa. Temuan utama pada kardiomiopati hipertrofi antara lain adanya hipertofi ventrikel dan atau septum interventrikel, kerusakan miosit dan peningkatan fibrosis miokardium. Terdapat variasi manifestasi klinis pada Kardiomiopati hipertrofi, dari asimptomatik hingga mengakibatkan kematian mendadak akibat gagal jantung. Tujuan laporan kasus ini adalah mengetahui diagnosis kematian akibat kardiomiopati hipertrofi pada dewasa muda. Kasus : Seorang laki-laki usia 18 tahun ditemukan meninggal di kamar kostannya dibawa ke kamar jenazah RSUP dr. Kariadi Semarang untuk diotopsi. Pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Pemeriksaan dalam didapatkan adanya jendalan darah dalam ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, penebalan pada katub jantung, pengerasan pada otot jantung dan penggantung katub serta tanda asfiksia. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan kardiomiopati hipertrofi. Pembahasan : Patogenesis kardiomiopati hipertrofi dapat menyebabkan asfiksia yaitu terjadinya mutasi intrasarkomer yang meningkatkan peningkatan sensitivitas dan produksi Calsium yang mengakibatkan peningkatan kontraksi miokardium sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu juga terjadi peningkatan sintesis kolagen yang mengakibatkan terjadinya fibrosis miokard yang menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Terjadinya hipertrofi ventrikel kiri jangka panjang akan menyebabkan kondisi gagal jantung yang dapat mengakibatkan asfiksia. Simpulan : Kematian mendadak akibat kardiomiopati hipertrofi merupakan hal yang jarang. Oleh karena itu dibutuhkan otopsi yang teliti dan pemeriksaan histopatologi untuk mendiagnosis dengan pasti. Kata Kunci : Kematian mendadak, kardiomiopati hipertrofi, dewasa muda, sarkomer   Background : Sudden death is the most common case and can be found in a variety of conditions. The most common cause of death is the cardiovascular system and a rare one disorders is hypertrophic cardiomyopathy. Hypertrophy cardiomyopathy is a heart disorder characterized by myocardial hypertrophy due to sarcomere mutations with an incidence of 1 in 500 adults. The main findings in hypertrophic cardiomyopathy include the presence of ventricular hypertrophy and / or interventricular septum, myocyte damage and increased myocardial fibrosis. There are variations in clinical manifestations in hypertrophic cardiomyopathy, from asymptomatic to sudden death due to heart failure. The purpose of this case report is to know the diagnosis of sudden death due to hypertrophic cardiomyopathy in young adults Case : A 18-year-old man was found dead in his boarding room. On the external examination there were no signs of violence. On the internal examination in the presence of blood in the ventricles, left ventricular hypertrophy, thickening of the entire heart valve, hardening of the heart muscle and hanging valves and signs of asphyxia. Histopathological examination showed hypertrophic cardiomyopathy. Discussion : The pathogenesis of hypertrophic cardiomyopathy can cause asphyxia is the occurrence of intrasarcomere mutations that increase the sensitivity and production of calcium which results in increased contraction of the myocardium causing left ventricular hypertrophy. In addition there is also an increase in collagen synthesis which results in the occurrence of myocardial fibrosis which causes left ventricular hypertrophy. The occurrence of long-term left ventricular hypertrophy will cause a condition of heart failure which can lead to asphyxia. Conclusion : Sudden death due to hypertrophic cardiomyopathy is rare one. Therefore a careful autopsy is needed and histopathological examination is needed to get definitive diagnose. Keywords : Sudden death, hypertrophic cardiomyopathy, young adults, sarcomer

    Entomologi Kedokteran dan Kesehatan

    Full text link
    Penyakit tular vektor saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Penyakit-penyakit diare, DBD, Filariasis, malaria dan tular vektor lain masih cukup tinggi terjadi di Indonesia. Berbagai jenis vektor berkembang biak pada daerah tropis termasuk Indonesia. Selain itu penyakit-penyakit zoonosis juga dapat menimbulkan masalah tersendiri karena dapat menular dari hewan ke manusia, baik yang menular secara langsung maupun makanan dan produk-produk yang dihasilkan oleh hewan-hewan tersebut. Penyakit tular vektor memiliki peran yang sangat penting untuk dipelajari pada berbagai disiplin ilmu kesehatan karena sebagai tenaga kesehatan akan selalu bersinggungan dengan penyakit tular vektor tersebut. Perannya sangat luas untuk keilmuan Kedokteran, Keperawatan, Teknologi Laboratorium Medis, Biomedik, Biologi serta dapat diterapkan pada disiplin Epidemiologi dan Imunologi. Buku Entomologi Kedokteran dan Kesehatan yang berada ditangan pembaca ini untuk mengisi khasanah kelimuan di bidang kesehatan/kedokteran yang mengkaji penyakit-penyakit akibat tular vektor. Ruang lingkup pembahasan pada buku ini terdiri dari 13 BAB

    Pengantar Etika, Perilaku dan Hukum Kesehatan

    Full text link
    Buku ini berisi nilai-nilai yang mendasari keputusan dan tindakan dalam pelayanan kesehatan, penelitian kesehatan, kebijakan kesehatan dan berbagai konteks yang berkaitan dengan kesehatan, termasuk perawatan klinis, kesehatan masyarakat, epidemiologi, dan merupakan panduan tindakan ketika terdapat nilai-nilai yang bertentangan. Buku ini hadir sebagai referensi bacaan bagi mahasiswa, tenaga kesehatan, peneliti di bidang kesehatan dan masyarakat luas. Buku Ini terdiri dari 14 BAB yang disusun secara rinci dan berurutan: BAB 1 Prinsip-prinsip etika kesehatan BAB 2 Konsep etika kesehatan masyarakat BAB 3 Konsep etika dan hukum kesehatan BAB 4 Hak asasi manusia BAB 5 Kode etik profesi BAB 6 Permasalahan kode etik kesehatan masyarakat BAB 7 Kode etik profesi kesehatan BAB 8 Konsep perilaku kesehatan BAB 9 Konsep perubahan perilaku BAB 10 Persepsi perilaku sakit BAB 11 Psikologis perilaku BAB 12 Perilaku pencarian pelayanan kesehatan BAB 13 Hukum kesehatan pada pelayanan kesehatan BAB 14 Aspek hukum pelayanan laboratorium medi
    corecore