8 research outputs found

    Studi Potensi Kelayakan Investasi Taksi Di Kota Padang

    Full text link
    Salah satu pilihan angkutan umum yang tersedia di kota Padang adalah taksi. Jumlah taksi yang beroperasi di Kota Padang berjumlah 223 unit (Dishub Sumbar, 2011). Angkutan taksi tersebut 97 % telah habis umur ekonomisnya. Pelayanan yang baik dari angkutan umum khususnya taksi merupakan kiat untuk mendapatkan pengguna. Salah satu bentuk pelayanan yang baik adalah dengan memberikan Kenyamanan kepada pengguna yang dapat diwujudkan dalam bentuk armada baru. Angkutan umum khususnya taksi mempunyai batasan umur dalam beroperasi maka operator harus melakukan peremajaan. Untuk menghindari kerugian akibat penggantian armada diperlukan analisis finansial investasi taksi. Analisis perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) berdasarkan Pedoman Teknis Penyelenggara Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, tahun 2002. Pengeluaran dan pendapatan ditentukan berdasarkan wawancara dengan sopir dan Perusahaan. Analisis finansial ditinjau dari segi investasi secara keseluruhan yaitu berdasarkan pendapatan dan pengeluaran untuk operasional angkutan taksi. Analisis finansial dilakukan dengan metode Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), Break Even Point (BEP) dan Payback Period (PP) serta analisis sensitivitas. Dari hasil survey didapatkan waktu operasional kendaraan rata-rata antara pukul 06:00 WIB sampai pukul 23:00 WIB (+ 17 jam per hari) dan jarak tempuh kendaraan rata-rata 203 km/hari dengan pemakaian bahan bakar rata-rata 20,1 liter per hari setara dengan Rp. 90.450,- per hari. Sedangkan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 438.875,- per hari atau Rp. 147.462.000,- per tahun dan pengeluarannya sebesar Rp. 360.903,- per hari atau Rp. 121.263.333,- per tahun. Untuk saat ini, potensi kelayakan investasi angkutan taksi di Kota Padang tidak layak, dimana hasil analisis dengan menggunakan metode NPV, BCR, IRR, BEP dan PP dengan umur ekonomis 5 (lima) tahun dinyatakan tidak layak. Untuk mencapai kondisi break even point maka pendapatan minimal yang harus diperoleh taksi adalah Rp. 472.720,- per hari. Dari hasil analisis sensitivitas pendapatan disimpulkan bahwa pendapatan sensitif jika mengalami kenaikan 7,71%. Artinya investasi menjadi layak untuk dilaksanakan jika operator meningkatkan pendapatan sebesar 7,71% atau Rp. 33.844,- per hari

    Komputerisasi Pengelolaan Data Siswa Pada Sekolah Dasar Negeri Margadana 5 Kota Tegal Dengan Menggunakan Borland Delphi 7 Dan Mysql

    Get PDF
    Pengolahan data yang berbasis komputer telah berkembang sehingga banyak organisasiorganisasi,sekolah-sekolah memanfaatkan teknologi informasi dalam menunjang efektifitas danefisiensi kerja. Hal ini menuntut kemampuan sumber daya manusia untuk menguasai danmengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembangnya ilmu pengetahuanselalu diikuti dengan kemajuan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam pengolahan data.Penggunaan alat dan program komputer sebagai proses pengolahan data akan dapat dilakukandengan baik dan hasil yang maksimal. Selain itu juga memiliki ketelitian yang tinggi sehinggaakan memudahkan dan tidak memakan waktu yang lama dalam pencarian data yang diperlukan.SD Negeri Margadana 5 Kota Tegal merupakan salah satu sekolah yang mempunyaimasalah dalam hal pemberian informasi. Karena dalam hal ini pembuatan laporan telahmenggunakan sistem komputer, tetapi komputer belum digunakan secara maksimal sehinggapembuatan laporan kurang bervariasi sehingga mengalami beberapa kendala untuk mendapatkaninformasi yang akurat. Cara mengatasi masalah tersebut maka diperlukan suatu cara pengolahandata siswa yang lebih efektif dan efisien, untuk dapat membantu dalam penyajian informasi siswaantara lain dengan membangun suatu perangkat lunak khusus untuk SD Negeri 5 Margadana KotaTegal, yang bisa membantu proses pengolahan data siswa, mengurangi penumpukan kerja,mengurangi kekeliruan

    Pengaruh Penggunaan Catalytic Converter Kuningan Terhadap Emisi Gas Buang Mobil Antasari Evo I

    Get PDF
    Vehicles are a means of transportation used by humans to support their daily activities. Its growth rate is getting higher, making this situation one of the causes of air pollution. One of the options in reducing dangerous motor exhaust emissions is to use a catalytic converter. Catalytic converter is a device that is installed in the exhaust channel of vehicles. The purpose of this study was to determine the effect of using a catalytic converter with a 2 mm thick brass plate material on the exhaust emissions of CO2, CO and HC in the Antasari Evo I. The test was carried out by comparing the exhaust emissions produced by the standard exhaust and the exhaust that was installed with a catalytic converter based on variations in engine idle speed, 2000 rpm, 2500 rpm and 3000 rpm. From the results of the study it was found that the effect of using a catalytic converter with brass plate material placed on the exhaust gas channel can reduce the maximum CO2 emission level by 42,85%, reduce the maximum CO2 emission level by 83%, and reduce the maximum HC emission level by 18,4 %

    Asesmen Penyebab Kelongsoran Lereng di Ruas Jalan Nasional Batas Sumatera Barat – Riau

    Full text link
    Bencana kelongsoran di perbatasan Sumbar Riau sudah beberapa kali terjadi, dari tahun 2006 sampai tahun 2016, terdapat 29 kali kelongsoran dan tanah amblas di lebih 80 titik kelongsoran. Banyak faktor penyebab kelongsoran, seperti tekstur tanah, kemiringan lereng, permeabilitas tanah, tingkat pelapukan batuan, kedalaman muka air tanah, curah hujan, beban gempa, dan kurangnya tumbuhan. Akibat kejadian kelongsoran (bencana longsor 3 Maret 2017), jalan banyak tertutup oleh material longsor sehingga beberapa waktu terputus rute jalan Sumbar dan Riau. Menyebabkan 7 orang meninggal dan banyaknya kerugian materil serta terputusnya perjalanan darat selama 2 hari dan menimbulkan kerugian secara ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa faktor penyebab kelongsoran tersebut. Metode yang dilakukan, pengumpulan data sekunder (photo udara dan peta situasi kawasan dari dokumen terdahulu), survey lapangan pengambilan photo situasi langsung, menganalisis dan mengelompokkan jenis kelongsoran, menentukan penyebab kelongsoran, dan mengklasifikasikan faktor dominan penyebab kelongsoran. Dari analisa data-data yang ada, penyebab kelongsoran ialah akibat adanya pertambangan batubara dan non logam, penebangan pohon-pohon untuk perkebunan, dan pemotongan lereng bagian atas untuk aktifitas manusia. Selain itu juga disebabkan akibat curah hujan yang cukup tinggi (3500 mm/tahun-4000mm/tahun). Di beberapa lokasi, kemiringan lereng cukup curam, yaitu dengan kemiringan 25o hingga besar dari 45o
    corecore