3 research outputs found

    Perbandingan Pemberian Larutan Gula Pasir, Air Cucian Beras Dan Air Kelapa Tua Pada Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)

    Get PDF
    Indonesia memiliki jenis jamur yang bermacam-macam untuk dibudidayakan, salah satu jenis jamur yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota yang saat ini cukup populer dan banyak digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak. Produksi jamur di Indonesia pada tahun 2011 adalah 43.047.029 kg, dengan jumlah penduduk sebesar 437.737.582 jiwa, maka konsumsi jamur di Indonesia rata-rata adalah 0,197 kg per kapita per tahun. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi jamur berpengaruh positif terhadap permintaan pasokan yang meningkat mencapai 20-25% per tahun. Prospek yang baik dan minat masyarakat yang semakin meningkat dalam mengkonsumsi jamur tiram putih, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi dari jamur tiram putih. Salah satu upaya untuk meningkatan hasil produksi jamur tiram ialah dengan memberikan larutan tambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan jenis dan komposisi larutan gula pasir, air cucian beras dan air kelapa yang terbaik pada pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Hipotesis dari penelitian ini ialah pada pemberian larutan campuran gula pasir, air cucian beras dan air kelapa tua dengan komposisi 1:1:1 atau masing-masing 13 ml/baglog memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Percobaan ini dilaksanakan di Desa Junggo, Kecamatan Bumiaji, Kabupaten Batu dengan ketinggian tempat 1612 m dpl, suhu berkisar 18-24 ºC, dan kelembaban udara sekitar 75-98%. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai dengan bulan Januari 2019. Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah sekop, mesin pencampur media, alat pengepres baglog, alat sterilisasi berupa drum, selang air, pipa, termometer, higrometer, plastik polipropilen, cincin baglog serta penutup, gelang karet, kertas, bunsen, spatula, korek api, alat semprot, gelas ukur, pisau, timbangan, penggaris, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah alkohol 70%, spirtus, benih jamur tiram putih, serbuk kayu, bekatul, CaCO3, CaSO4, air, gula pasir, air cucian beras, dan air kelapa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) meliputi 8 perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang digunakan ialah L0: Tanpa penambahan larutan (kontrol), L1: Penambahan larutan gula pasir 40 ml/baglog, L2: Penambahan larutan air cucian beras 40 ml/baglog, L3: Penambahan larutan air kelapa tua 40 ml/baglog, L4: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran air kelapa tua dan air cucian beras (1:1) atau masing-masing 20 ml/baglog, L5: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran air kelapa tua dan larutan gula pasir (1:1) atau masingmasing 20 ml/baglog, L6: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran gula pasir dan air cucian beras (1:1) atau masing-masing 20 ml/baglog, dan L7: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran gula pasir, air cucian beras dan air kelapa tua (1:1:1) atau masing-masing 13 ml/baglog. Pengamatan dilakukan secara non-destruktif (panjang miselium, pertumbuhan miselium saat memenuhi baglog, dan umur jamur tiram putih pada saat muncul pinhead), komponen hasil dan panen (umur panen, interval hari panen, diameter tudung jamur, jumlah tudung jamur, bobot segar, dan total panen per baglog). Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata pada perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap perlakuan pemberian larutan pada parameter panjang miselium, pertumbuhan miselium saat memenuhi baglog, umur jamur tiram putih pada saat muncul pinhead, umur panen, bobot segar, jumlah tudung jamur, interval hari panen dan panen jamur tiram putih. Kemudian pada parameter diameter tudung menunjukkan tidak adanya pengaruh pada pemberian larutan. Perlakuan pemberian larutan yang terbaik yakni pada perlakuan pemberian larutan campuran gula pasir dan air kelapa (L5) dengan perbandingan komposisi 1:1 dengan hasil yang didapatkan bobot segar panen yang lebih baik

    Perbandingan Pemberian Larutan Gula Pasir, Air Cucian Beras Dan Air Kelapa Tua Pada Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus

    No full text
    Indonesia memiliki jenis jamur yang bermacam-macam untuk dibudidayakan, salah satu jenis jamur yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota yang saat ini cukup populer dan banyak digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak. Produksi jamur di Indonesia pada tahun 2011 adalah 43.047.029 kg, dengan jumlah penduduk sebesar 437.737.582 jiwa, maka konsumsi jamur di Indonesia rata-rata adalah 0,197 kg per kapita per tahun. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi jamur berpengaruh positif terhadap permintaan pasokan yang meningkat mencapai 20-25% per tahun. Prospek yang baik dan minat masyarakat yang semakin meningkat dalam mengkonsumsi jamur tiram putih, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi dari jamur tiram putih. Salah satu upaya untuk meningkatan hasil produksi jamur tiram ialah dengan memberikan larutan tambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan jenis dan komposisi larutan gula pasir, air cucian beras dan air kelapa yang terbaik pada pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Hipotesis dari penelitian ini ialah pada pemberian larutan campuran gula pasir, air cucian beras dan air kelapa tua dengan komposisi 1:1:1 atau masing-masing 13 ml/baglog memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Percobaan ini dilaksanakan di Desa Junggo, Kecamatan Bumiaji, Kabupaten Batu dengan ketinggian tempat 1612 m dpl, suhu berkisar 18-24 ºC, dan kelembaban udara sekitar 75-98%. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai dengan bulan Januari 2019. Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah sekop, mesin pencampur media, alat pengepres baglog, alat sterilisasi berupa drum, selang air, pipa, termometer, higrometer, plastik polipropilen, cincin baglog serta penutup, gelang karet, kertas, bunsen, spatula, korek api, alat semprot, gelas ukur, pisau, timbangan, penggaris, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah alkohol 70%, spirtus, benih jamur tiram putih, serbuk kayu, bekatul, CaCO3, CaSO4, air, gula pasir, air cucian beras, dan air kelapa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) meliputi 8 perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang digunakan ialah L0: Tanpa penambahan larutan (kontrol), L1: Penambahan larutan gula pasir 40 ml/baglog, L2: Penambahan larutan air cucian beras 40 ml/baglog, L3: Penambahan larutan air kelapa tua 40 ml/baglog, L4: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran air kelapa tua dan air cucian beras (1:1) atau masing-masing 20 ml/baglog, L5: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran air kelapa tua dan larutan gula pasir (1:1) atau masing- masing 20 ml/baglog, L6: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran gula pasir dan air cucian beras (1:1) atau masing-masing 20 ml/baglog, dan L7: Penambahan 40 ml/baglog larutan campuran gula pasir, air cucian beras dan air kelapa tua (1:1:1) atau masing-masing 13 ml/baglog. Pengamatan dilakukan secara non-destruktif (panjang miselium, pertumbuhan miselium saat memenuhi baglog, dan umur jamur tiram putih pada saat muncul pinhead), komponen hasil dan panen (umur panen, interval hari panen, diameter tudung jamur, jumlah tudung jamur, bobot segar, dan total panen per baglog). Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata pada perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap perlakuan pemberian larutan pada parameter panjang miselium, pertumbuhan miselium saat memenuhi baglog, umur jamur tiram putih pada saat muncul pinhead, umur panen, bobot segar, jumlah tudung jamur, interval hari panen dan panen jamur tiram putih. Kemudian pada parameter diameter tudung menunjukkan tidak adanya pengaruh pada pemberian larutan. Perlakuan pemberian larutan yang terbaik yakni pada perlakuan pemberian larutan campuran gula pasir dan air kelapa (L5) dengan perbandingan komposisi 1:1 dengan hasil yang didapatkan bobot segar panen yang lebih bai
    corecore