6 research outputs found

    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Perkembangan Balita Usia 1-3 Tahun

    Get PDF
    Faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak penting diketahui untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status perkembangan balita usia 1-3 tahun. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Posyandu lingkungan Kelurahan Panjer, pada bulan Agustus sampai Oktober 2022. Sampel penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki balita usia 1-3 tahun yang datang ke posyandu di Kelurahan Panjer dengan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasilnya, Tidak terdapat hubungan signifikan antara berat badan lahir dan jumlah saudara dengan status perkembangan usia 1-3 tahun dengan nilai p-value > 0,05. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua dengan status perkembangan balita usia 1-3 tahun dengan p-value < 0,05. Status gizi merupakan faktor yang paling signifikan terhadap status perkembangan balita usia 1-3 tahun dengan nilai p-value 0,001. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua terhadap status perkembangan balita usia 1-3 tahun. Faktor status gizi adalah yang paling signifikan.   Factors that can affect children's growth and development are important to know to achieve optimal growth and development. This study aims to determine the factors associated with the developmental status of toddlers aged 1-3 years. The study used a cross sectional design. The research was conducted at the Posyandu in the Panjer Village neighborhood, from August to October 2022. The sample of this study were all parents who had toddlers aged 1-3 years who came to the posyandu in Panjer Village by meeting the inclusion and exclusion criteria. As results, there is no significant relationship between birth weight and the number of siblings with the developmental status of 1-3 years old with a p-value> 0.05. There is a significant relationship between nutritional status, parental income and parental education with the developmental status of toddlers aged 1-3 years with a p-value <0.05. Nutritional status is the most significant factor in the developmental status of toddlers aged 1-3 years with a p-value of 0.001.In Conclusion, there is a significant relationship between nutritional status, parental income and parental education on the developmental status of toddlers aged 1-3 years. The nutritional status factor is the most significant.Faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak penting diketahui untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status perkembangan balita usia 1-3 tahun. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Posyandu lingkungan Kelurahan Panjer, pada bulan Agustus sampai Oktober 2022. Sampel penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki balita usia 1-3 tahun yang datang ke posyandu di Kelurahan Panjer dengan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasilnya, Tidak terdapat hubungan signifikan antara berat badan lahir dan jumlah saudara dengan status perkembangan usia 1-3 tahun dengan nilai p-value > 0,05. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua dengan status perkembangan balita usia 1-3 tahun dengan p-value < 0,05. Status gizi merupakan faktor yang paling signifikan terhadap status perkembangan balita usia 1-3 tahun dengan nilai p-value 0,001. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua terhadap status perkembangan balita usia 1-3 tahun. Faktor status gizi adalah yang paling signifikan.   Factors that can affect children's growth and development are important to know to achieve optimal growth and development. This study aims to determine the factors associated with the developmental status of toddlers aged 1-3 years. The study used a cross sectional design. The research was conducted at the Posyandu in the Panjer Village neighborhood, from August to October 2022. The sample of this study were all parents who had toddlers aged 1-3 years who came to the posyandu in Panjer Village by meeting the inclusion and exclusion criteria. As results, there is no significant relationship between birth weight and the number of siblings with the developmental status of 1-3 years old with a p-value> 0.05. There is a significant relationship between nutritional status, parental income and parental education with the developmental status of toddlers aged 1-3 years with a p-value <0.05. Nutritional status is the most significant factor in the developmental status of toddlers aged 1-3 years with a p-value of 0.001.In Conclusion, there is a significant relationship between nutritional status, parental income and parental education on the developmental status of toddlers aged 1-3 years. The nutritional status factor is the most significant

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrom pada Siswi Sekolah Menengah Atas

    Get PDF
    Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung sampai haid berhenti PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Kejadian PMS mempengaruhi kegiatan di sekolah, misalnya: penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga dimungkinkan terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional.. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 105 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 7,6% remaja mengalami PMS Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian PMS (p=0,036), perilaku dengan kejadian PMS (p=0,035), usia menarche dengan kejadian PMS (p=0,047), dan tingkat stress dengan kejadian PMS (p=0,001). Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan, perilaku, usia menarche dan tingkat stress dengan kejadian premenstrual syndrome.   Premenstrual syndrome (PMS) is a collection of symptoms in the form of physical and mental disorders, which usually appear from one week to a few days before menstruation begins, and disappear after menstruation begins, although sometimes it lasts until menstruation stops PMS that occurs in adolescents can reduce productivity in carrying out daily activities. PMS symptoms in adolescents can affect their performance at school. PMS events affect activities at school, for example: decreased concentration in learning, disruption of communication with friends it is also possible that there is a decrease in learning productivity and an increase in absenteeism This research is analytic with cross sectional design. The sampling method is non-probability sampling. The number of research samples is 105 respondents. Data collectionl used a questionnaire The results of this study indicate that as many as 7.6% of adolescents experience PMS. There is a significant relationship between knowledge and the incidence of PMS (p=0.036), behavior and the incidence of premenstrual syndrome (p=0.035), age of menarche and the incidence of PMS (p=0.047) , and stress level with PMS incident (p=0,001) There is a significant relationship between knowledge, behavior, age at menarche and stress level with the incidence of premenstrual syndrome.Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung sampai haid berhenti PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Kejadian PMS mempengaruhi kegiatan di sekolah, misalnya: penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga dimungkinkan terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional.. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 105 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 7,6% remaja mengalami PMS Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian PMS (p=0,036), perilaku dengan kejadian PMS (p=0,035), usia menarche dengan kejadian PMS (p=0,047), dan tingkat stress dengan kejadian PMS (p=0,001). Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan, perilaku, usia menarche dan tingkat stress dengan kejadian premenstrual syndrome.   Premenstrual syndrome (PMS) is a collection of symptoms in the form of physical and mental disorders, which usually appear from one week to a few days before menstruation begins, and disappear after menstruation begins, although sometimes it lasts until menstruation stops PMS that occurs in adolescents can reduce productivity in carrying out daily activities. PMS symptoms in adolescents can affect their performance at school. PMS events affect activities at school, for example: decreased concentration in learning, disruption of communication with friends it is also possible that there is a decrease in learning productivity and an increase in absenteeism This research is analytic with cross sectional design. The sampling method is non-probability sampling. The number of research samples is 105 respondents. Data collectionl used a questionnaire The results of this study indicate that as many as 7.6% of adolescents experience PMS. There is a significant relationship between knowledge and the incidence of PMS (p=0.036), behavior and the incidence of premenstrual syndrome (p=0.035), age of menarche and the incidence of PMS (p=0.047) , and stress level with PMS incident (p=0,001) There is a significant relationship between knowledge, behavior, age at menarche and stress level with the incidence of premenstrual syndrome

    Hubungan Umur, Pekerjaan, Pendidikan dan Pendapatan terhadap Perilaku Orang Tua dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-1 Tahun pada Masa Pandemi Covid-19

    No full text
    ABSTRACT Parents in compliance with monitoring growth and development are influenced by their education, age, level of knowledge, socioeconomic level, skills and intensity of interaction with health workers. Based on the 2013 Riskesdas data, 34.3% of parents did not monitor their growth and development, higher than in 2007 which was 25.5%. This shows that there are still many parents who have not monitored the growth and development of their children. Parents can monitor the baby's growth and development every month by taking the baby to the posyandu. During the Covid-19 pandemic, parents were reluctant to take their babies to the posyandu due to parental concerns about Covid 19. The purpose of this study was to analyze the relationship between age, occupation, education and income with parental behavior in monitoring the growth and development of infants aged 0-1 years during the Covid-19 pandemic. This research is a quantitative research with a cross sectional design. The research was conducted at UPTD. Health Center I of the South Denpasar District Health Office. The research sample is parents who come to the puskesmas with their babies aged 0-1 years to conduct an examination at the UPTD. Puskesmas I, Denpasar Selatan District Health Office, which met the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique used convenience sampling with the number of samples calculated using a large sample formula of 95 respondents. The data collection tool was in the form of a questionnaire containing the identity of the respondents (age, education, occupation, monthly income as well as a questionnaire regarding the behavior of parents in monitoring the growth and development of aged infants). 0-1 years during the Covid 19 pandemic. Bivariate analysis using chi square. Based on the results of statistical analysis tests with the chi square test, it shows that there is a significant relationship between age of parents (p-value = 0.04), occupation (p-value = 0.000), education (p-value = 0.016) and income (p-value=0.013) of parents with parental behavior in monitoring the growth and development of infants aged 0-1 years during the Covid-19 pandemic. Age, occupation, education and income are related to the behavior of parents in monitoring the growth and development of infants aged 0-1 years during the Covid-19 pandemic. It is hoped that parents can monitor their child's growth and development every month at the posyandu in order to detect early developmental abnormalities. Keywords: Characteristics, Behavior, Growth and Development of Babies   ABSTRAK Orang tua dalam kepatuhan melakukan pemantauan tumbuh kembang dipengaruhi oleh pendidikannya, umur, tingkat pengetahuan, tingkat sosial ekonomi, keterampilan dan intensitas interaksi dengan petugas kesehatan. Berdasarkan data Riskesdas 2013 terdapat 34,3% orang tua tidak melakukan pemantauan tumbuh kembang, lebih tinggi dari tahun 2007 sejumlah 25,5%. Hal ini menunjukkan masih banyak orang tua belum melakukan pemantauan tumbuh kembang anaknya. Pemantauan tumbuh kembang bayi dapat dilakukan orang tua setiap bulannya yaitu dengan mengajak bayinya ke posyandu. Selama masa pandemi Covid-19, orang tua enggan mengajak bayinya ke posyandu terkait adanya kehawatiran orang tua terhadap Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan umur, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dengan perilaku orang tua dalam pemantauan tumbuh kembang bayi usia 0-1 tahun selama masa pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di UPTD. Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Selatan. Sampel penelitian yaitu orang tua yang datang ke puskesmas bersama bayinya berumur 0-1 tahun untuk melakukan pemeriksaan di UPTD. Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Selatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling dengan jumlah penghitungan sampel menggunakan rumus besar sampel sebanyak 95 responden. Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang berisi tentang identitas responden (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan serta kuesioner mengenai perilaku orang tua dalam pemantauan tumbuh kembang bayi usia 0-1 tahun pada masa pandemi Covid-19. Analisis bivariat menggunakan chi square. Berdasarkan hasil uji analisis statistik dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur orang tua dengan  (p-value=0.04), pekerjaan (p-value=0.000),  pendidikan (p-value=0.016) dan pendapatan (p-value=0.013) orang tua dengan perilaku orang tua dalam pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 0-1 tahun pada masa pandemi Covid-19. umur, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan berhubungan dengan perilaku orang tua dalam pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 0-1 tahun pada masa pandemi Covid-19. Diharapkan orang tua bisa memantau tumbuh kembang anaknya setiap bulan diposyandu guna mendeteksi secara dini timbulnya kelainan tumbuh kembang. Kata Kunci: Karakteristik, Perilaku, Tumbuh Kembang Bay

    Program Penyuluhan Anemia, Pemeriksaan Hemoglobin dan Pengobatan Anemia pada Siswa di SMK Kesehatan Bali Medika

    No full text
    ABSTRAK Anemia pada remaja dapat mengganggu aktivitas remaja dan menurunnya prestasi. Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan remaja tentang anemia dan pencegahan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang anemia, deteksi dini anemia dan pengobatan anemia yang baik. Kegiatan Pengabdian ini dilakukan pada 104 siswa SMK Bali Medika dengan target program yaitu penyuluhan anemia dan pemeriksaan hemoglobin dilakukan di SMK Bali Medika melalui tiga tahapan kegiatan. Kegiatan tahap I dilakukan dengan memberikan pretest, penyuluhan anemia, dan postest. Penyebaran kuesioner pretest dan posttes dilakukan untuk mengetahui pengetahuan siswa mengenai anemia. Kegiatan tahap II dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu konjungtiva, pemeriksaan tekanan darah, dan pemeriksaan hemoglobin. Kegiatan tahap III dilakukan dengan melakukan pengobatan anemia pada siswa yang mengalami anemia dengan memberikan tablet tambah darah dan konseling mengenai pola makan yang baik. Uji analisis yang digunakan untuk mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan yaitu uji dependen t-test. Hasil dari kegiatan ini yaitu sebelum diberikan penyuluhan anemia, sebagian besar siswa memiliki pengetahuan cukup sebanyak 66 orang (63,5%). Sedangkan, setelah diberikan penyuluhan tentang anemia, sebagian besar siswa memiliki pengetahuan baik sebanyak 88 orang (84,6%).  Hasil uji analisis didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang anemia di SMK Kesehatan Bali Medika dengan p-value sebesar 0,001 (p <a 0,05). Program peyuluhan anemia, pemeriksaan hemoglobin dan pengobatan anemia pada siswa di SMK Kesehatan Bali Medika sudah efektif.  Diharapkan pihak SMK Kesehatan Bali Medika dapat melakukan pembinaan mengenai gizi remaja dan pencegahan anemia di Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan organisasi lain yang melibatkan siswa-siswi. Hasil kegiatan penyuluhan anemia ini pelaksanaannya telah baik dan sesuai dengan target yang ditentukan. Kedepannya agar bisa dilakukan kegiatan ini untuk mengedukasi remaja dengan topik kesehatan lainnya Kata kunci: Penyuluhan, Anemia, Remaja ABSTRACT Anemia in adolescents can disrupt youth activities and decrease achievement. Prevention of anemia can be done by increasing adolescent knowledge about anemia and prevention. This service activity aims to increase adolescent knowledge about anemia, early detection of anemia, and good anemia treatment.  This service activity was carried out on 104 students of Bali Medika Vocational School with the target program of anemia counseling and hemoglobin examination being carried out at Bali Medika Vocational School through three stages of activities. Phase I activities were carried out by giving a pretest, anemia counseling, and posttest. The distribution of pre-test and post-test questionnaires was carried out to determine students' knowledge about anemia. Phase II activities are carried out by conducting a physical examination, namely conjunctiva, blood pressure, and hemoglobin examination. Phase III activities are carried out by treating anemia in students who have anemia by giving blood-added tablets and counseling about a good diet. The analytical test used to measure knowledge before and after counseling is the t-test-dependent test. The result of this activity is that before the anemia counseling was given, most of the students had sufficient knowledge of 66 people (63.5%). Meanwhile, after being given counseling about anemia, most of the students had good knowledge as many as 88 people (84.6%). The results of the analysis test showed that there was a significant difference in the knowledge of respondents before and after being given counseling about anemia at the Bali Medika Health Vocational School with a p-value of 0.001 (p < 0.05). The anemia counseling program, hemoglobin examination, and anemia treatment for students at the Bali Medika Health Vocational School have been effective. It is hoped that the Bali Medika Health Vocational School can provide guidance on adolescent nutrition and anemia prevention in the School Health Unit (UKS) and other organizations that involve students. The results of this anemia counseling activity have been implemented well and in accordance with the specified target. In the future, this activity can be carried out to educate adolescents on other health topics. Keywords: Counseling, Anemia, Adolescent

    Gambaran Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar

    No full text
    ABSTRACT Incomplete abortion is an obstetric emergency that requires immediate treatment. Incomplete abortion is one of the contributors to maternal mortality. Risk factors for incomplete abortion include maternal characteristics, obstetric status, health status, nutritional status, and lifestyle. To determine the incidence of incomplete abortion cases at Wangaya Regional General Hospital, Denpasar City. This research is a description type using cross sectional. The research was conducted on August 12 - November 5, 2022. The population in this study were all pregnant women who experienced incomplete abortion in 2019-2021 at Wangaya Regional General Hospital, Denpasar City with a total of 425 people. Sampling was done with purposive sampling technique. The sample size in this study was 208 respondents. Data using secondary data collected using a check list sheet Type of secondary data. Data collection with a check list sheet. The research data were analyzed univariately. The highest incidence of incomplete abortion is in the age range of 20-35 years, secondary level education, private employees, multigravida, first trimester, child spacing is more or equal than 2 years, has no history of abortion, has no history of disease, normal nutritional status, and does not have a lifestyle that is detrimental to health. Pregnant women of productive age, multigravida, and first trimester are routine in doing antenatal care and do USC at least once in early pregnancy. Working mothers are advised to take adequate rest. Future research is expected to use primary data.  Keywords: Description, Incomplete Abortion  ABSTRAK Abortus inkomplit adalah suatu kegawatdaruratan dalam kebidanan yang memerlukan penanganan segera. Abortus inkomplit merupakan salah satu penyumbang terjadinya angka kematian ibu. Faktor risiko abortus inkomplit meliputi karakteristik ibu, status obstetri, status kesehatan, status gizi, dan pola hidup. Mengetahui gambaran kejadian kasus abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar. Penelitian ini berjenis deskripsi dengan menggunakan cross sectional. Penelitian dilakukan pada tanggal 12 Agustus - 5 Nopember 2022. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit tahun  2019-2021 di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar dengan jumlah 425 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Besarnya sampel pada penilitian ini  208 responden. Data menggunakan data sekunder yang dikumpulkan menggunakan lembar check list Jenis data sekunder. Pengumpulan data dengan lembar chek list. Data penelitian dianalisis secara univariat. Kejadian abortus inkomplit terbanyak berada pada rentang umur 20-35 tahun, pendidikan tingkat menengah, karyawan swasta, multigravida, trimester satu, jarak anak lebih atau sama dari 2 tahun, tidak memiliki riwayat abortus, tidak memiliki riwayat penyakit, status gizi normal, dan tidak memiliki pola hidup yang merugikan kesehatan. Ibu hamil usia produktif, multigravida, dan trimester 1 rutin dalam melakukan antenatal care dan melakukan USC minimal satu kali di awal kehamilan. Pada ibu yang bekerja disarankan untuk dapat melakukan istirahat yang cukup. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan data primer. Kata Kunci: Gambaran, Abortus Inkompli

    Edukasi Vaksinasi COVID-19 dan Distribusi Masker Pada Anak Usia 12-17 Tahun Di Banjar Medahan, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar

    No full text
    ABSTRAK Kasus Covid-19 di Indonesia pada bulan Juni 2021 terus mengalami peningkatan. Terdapat 108 ribu kasus berada pada rentang usia 12-17 tahun. Pemerintah Indonesia mengintruksikan pemberian vaksinasi pada anak usia 12-17 tahun. Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 pada anak usia 12-17 tahun di Banjar Medahan, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Pengabdian kepada masyarakat di Banjar Medahan, Desa Medahan, Kecamatan, Blahbatuh, Gianyar dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama dilakukan penyuluhan mengenai edukasi vaksinasi Covid-19 dan distribusi masker pada anak usia 12-17 tahun dan juga pretest dan posttes. Tahap kedua dilakukan edukasi penggunaan masker yang benar dan distribusi masker. Tahap ketiga dilakukan pengukuran tanda vital dan evaluasi kegiatan. Edukasi vaksinasi Covid-19 dan distribusi masker dilakukan pada anak usia 12-17 tahun sejumlah 50 orang anak. Hasil pretest didapatkan sebanyak 6 orang (12%) memiliki pengetahuan sangat baik mengenai vaksinasi Covid-19, sebanyak 32 orang (64%) memiliki pengetahuan baik mengenai vaksinasi Covid-19 dan sebanyak 6 anak (24%) memiliki pengetahuan cukup mengenai vaksinasi Covid-19. Setelah dilakukan penyuluhan mengenai edukasi vaksinasi Covid-19, hasil posttesnya mengalami peningkatan yaitu sebanyak 43 orang (86 %) memiliki pengetahuan yang sangat baik mengenai edukasi Covid-19 dan sebanyak 7 orang (14%) memiliki pengetahuan baik mengenai edukasi Covid-19. Setelah dilakukan edukasi mengenai penggunaan masker, anak menjadi paham dan bisa mempraktekkan penggunaan masker yang benar. Hasil vital sign seluruh anak dalam batas normal. Terjadi peningkatan pengetahuan anak usia 12-17 tahun sebelum dan setelah diberikan edukasi vaksinasi Covid-19. Masker telah didistribusikan kepada 50 anak usia 12-17 tahun. Hasil tanda vital anak dalam batas normal. Kegiatan edukasi vaksinasi Covid 19 sangat bagus dilakukan. Untuk kedepannya kegiatan ini bisa dilanjutkan lagi agar capaian vaksinasi pada anak usia 12-17 tahun tercapai. Kata kunci: Edukasi, Vaksinasi, Covid-19     ABSTRACT Covid-19 cases in Indonesia in June 2021 continue to increase. There were 108,000 cases in the age range of 12-17 years. The Indonesian government has instructed the vaccination of children aged 12-17 years. Objective: to increase public understanding and awareness to carry out Covid-19 vaccinations for children 12-17 years old in Banjar Medahan, Medahan Village, Blahbatuh District, Gianyar. Community service in Banjar Medahan, Medahan Village, District, Blahbatuh, Gianyar was carried out through three stages, namely the first stage was counseling about vaccine-19 education and distribution of masks to children aged 12-17 years as well as pretest and posttest. The second stage is education on the correct use of masks and distribution of masks. The third stage is measuring vital signs and evaluating activities. Education on Covid-19 vaccination and distribution was carried out to 50 children aged 12-17 years. The results of the pre test showed that 6 people (12%) had very good knowledge about Covid-19 vaccination, 32 people (64%) had good knowledge about Covid-19 vaccination and 6 children (24%) had sufficient knowledge about Covid-19 vaccination. After counseling about Covid-19 vaccination education, the post-test results increased, namely 43 people (86%) had very good knowledge about Covid-19 education and 7 people (14%) had good knowledge about Covid-19 education. After being educated about the use of masks, children understand and can practice the correct use of masks. The vital signs of all children were within normal limits. There was an increase in the knowledge of children aged 12-17 years before and after being given Covid-19 vaccination education. Masks have been distributed to 50 children aged 12-17 years. The results of the child's vital signs were within normal limits. Covid 19 educational activities are very good to do. In the future, this activity can be continued so that the achievement of vaccination for children 12-17 years old is achieved. Keywords: Education, Vaccination, Covid-1
    corecore