6 research outputs found

    Rancang Bangun dan Uji Kinerja Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) padaTanaman Semangka (Citrullus Lanatus)

    No full text
    Irigasi atau penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman saat musim kemarau karena curah hujan lebih yang rendah. Penggunaan air yang efisien dapat didukung dengan penerapan sistem irigasi yang tepat guna pada saat musim kemarau. Tanaman semangka memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, namun memiliki kebutuhan air tanaman yang cukup banyak. Sehingga saat musim kemarau dapat menghambat produktivitas tanaman semangka. Berdasarkan latar belakang diatas sistem irigasi tetes pada tanaman semangka dipilih guna mengoptimalkan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini untuk merancang dan menguji bangun sistem irigasi tetes yang tepat guna untuk pertumbuhan semangka serta menganalisa pengaruh pertumbuhannya. Jaringan Sistem Irigasi tetes keseluruhan mempunyai ukuran dimensi 6 x 1 m dengan sumber air menggunkan tandon berdimater 28 cm dan tinggi 36 cm yang diletakkan pada ketinggian 15 cm, 35 cm dan 50 cm. Pot yang digunakan berukuran 28 cm dan tinggi 20 cm. Selang yang digunakan untuk proses pendistribusian air ialah selang PVC berdiameter luar sebesar 11 mm dan 7 mm. Penetes atau emitter memiliki spesifikasi 4L/H yang dapat dibongkar pasang, sehingga mudah untuk dibersihkan. Pemberian air pada sistem irigasi tetes lebih baik dibandingkan dengan irigasi konvensional. Koefisen variasi (CV) pada Sistem irigasi tetes ini terbesar pada ketinggian tandon 15 cm dengan t = 1 menit yakni sebesar 0,164; 0,143; 0,149. Sedangkan Cu didapatkan 100% pada semua perlakuan. Serta berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini bahwa tingkat persebaran air sudah sangat baik untuk sistem irigasi tetes yakni SU lebih dari 85%. Pertumbuhan tanaman yang meliputi panjang dan jumlah daun semangka pada sistem irigasi lebih baik dibandingkan dengan irigasi konvensional

    Proses Evaporasi Susu Pada Tekanan Rendah untuk Mengetahui Pengaruh Suhu Terhadap Kandungan Protein

    No full text
    Proses evaporasi susu pada tekanan rendah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan protein. Dengan menggunkan metode ini, dapat meningkatkan produktivitas pengolahan produk susu dari segi kualitas dan kuantitas. Cara kerja Vacuum technology dilakukan pada ruang tertutup dengan kondisi tekanan rendah antara -65 s/d -76 cmHg. Prinsip kerja alat ini adalah mengatur keseimbangan suhu dan tekanan Vacuum. Alat ini mampu menghisap kadar air dalam bahan dengan kecepatan tinggi, sehingga kadar air dalam susu dapat diserap dengan sempurna untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang bagus, seperti halnya warna, aroma, dan rasa susu yang tidak mengalami perubahan dan kerusakan nilai gizi seperti pada pembuatan Susu Kental Manis (SKM) konvensional. Pada pembuatan Susu Kental Manis (SKM) konvensional, pengaturan suhu tidak boleh melebihi 60℃ dan tekanan vacuum antara -65 s/d -76 cmHg. Maka dari itu, susu dapat terevaporasi dengan pengontrolan suhu 55-65℃ sehingga tidak merusak kandungan zat dan dapat membunuh bakteri patogen yang terdapat dalam susu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses evaporasi susu pada tekanan rendah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan protein. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi segar dan metode yang digunakan yaitu metode Automatic Evaporated Milk Technology. Suhu yang digunakan mesin Modified Vacuum Technology (MVT) yaitu 60℃, 65℃, 70℃. Sedangkan, waktu yang digunakan adalah 10 menit, 20 menit, dan 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian proses evaporasi susu pada tekanan rendah, diketahui memiliki pengaruh nyata terhadap suhu, tekanan, dan waktu terhadap susu dan protein yang mana dari susu tersebut telah sesuai standar SNI 01 2891 1992, butir 7.1. Pengaruh suhu 60℃ dan 65℃ diketahui cukup optimal. Namun, pada saat suhu 70℃ susu mengalami kerusakan

    Uji Kinerja Mesin Penggiling Tebu (Saccharum officinarum) Sistem Mekanik 5-Roller

    No full text
    Tanaman tebu di Indonesia banyak dimanfaatkan untuk industri dengan berbagai macam pengolahan, salah satunya digunakan sebagai pengolahan gula pasir dan dapat diolah manjadi minuman sari tebu. Terdapat mesin yang digunakan untuk pengolahan tebu seperti mesin pemeras tebu 2-roll dan 3- roll, namun mesin tersebut belom optimal dalam melakukan proses penggilingan sehingga hasil nira tebu yang didapatkan belum maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, sehingga dibuatlah rancang bangun mesin penggiling tebu sistem mekanik 5 Roller, namun keberadaan mesin masih keberadaannya masih tergolong baru sehingga perlu adanya pengujian kinerja mesin tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah Menguji kinerja mesin penggiling tebu (Saccharum officinarum) sistem mekanik 5-roller. Parameter uji kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapasitas aktual, kapasitas teoritis, efisiensi, persentase nira, dan rendemen hasil penggilingan. Penelitian ini menggunakan massa input seragam yaitu tebu sebanyak 5 kg dengan perlakuan variasi roller (2 roller, 3 roller, dan 5 roller). Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata uji kinerja mesin penyangrai meliputi: kapasitas aktual sebesar 388,81 Kg/jam, kapasitas teoritis sebesar 502,194 m tebu/jam, efisiensi sebesar 77,43 %, persentase nira sebesar 69,38 % dan rendemen sebesar 30,62%. Dapat disimpulkan dari hasil perlakuan variasi roller yang paling optimal dalam menghasilkan massa output nira tebu sesuai yang diinginkan oleh penguji mesin penggiling tebu sistem mekanik 5-roller yaitu pada perlakuan 5 Roller. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi data hasil penggilingan yang beragam seperti slip pada roller, diameter dan jumlah batang tebu yang digiling, faktor dari alat (belom terpasangnya hopper input & rapat tidaknya celah roller) yang menyebabkan nira tercecer serta kemampuan operator dalam mengoperasikan alat

    Uji Model Lapis Tipis Pada Pengeringan Wortel (Daucus Carota L.) dengan Pengeringan Alami (Open Sun Drying)

    No full text
    Wortel (Daucus carota L.) merupakan produk pertanian penting bagi beberapa industri membutuhkan wortel kering sebagai kebutuhan industri seperti industri pangan, kosmetik, dan obat. Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan yang telah dilakukan sejak lama untuk memperbaiki stabilitas produk pertanian seperti wortel. Cara ini akan meminimalisir terjadinya kerusakan biologis sepeti tumbuhnya jamur akibat aktivitas air pada bahan yang sangat tinggi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan dan menganalisis penurunan kadar air dan laju pengeringan lapis tipis wortel serta menentukan model matematika terbaik. Hasil penelitian pengeringan lapis tipis wortel menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar air selama pengeringan. Ketebalan 2 mm menunjukkan penurunan kadar air yang lebih cepat dibandingkan dengan ketebalan 4 dan 6 mm. perlakuan blanching menunjukkan kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan non-blanching. Selain itu, hasil pemodelan dari empat model yang digunakan menunjukkan bahwa model terbaik dalam memprediksi fenomena penurunan kadar air lapis tipis wortel yaitu Model Page dan Midilli

    Rancang Bangun Mesin Pengupas Produk Hortikultura Berkulit Tipis Dengan Pre-Treatment Lye Peeling

    No full text
    Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu produk hortikultura berkulit tipis yang banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok maupun sebagai makanan olahan. Kentang umum dibentuk menjadi potato chips, french fries, dan makanan olahan lainya. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang mesin pengupas produk hortikultura berkulit tipis dengan pre-treatment lye peeling, menguji kinerja mesin pengupas, menganalisis kebutuhan tekanan air serta hasil kupasan, dan menganalisis ekonomi dari mesin pengupas. Pengujian mesin pengupas dilakukan selama 3 menit dengan kentang sebanyak 2 Kg. Menggunakan dua faktor yaitu konsentrasi larutan NaOH dengan variabel 9%, 11%, dan 13% serta faktor tekanan air dengan variabel 60%, 80%, dan 100% duty cycle. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental design method. Parameter yang diukur untuk uji kinerja mesin yaitu galat pada sensor, tekanan air, kapasitas pengupasan, dan efisiensi pengupasan, sedangkan parameter yang dihitung untuk analisis ekonomi yaitu NPV, BCR, IRR, PBP, dan BEP. Hasil pengujian menunjukan bahwa mesin secara struktural dan fungsional dapat bekerja dengan baik, pembacaan sensor suhu DS18B20 dan sensor berat loadcell telah mendekati hasil pembacaan alat ukur konvensional. Hasil pengukuran tekanan air yang mengenai bahan dari tiap nosel menunjukan pada duty cycle 60% sebesar 3.77 Pa, 80% sebesar 5.04, dan 100% sebesar 6.30 Pa. Kapasitas aktual pengupasan dihasilkan sebesar Β± 40 Kg. Nilai efisiensi pengupasan tertinggi sebesar 98.94% pada tekanan 100% duty cycle dan larutan NaOH 13% dengan menghasilkan tingkat rendemen terendah yaitu 85.75%. Nilai efisiensi pengupasan terendah sebesar 77.69% pada tekanan 60% duty cycle dan larutan NaOH 9% dengan dengan menghasilkan tingkat rendemen tertinggi sebesar 90.39%. Kentang kupas dijual pada harga Rp. 15.000/Kg maka didapat NPV sebesar Rp 1.711.995.618.16/tahun, BCR sebesar 1.50, IRR sebesar 7.67%, PBP < 5 tahun, dan BEP pada 0.0442 tahun

    Uji Sifat Fisis dan Mekanik Papan Partikel Triplek dari Campuran Serbuk Tembakau dan Serbuk Gergaji Kayu dengan Perekat Tepung Tapioka

    No full text
    Papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang di ikat dengan perekat tepung tapioka. Metode ini menggunakan metode eksperimental pencetakan dengan menggunakan derbuk gergaji kayu dan serbuk tembakau. Terdapat 3 perlakuan tekanan yang bebeda-beda. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini dengan parameter uji kerapatan, kadar air, modulus elastisitas (MOE), dan modulus patah (MOR). Nilai hasil uji selanjutnya dibandingkan dengan nilai uji berdasarkan standar papan partikel SNI. Data hasil pengujian berdasarkan 4 parameter uji dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil pengujian menunjukan bahwa data bervariasi tidak sesuai dengan SNI. Rata-rata kadar air (2,34;2,45;2,75)%, kerapatan (0,268;0,285;0,265)gr/cm3, modulus elastisitas (MOE) (86,47;88,32;90,25)kgf/cm2, modulus patah (MOR) (9,55;13,7;18,06)kgf/cm2
    corecore