8 research outputs found
Teritorialitas Ruang pada Jalur Pedestrian Kawasan Bisnis Cakranegara, Kota Mataram
Pedestrian Ways are one of the city elements that consist of public open spaces as a container for activities and pedestrian circulation. The existence of pedestrian ways is very important to support urban activities, so the effectiveness of the function of Pedestrian Ways also needs to be considered. The study area is located on the corridor of Jl. A.A. Gede Ngurah, which is part of the Cakranegara Business District (CBD) and known as the center of the business district of Mataram City, so the potential for mobility and pedestrian activities is quite high. Unfortunately, this potential is not supported by the spatial behavior of the community, which tends to form certain spatial claims on pedestrian ways, resulting in a disruption of space function. This research was conducted to determine how the phenomenon of public space claims is formed in the study area. The research method used was a qualitative descriptive method with observation techniques to observe the phenomenon that occurred in the field. In general, from the results of the research, it can be concluded that the spatial claims of the surrounding community in the study area lead to territorial behavior with territorial expansion patterns and privatization of public space for personal interests.Jalur pedestrian merupakan salah satu elemen pembentuk suatu kota yang berupa ruang terbuka publik sebagai wadah bagi aktivitas dan sirkulasi pejalan kaki. Keberadaan jalur pedestrian sangatlah penting untuk menunjang aktivitas perkotaan sehingga efektifitas fungsi dari jalur pedestrian juga perlu diperhatikan.Kawasan studi berada pada koridor Jl. A.A. Gede Ngurah merupakan bagian dari Kawasan Bisnis Cakranegara (KBC) dan dikenal sebagai pusat kawasan bisnis Kota Mataram, sehingga potensi adanya mobilitas dan aktivitas berjalan kaki cukup tinggi. Potensi ini sayangnya, tidak didukung oleh perilaku spasial masyarakat yang cenderung membentuk pola klaim ruang tertentu terhadap jalur pejalan kaki sehingga kemudian berdampak pada terganggunya fungsi dari ruang tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana fenomena klaim ruang publik yang terbentuk pada kawasan studi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik observasi untuk mengamati fenomena yang terjadi di lapangan. Secara umum dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa klaim ruang masyarakat sekitar kawasan studi mengarah pada perilaku teritorialitas dengan pola ekspansi teritorial dan privatisasi ruang publik untuk kepentingan pribadi
Proses Terbentuknya Teritorialitas pada Permukiman Padat Penghuni di Kampung Jawa, Denpasar
Teritorialitas merupakan salah satu aspek penting dalam bidang ilmu arsitektur karena berkaitan dengan fungsi dari teritori sebagai sebuah perwujudan dari perilaku keruangan seseorang untuk mencapai privasi tertentu. Teritorialitas sangat identik dengan rasa kepemilikan, upaya kontrol, dan mekanisme defensif terhadap suatu tempat atau ruang. Pada permukiman padat penghuni di perkotaan, khususnya pada kawasan permukiman Kampung Jawa Denpasar, ruang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Fakta tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berbagi dan memaknai sebuah ruang. Tingginya kebutuhan terhadap ruang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cukup, memicu terjadinya fenomena-fenomena teritorialitas di lingkungan permukiman yang menarik untuk dikaji. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana proses terbentuknya teritorialitas di kawasan studi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menampilkan data-data primer hasil observasi dan wawancara di lapangan serta membandingkannya dengan teori yang terkait. Secara umum dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa tekanan lingkungan berupa keterbatasan ruang sangat mempengaruhi teritorialitas yang terbentuk di permukiman, serta nilai fleksibilitas yang terkandung dari ruang tersebut.
Kata kunci: teritorialitas, permukiman padat, Kampung Jawa, Kota Denpasa
Perancangan Area Restoran di Arung Rinjani berbasis Nilai Lokal dan Tanggap Covid-19
The North Lombok District has many fascinating and diverse tourist destination potentials. However, over the past two years, the tourism sector has experienced a decline in income due to the Covid-19 pandemic. Some tourism sectors have started to bounce back this year by designing new projects that can attract and ensure tourists form Covid-19 transmission. To develop that project, the new building attraction will be developed from local value and Covid-19 risk transmission. This research was conducted to find out how the criteria of restaurant area can be designed to support the bounce back of tourism in Arung Rinjani. This area is on the regional route of the Senaru Traditional Village. This region is predicted will be popular after the Covid-19 pandemic due to its traditional values and strategic location. Data were collected through field observations and data literature. All data will be analyzed by qualitative descriptive method to design an adaptive restaurant building criteria. The results show that the restaurant area can be designed by transforming local value and attributes to the physical form of buildings to elevate the value of locality. Meanwhile, responsive design for Covid-19 can be achieved by choosing the right furniture, changing the room layout, maintaining the adequate distance between dining areas, maximizing window openings for passive design, and educating visitors to follow health protocols during traveling. These results are expected to be design ideas and programs to design a restaurant area in Arung Rinjani.Kabupaten Lombok Utara memiliki potensi wisata yang sangat menarik dan beragam. Akan tetapi, selama dua tahun terakhir sektor pariwisata banyak mengalami penurunan pemasukan akibat adanya pandemik Covid-19. Untuk membangkitkan pariwisata, maka diperlukan strategi untuk mengembangkan desain yang memiliki daya tarik dan adanya jaminan kesehatan dari penularan Covid-19. Daya tarik bangunan akan dikaji dari pengangkatan nilai lokalitas dan jaminan kesehatan dikaji dari penelitian terdahulu. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kriteria desain area restoran yang tepat untuk mendukung kebangkitan pariwisata baru di Arung Rinjani. Arung Rinjani berada di jalur kawasan menuju Desa Adat Senaru. Area ini diprediksi akan memiliki potensi yang kuat setelah pandemik berakhir karena adanya nilai lokal dan lokasi yang strategis. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan dan mencari literatur data pendukung. Data kemudian diolah dengan metode deskriptif kualitatif dan metode perancangan untuk menghasilkan kriteria perancangan desain restoran yang adaptif. Hasil akhir menunjukkan bahwa area restoran dapat didesain dengan cara mengambil salah satu kebudayaan setempat yang dikembangkan dalam bentuk fisik desain bangunan untuk mengangkat nilai lokal. Desain area restoran yang tanggap Covid-19 dapat dilakukan dengan memilih perabot ruang, mengubah peletakan perabot ruang, menjaga jarak antar tempat makan, memperbanyak bukaan jendela untuk penghawaan alami yang baik, dan edukasi pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi ide gagasan dalam perancangan bangunan restoran. Pemerintah juga dapat membuat kebijakan untuk area restoran serupa agar wisatawan merasa aman saat berwisata
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di Taman Sangkareang Kota Mataram
Public open space is an important element in urban design that accommodates the movement space and activities of the city community. The arrangement of public open spaces needs to adapt to the needs of the community and become a friendly space for various activities and social interactions. Sangkareang Park is the center of public space for the people of Mataram City and accommodates a variety of community activities. Activities that occur repeatedly in public spaces form spatial behavior patterns in the use of public spaces. The use of public space that is not in accordance with the physical setting can interfere with the comfort of activities so that there needs to be an evaluation and adjustment between the pattern of space utilization and the physical setting of public space. The purpose of this study is to identify spatial behavior patterns of visitors to Sangkareang Park based on the behavior of space utilization in each physical setting so that it can be used as a reference in the arrangement of public space in the future. This study uses qualitative descriptive methods and behavior mapping techniques. The results of the study show that the pattern of space utilization in Sangkareang Park tends to adjust to the physical setting, can expand to certain conditions that are influenced by the time and activities that take place, and some activities are formed not according to the function and spatial setting. In addition, several attributes were also found that emerged due to human interaction with the environment in public spaces.Ruang terbuka publik merupakan elemen penting dalam perancangan kota yang mewadahi ruang gerak dan aktifitas masyarakat kota. Penataan ruang terbuka publik perlu menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan menjadi ruang yang ramah untuk beragam aktivitas dan interaksi sosial. Taman Sangkareang menjadi sentral ruang publik bagi masyarakat Kota Mataram dan mewadahi beragam aktifitas masyarakat. Aktifitas yang terjadi berulang pada ruang publik membentuk pola perilaku spasial dalam pemanfaatan ruang publik. Pemanfaatan ruang publik yang tidak sesuai setting fisik dapat mengganggu kenyamanan dalam beraktifitas sehingga perlu adanya evaluasi maupun penyesuaian antara pola pemanfaatan ruang dengan setting fisik ruang publik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola perilaku keruangan (spasial) pengunjung Taman Sangkareang berdasarkan perilaku pemanfaatan ruang pada setiap setting fisik sehingga dapat dijadikan acuan dalam penataan ruang publik kedepannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pemetaan perilaku. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola pemanfaatan ruang di Taman Sangkareang cenderung menyesuaikan dengan setting fisik, dapat meluas pada kondisi tertentu yang dipengaruhi waktu dan kegiatan yang berlangsung, serta beberapa kegiatan terbentuk tidak sesuai fungsi dan setting ruang. Selain itu, ditemukan juga beberapa atribut yang muncul akibat adanya interaksi manusia dengan lingkungan pada ruang publik
Implementasi Pendekatan Arsitektur Tropis pada Perancangan Rusunawa di Kawasan DAS Jangkuk, Mataram
Population density in Mataram City which continues to increase by 1.69% - 1.94% (Central Statistics Agency, 2023) is one of the triggers for the emergence of slums. The area of ​​slums that needs to be immediately addressed and accommodated in the design site in Banjar Village, Jangkuk Watershed Area is 0.51 Ha with a total number of 110 residential units. In the design carried out, Rusunawa is considered to be the most rational solution in an effort to organize community settlements to be better. Meanwhile, the design approach used to maximize the design carried out in the design of the Rusunawa is by using a tropical architectural approach. This approach is considered appropriate because it is able to provide a response to problems that often occur in areas with a tropical climate, such as sun intensity, high humidity, rainfall, wind movement and others. Meanwhile, the characters that will be emphasized in the design of Rusunawa in accordance with this approach are regarding building orientation, isolation or protection, cross ventilation, green open space and vegetation, and building materials.Kepadatan penduduk di Kota Mataram yang terus mengalami peningkatan sebesar 1,69 % - 1.94% (Badan Pusat Statistik, 2023) menjadi salah satu pemicu dari timbulnya permukiman kumuh. Luas kekumuhan yang perlu segera di atasi dan di akomodasi pada tapak perancangan di Kelurahan Banjar, Kawasan DAS Jangkuk yakni sebesar 0,51 Ha dengan jumlah total hunian sebanyak 110 unit. Dalam perancangan yang dilakukan, Rusunawa dianggap menjadi solusi yang paling rasional dalam upaya menata permukiman masyarakat untuk menjadi lebih baik. Adapun, pendekatan desain yang digunakan untuk memaksimalkan perancangan yang dilakukan pada perancangan Rusunawa tersebut yakni dengan menggunakan pendekatan arsitektur tropis. Pendekatan tersebut dianggap sesuai karena mampu memberikan respon terhadap permasalahan yang sering terjadi di wilayah dengan iklim tropis, seperti intensitas matahari, kelembaban yang tinggi, curah hujan, pergerakan angin dan lainnya. Karakter yang akan ditekankan pada perancangan Rusunawa sesuai dengan pendekatan tersebut yaitu perihal orientasi bangunan, isolasi atau pelindung, ventilasi silang, ruang terbuka hijau dan vegetasi, serta material bangunan
Pendekatan Arsitektur Tropis pada Perancangan Rumah Susun di Kawasan Kumuh Kampung Karanganyar Yogyakarta
The tropical architectural approach is the most relevant design approach in designing buildings in tropical climates. This is related to the principles of tropical architecture that strive to be able to adapt and respond to weather and climate conditions. That way, the rooms in the building will be more comfortable and healthy because they are designed according to the context and conditions of the surrounding climate. The purpose of this paper is to formulate solutions related to densely populated slums in urban areas by designing ideal flats for the community using a tropical architectural approach. The method used in compiling this paper is to map potential and problems and conduct literature studies and studies related to the principles of tropical architecture. By applying the principles of tropical architecture, flats are expected to become comfortable and healthy places to live for the community while solving the problem of slums in urban areas.Pendekatan arsitektur tropis merupakan pendekatan desain yang paling relevan dalam merancang bangunan di iklim tropis. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip-prinsip arsitektur tropis yang berupaya untuk mampu beradaptasi dan merespon kondisi cuaca dan iklim. Dengan begitu, ruangan pada bangunan akan kebih nyaman dan sehat karena dirancang sesuai dengan konteks dan kondisi iklim sekitarnya. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk merumuskan solusi terkait permukiman kumuh padat penduduk di perkotaan dengan merancang rumah susun yang ideal untuk masyarakat menggunakan pendekatan arsitektur tropis. Metode yang digunakan dalam penyusunan tulisan ini yaitu melakukan pemetaan potensi dan masalah serta melakukan studi literatur dan kajian terkait prinsip arsitektur tropis. Dengan menerapkan prinsip – prinsip arsitektur tropis, rumah susun diharapkan akan menjadi tempat hunian yang nyaman dan sehat untuk masyarakat sekaligus menyelesaikan masalah permukiman kumuh di perkotaan
Kajian Potensi Wisata Kuliner Pantai Ampenan
Sejak ditetapkannya KEK Mandalika tahun 2017, Pulau Lombok kini menjadi salah satu tujuan utama wisata di Indonesia. Selain jenis wisata alam dan budaya yang ditawarkan, terdapat juga kuliner yang khas seperti plecing kangkung, ayam taliwang, sepat, bebalung yang disukai wisatawan. Aspek kuliner mempunyai peranan yang sangat kuat dalam keberhasilan pengembangan sebuah destinasi (Pepela & O'Halloran, 2014), karena menikmati makanan lokal dapat memberikan peluang bagi wisatawan untuk mempelajari geografi dan budaya masyarakat setempat (Richards, 2002). Pemerintah Kota Mataram menyadari hal tersebut dan menyusun sebuah rencana pembangunan tempat wisata kuliner yang tidak hanya fokus pada kulinernya, namun juga keindahan alam, seni dan budaya. Dinas Pariwisata Kota Mataram bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Mataram melakukan studi kelayakan penataan tempat wisata kuliner kawasan pantai Kota Tua Ampenan, yang diharapkan menghasilkan kajian awal untuk menyusun perencanaan pembangunan dan dasar pengambilan keputusan. Kegiatan studi ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa data primer dari hasil observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur dan jurnal ilmiah. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan kesimpulan bahwa Pantai Ampenan layak dan sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata kuliner, karena posisinya yang dekat dari pusat kota, dapat memperkuat citra kawasan, mendukung revitalisasi, serta memiliki sarana dan prasarana memadai
Kajian Arsitektur Vernakular dan Ramah Lingkungan pada Gedung Kampus Universitas Mataram
In the last decade, the development of new buildings in Mataram University has shown a shift towards contemporary forms and materials which results a quite different facade / appearance from the existing buildings. The situation raises an awareness that if it is allowed to continue, Mataram University as one of the state universities in West Nusa Tenggara will lose its identity. This study aims to examine the characteristics of vernacular and environmentally friendly architecture that can be applied to Mataram University’s building and evaluate it in the old and new buildings. This study uses a qualitative method, by reviewing the literature and evaluating the building based on the criteria obtained. The library building represents the old building and the Fisipol building represents the new building as subjects studied. Data analysis was done by descriptively qualitatively. The results show that the library building and Fisipol meet the same criteria or vernacular architectural characteristics even though visually the buildings look different. However, the library building meets the criteria for environmentally friendly architecture compared to Fisipol building, which is a new building. This study is expected to increase research on vernacular architecture as the identity of new campuses in Indonesia. This research still has many shortcomings, therefore it requires more similar studies in the future.
Perkembangan tampilan gedung-gedung baru di lingkungan Universitas Mataram satu dekade terakhir menampakkan adanya pergeseran ke arah bentuk dan material kekinian yang menghasilkan fasad/tampilan sangat berbeda dengan gedung-gedung yang ada sebelumnya. Hal ini menghadirkan kekhawatiran bila dibiarkan berkelanjutan maka Universitas Mataram sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Nusa Tenggara Barat akan kehilangan jati diri atau identitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ciri atau kriteria arsitektur vernakular dan ramah lingkungan yang dapat diterapkan pada gedung kampus Universitas Mataram dan mengevaluasinya pada gedung lama dan gedung baru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengkaji literatur dan mengevaluasi bangunan berdasarkan kriteria yang didapatkan. Gedung perpustakaan mewakili gedung lama dan gedung Fisipol mewakili gedung baru sebagai gedung-gedung yang dikaji. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa gedung perpustakaan dan Fisipol memenuhi kriteria atau ciri arsitektur vernakular yang sama walau secara visual keduanya tampak berbeda. Akan tetapi, gedung perpustakaan memenuhi kriteria arsitektur ramah lingkungan lebih banyak dibandingkan dengan gedung Fisipol yang merupakan bangunan baru. Kajian ini diharapkan dapat meningkatkan penelitian arsitektur vernakular sebagai identitas kampus-kampus baru di Indonesia. Penelitian ini masih banyak kekurangan sehingga membutuhkan lebih banyak kajian yang serupa.