7 research outputs found

    The Dynamics of Species Composition Stand Structure and Above Ground Biomass of Undisturbed Forest in East Kalimantan

    Full text link
    Dinamika Komposisi Spesies Struktur Pohon dan Biomasa di Hutan Terganggu di Kalimantan Timur. Kajian dinamika komposisi spesies dan biomasanya dilakukan selama 4,3 tahun (Desember 2004 - April 2009) di hutan terganggu Kalimantan Timur. Untuk melakukan kajian di gunakan 6 plot permanen (100x100 m2), yang berada di hutan penelitian Samboja. Semua pohon berdiameter > 10 cm dbh (diukur pada posisi 1,3 m diatas tanah). Pada Desember 2004,tercatat 2143 pohon tersebar di plot tersebut terdiri dari 39 famili, 82 genus dan 111 spesies. Pada pengamatan April 2009 tercatat 2466 pohon terdiri dari 40 famili, 86 genus dan 123 jenis.Sebagian besar spesies yang mendominasi adalah Garcinia nervosa dan Trigonostemon laevigatus tetapi setelah pengamatan pada tahun 2009, keduanya tidak lagi mendominasi. Selama kurun 4,3 tahun terjadi penambahan kepadatan 15,1%, basal area 12,9% dan biomasa 11,6%. Penambahan kepadatan tercatat meningkat dari 357 menjadi 411 pohon/ha. Basal area meningkat mulai dari 20,09 menjadi 22,67 m2 ha-1, sedangkan biomasa meningkat dari 286,3 menjadi 319,4 ton ha-1

    Changes in the Species Composition, Stand Structure and Aboveground Biomass of a Lowland Dipterocarp Forest in Samboja, East Kalimantan

    Full text link
    The dynamics of species composition, stand structure and aboveground biomass were studied over a 4.3-yr period (December 2004 – April 2009) in a lowland dipterocarp forest of Samboja, East Kalimantan. This study was conducted in six permanent sample plots (100 m x 100 m each) distributed over an area of 26.5 ha of Samboja Research Forest. All woody plants = 10 cm dbh (diameter at 1.3 m aboveground) were identified. In December 2004, 2.143 trees were measured in the six plots, consisting of 39 families, 82 genera and 111 species. The condition in April 2009 (after 4.3 yr) was: 2,466 trees, 40 families, 86 genera and 123 species. Most species were found in both occasions. Fourteen new species were registered, which contributed to 9.8% of a net addition of the total number of species found in the six plots. Over the 4.3-yr period, there was also an increase of 15.1% in density, 12.9% in basal area, and 11.6% in aboveground biomass, respectively. The density increased from 357 to 411 trees per ha; the basal area increased from 20.09 to 22.67 m2 ha-1; and the aboveground biomass increased from 286.3 to 319.4 ton ha. The family Dipterocarpaceae was the richest in species (more than 20 species found in both occasions), followed by Euphorbiaceae, Burseraceae, Fabaceae, and Anacardiaceae (more than five species). Most genera (80%) contained just one species, but Shorea with 13 species was the richest. Four families (Dipterocarpaceae, Fabaceae, Myrtaceae and Lauraceae) contained more than 80% of the aboveground biomass in both occasions (75% of them from Dipterocarpaceae family). The increases in species richness and density did not cause any significant differences in the diversity index and diameter distribution. This condition suggested that forest vegetation of the study site maintains its diversity composition and structural features over the period of study

    Model Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Pohon Lima Jenis Dipterocarpaceae di Hutan Penelitian Carita - Banten

    Full text link
    Model pertumbuhan lima jenis Dipterocarpaceae dibuat dengan menggunakan model Alder (1980) yaitu Ln Y = a+b (1/A)k dan model-model lain yang tersedia dalam perangkat lunak Curve Expertversi 1.37 yaitu model Hoerl (Y = abXXc), Quadratic Fit (Y = a + bX + cX2 ), Gompertz ( Y = ae –eb-cx). Logistic (Y = a/(1+be-cX) , dan Exponential Association ( Y = a (1 – ebX), dan lain-lain; dimana, Y adalah peubah pertumbuhan diameter (cm) atau tinggi pohon (m); X adalah umur pohon (tahun); e adalah bilangan alam sebesar 2.718; a,b,c,d adalah koefisien regresi. Berdasarkan kriteria simpangan rata-rata relatif (SRR < 10%) dan simpangan agregatif relatif (SAR < 1%), dihasilkan model pertumbuhan diameter pohon dan tinggi pohon untuk masing-masing jenis yang diteliti

    Penentuan Ukuran Optimal Petak Ukur Permanen Untuk Hutan Tanaman Jati

    Full text link
    Petak Ukur Permanen (PUP) merupakan sarana untuk pemantauan dan pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran optimal PUP hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) sebagai ukuran PUP terkecil yang dapat mewakili keragaman semua parameter tegakan. Sebagai obyek penelitian adalah tegakan jati tua berumur ± 110 tahun. Dasar pertimbangannya adalah ukuran PUP yang cocok untuk tegakan tua pasti bisa menampung keragaman struktur tegakan muda, tetapi belum tentu sebaliknya. Pengumpulan data tegakan dilakukan pada tiga bidang areal sampel berukuran 120 m x 120 m di areal kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kendal, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran PUP optimal hutan tanaman jati untuk pemantauan dinamika jumlah pohon dari waktu ke waktu adalah 90 m x 90 m. Petak inti ukuran 60 m x 60 m yang berada di tengahnya adalah optimal untuk pemantauan riap diameter dan tinggi tegakan. Ukuran PUP optimal tersebut dapat diterapkan pada berbagai kelas umur pada hutan tanaman jati
    corecore