42 research outputs found
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA PRA SEKOLAH
Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak. Faktor tersebut antara lain faktor Hereditas/Genetis/Keturunan, faktor Lingkungan, faktor Umum/interaksionisme antara genetis dan lingkungan.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah di Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia pra sekolah di Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik stratified Random Sampling dengan jumlah 84 responden.Hasil dan kesimpulan dalam penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah dengan nilai p value sebesar < 0.05.Kata Kunci: Perkembangan social emosional anak prasekola
PELECEHAN SEXUAL PADA ANAK
Pelecehan seksual merupakan tindakan/perilaku seksual yang tidak dikehendak. Pelecehan sexual bisa dalam bentuk verbal (kata-kata) maupun non verbal. Anak yang mengalami pelecehan sexual menyebabkan perasaan terhina bagi orang lain. Menurut UNICEF sekitar 120 juta anak diseluruh dunia atau lebih dari 100 anak mengalami pelecehan seksual di bawah usia 20 tahun. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia(KPAI) mengatakan bahwa di tahun 2013 terdapat 925 kasus pelecehan seksual terhadap anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan risiko terjadinya pelecehan seksual pada anak usia sekolah di SD X. Penelitian ini dilakukan di SD X di wilayah Kudus pada tahun 2015, merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD X sejumlah 94 orang. Penelitian menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampel. Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Uji hubungan penelitian ini menggunakan Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 94 siswa yang diambil data sebagai responden, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan dengan risiko terjadinya pelecehan seksual pada anak usia sekolah di SD X dengan p value masing masing sebesar 0,003, dan 0,000 (α= 0,05)
UPAYA MENURUNKAN KECACATAN PADA PENDERITA KUSTA MELALUI KEPATUHAN TERHADAP PENGOBATAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
Kusta merupakan penyakit kronik yang menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh manusia.Penyakit kusta masih menimbulkan stigma dari masyarakat, sehingga penderita kusta menderita tidak hanya karena penyakitnya saja, tetapi juga dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat. Stigma masyarakat timbul karena resiko kecacatan yng ditimbulkan oleh kusta. Kecacatan, proses penyembuhan dan dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya, sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang sangat mendalam. Dampak yang timbul karena penyakit kusta dapat diminimalkan jika adanya dukungan keluarga yang optimal terhadap proses pengobatan pada pasien kusta. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hubungan antara kepatuhan terhadap pengobatan dan dukungan keluarga dengan tingkat kecacatan penderita kusta. Jenis Penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta di wilayah X sejumlah 52 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total populasi. Instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga menggunakan kuesioner yang telah valid dan reliabel dan menggunakan instrumen cacat/ prevention of disability (POD) dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kepatuhan terhadap pengobatan dengan kecacatan penderita kusta (p = 0,0040; α = 0,036) dan ada hubungan anatar dukungan keluarga dengan kecacatan pada penderita kusta dengan (p =0,0040; α = 0,036). Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan sehingga mampu mencegah dan menurunkan tingkat kecacatan pada penderita kusta
PEMAKAIAN DIAPERS DAN EFEK TERHADAP KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER
Pemakaian diapers dalam jangka panjang dan dipakai setiap saat, dapat menimbulkan efek yang berbahaya serta bisa menghambat kemampuan toilet training anak. Penelitian kuantitatif dengan desain cros sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan lamanya pemakaian diapers terhadap kemampuan toilet training pada anak usia toddler di wilayah X. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengidentifikasi kemampuan toilet training, frekuensi dan lamanya pemakaian diapers. Penelitian dilakukan dari tanggal 24 Januari hingga 27 Januari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia toddler di wilayah X sejumlah 48 anak, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total populasi dengan sampel sebanyak 48 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara frekuensi pemakaian diapers dengan kemampuan toilet training anak usia toddler (p= 0,020; α=0,05), ada hubungan yang signifikan anatara lama pemakaian diapers dengan kemampuan toilet training anak toddler (p= 0,000; α=0,05). Penelitian ini merekomendasikan orang tua yang memakaikan diapers pada anak untuk mengganti diapers lebih sering karena semakin kurang frekuensi dan lama pemakaian diapers maka kamampuan toilet training anak tidak akan terganggu
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT KUSTA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECACATAN PADA PENDERITAKUSTA DI KABUPATEN KUDUS
Pengobatan penderita untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita dan mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Selain kepatuhan minum obat, faktor yang berpengaruh terhadap kecacatan pada penderita kusta adalah peran keluarga untuk melakukan upaya pencegahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat kusta dan dukungan keluarga dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Kudus.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita kusta di Kabupaten Kudus sejumlah 77 orang. Tehnik sampling yang digunakan ini adalah tehnik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji chi-square.Hasil penelitian diperoleh sebagian besar penderita kusta tidak patuh dalam minum obat yaitu sebanyak 48 orang (62,3%), sebagian besar keluarga tidak mendukung penderita kusta yaitu sebanyak 47 orang (61%), sebagian besar penderita kusta mengalami kecacatan tingkat 1 yaitu sebanyak 43 orang (55,8%). Nilai p value adalah 0,003 da 0,004 (< 0,05). Dapat disimpulkan ada hubungan kepatuhan minum obat kusta dengan kecacatan pada penderita kusta di kabupaten Kudus, ada hubungan dukungan keluarga dengan kecacatan pada penderita kusta di kabupaten kudus tahun 2013 (p value 0,004 < 0,05).Diharapkan tenaga kesehatan memeprtimbangkan dalam pengambilan tindakan terhadap upaya peningkatan kepatuhan minum obat dan keefektifan pelatihan perawatan diri terhadap peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta
Maternal and Infant Factors Associated with Breastfeeding in a Hospital Rooming-in Ward System, Kudus, Central Java
BACKGROUND: Breast milk is the best nutrition for infants. Breast milk contains a variety of nutrients and fluid that infants need. The practice of breastfeeding may be influenced by several factors, such as maternal knowledge in breastfeeding, maternal competence in lactation manage-ment, maternal condition, and infant condition. A new strategy to facilitate breastfeeding is to provide rooming-in one ward system for the new born babies. This study aimed to investigate factors associated with breast-feeding in a rooming-in ward system for the new born babies.
SUBJECT AND METHODS: This study was cross-sectional, conducted in Kudus, Central Java. A sample of 30 lactating mothers was selected from rooming-in ward in a hospital, Kudus, Central Java. The dependent variable was breastfeeding. The independent variables were maternal condition and infant condition. A questionnaire was developed to measure the variables. The data was analyzed using Odds Ratio (OR) and Chi-Square.
RESULTS: Good maternal condition (OR= 15.00; 95% CI= 1.45 to 155.30; p= 0.008) and good infant condition (OR= 38.25; 95% CI= 4.59 to 318.60; p<0.001) were positively and strongly associated with the likelihood of breastfeeding.
CONCLUSION: Maternal and infant conditions are important determinants for breastfeeding in a hospital rooming-in ward system.
Keywords: breastfeeding, maternal condition, infant condition, rooming-in ward
Factors Affecting Self-Care Ability among Children with Mental Retardation
Background: Mental retardation is a developmental problem manifested during a child’s years of development (i.e. 0-18 years old). It is a condition whereby a child’s intelligence and adaptability are significantly below the average level of his peers.Self-care such as skills to dress and undress, look after oneself, use a toilet, take food independently, bathe, wash, is an important step on the way to their socialization. This study aimed to assess the effects of child and parental factors on self-care ability among children with mental retardation.
Subjects and Method: This was cross sectional study conducted at SDLB (special education for children with special needs), Kudus, Central Java. A sample of 132 children with mental retardation was selected for this study. The dependent variable was self-care ability. The independent variables were child age, maternal education, and parental support. The data were collected by questionnaire and analyzed by chi square with odd ratio (OR) as the measure of effect.
Results: Self-care ability of children with mental retardation increased with child age (OR= 2.21; p= 0.037), higher maternal education (OR= 3.50; p= 0.028), and strong parental support (OR= 4.27; p= 0.001).
Conclusion: Self-care ability of children with mental retardation is positively associated with child age, maternal education, and parental support.
Keywords: mental retardation, self-care ability, child, parental factor
HUBUNGAN RIWAYAT KEJADIAN POST PARTUM BLUES DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1 TAHUN DI DESA DEMPEL WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGRAYUNG
Usia satu tahun termasuk dalam usia toddler (1 - 3 tahun), yaitu merupakan masa ke “Emasan“ karena pada usia ini anak mengalami perkembangan sangat cepat. Pada usia satu tahun ini perkembangan yang meliputi kemampuan motorik (kasar dan halus), bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosi dan inteligensi berlangsung sangat cepat dan menjadi landasan perkembangan berikutnya. Apabila seorang ibu mengalami kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan secara terus menerus akan memberikan dampak yang lebih buruk pada anak tersebut. Kondisi itu dikenal dengan istilah “ post partum blues”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat kejadian post partum blues dengan perkembangan anak usia 1 tahun di desa Dempel wilayah kerja Puskesmas Karangrayung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Retrospectif, pengambilan sampel menggunakan total populasi dengan jumlah 50 responden. Hasil uji statistik ada hubungan antara riwayat kejadian post partum blues dengan perkembangan anak usia 1 tahun di Desa Dempel wilayah kerja Puskesmas Karangrayung Kabupaten Grobogan, dengan hasil uji ststistik Chi square 8,318 dan nilai p value sebesar 0,016 (α < 0,05). Hendaknya ibu yang mempunyai anak usia 1 tahun untuk memberikan perhatian dan kasih sayang sejak dalam masa kehamilan, sebelum lahir, dan setelah lahir
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GDS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) TIPE II DI PUSKESMAS MAYONG II JEPARA TAHUN 2015
Kongres Federasi Diabetes Internasional di Paris tahun 2003, diabetes mellitus menduduki peringkat keempat setelah penyakit jantung, pembuluh darah, dan penyakit kanker. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes mellitus tahun 2005 mencapai 200 juta orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kadar GDS pada pasien DM Tipe II di Puskesmas Mayong II Jepara. Penelitian ini merupakan Studi Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dengan uji Kendall tau. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe II di wilayah kerja puskesmas Mayong II Jepara yang berjumlah sebanyak 139 orang pasien DM tipe II, didapatkan sampel 34 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai p value < 0,05. Dimana nilai p value (p=0,002 dan p=0,000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kadar GDS pada pasien DM tipe II di Puskesmas Mayong II Jepara. Adapun hubungan tersebut adalah sedang dan kuat. Ada hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kadar GDS pada pasien DM tipe II di Puskesmas Mayong II Jepar
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN TINGKAT RETARDASI MENTAL ANAK DI SDLB PURWOSARI KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007
Latar Belakang kecerdasan menyesuaikan: Retardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi diri umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya kemampuan untuk (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.( Maramis,2004)Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal 18 Februari 2007 pada 4 ibu dari siswa penderita retardasi mental di SD Luar Biasa Purwosari Kecamatam Kota Kabupaten Kudus berdasarkan tingkat kecemasan di dapatkan hasil 3 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang berat dan 1 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang sedang.Tujuan : Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.Metode : Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan metode pendekatan Cross Sectional sedangkan analisa datanya menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan sistem SPSS 12.Hasil : Berdasarkan hasil observasi yang menggunakan uji Chi Squaredi dapatkan hasil signifikan P = 0,001 atau P = < 0,05 .Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak.Kesimpulan : Adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental ana