272 research outputs found

    Ketersediaan Produk Samping Tanaman Dan Industri Pertanian Sebagai Pakan Ternak Mendukung Peningkatan Produksi Daging Nasional

    Get PDF
    Salah satu pilar utama untuk meningkatkan produksi daging sapi adalah ketersediaan pakan. Di Indonesia bahan ketersediaan pakan masih menghadapi masalah, di antaranya karena penyempitan padang penggembalaan, persaingan bahan baku pakan untuk kebutuhan lain, industri, dan sistem distribusi pakan masih terbatas. Keterbatasan sumber pakan konvensional dapat diatasi dengan menggunakan pakan berbasis produk samping tanaman dan industri pertanian yang berasal dari tanaman padi, kelapa sawit, dan tebu. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melakukan review perkiraan potensi kapasitas tampung ternak dan mengidentifikasi potensi wilayah pengembangan baru USAha sapi potong berbasis produk samping tanaman dan industri pertanian. Berdasarkan data sekunder review hasi-hasil penelitian sebelumnya dilakukan perhitungan potensi ketersediaan pakan dengan menggunakan matematika sederhana. Hasil penelitian memperkirakan kuantitas bahan pakan yaitu dari produk samping tanaman dan industri pertanian padi, sawit, dan tebu mencapai 121,69 juta ton bahan kering atau mampu menampung 77,42 juta ST. Berdasarkan lokasi ketersediaan bahan baku pakan tersebut, maka daerah potensial untuk pengembangan sapi potong dengan sumber pakan utama produk samping tanaman dan industri pengolahan kelapa sawit, yaitu beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan, beberapa provinsi di Sulawesi, Papua, dan Papua Barat. Daerah-daerah di Jawa yang merupakan sentra sapi dapat memanfaatkan produk samping tanaman dan industri pengolahan tebu serta jerami padi. Bali dan NTT merupakan daerah defisit pakan. Untuk mendorong pertumbuhan sapi potong pada daerah sentra produksi baru, maka yang perlu dilakukan adalah (a) menguatkan riset terkait teknologi pengolahan produk samping tanaman dan industri dan formulasi pakan bermutu dengan harga murah, (b) mendatangkan teknologi pembuatan pakan komplit ke sentra-sentra potensi produk samping, dan (c) mengembangkan industri pakan komplit murah untuk diperdagangka

    Pola Pemasaran dan Ketersediaan Pupuk Pasca Kebijakan Pengendalian Distribusi Pupuk Urea Maret 2001

    Full text link
    Free trade policy which is hope could avoid scarcity of fertilizer, at the end wascausing the condition of fertilizer scarcity. This condition push the government to replied thepolicy of urea control distribution. This research has an objective to evaluate the impact ofthese policy to marketing efficiency and fertilizer supply. Data and information was gatheredby using Rapid Rural Appraisal Method in some level of respondent in Kabupaten Subangand Garut on February 2001. The data was analysed by using description method with crosstabulation. The result of these analysis showed that the impact of urea control distributiongovernment supply with small variants of price. In the other way, for producer and tradersthis policy was give disincentive to them, but on the other hand their marketing systems quiteefficient. We still found some weakness factor which is caused the minimum function ofdealers/distributors, this all caused by unfairness between them. The indicate analysisshowed that comparable fertilizer use was not applied yet. To create sustainability infertilizer distribution, the unfairness should be eliminate. To control the price of fertilizercould be done as follows: (1) to push raw material price. In this case natural gases; (2) Todelete the obligation of Pusri in using storage in the Pusri fertilizer port; (3) to suggest valueadded tax 10 percent in fertilizer selling process, by this scenario we assumed that it willhelp them to use comparable fertilizer so the extension to farmer will keep continue

    Dampak Kebijakan Tataniaga Pupuk terhadap Peran Koperasi Unit Desa sebagai Distributor Pupuk

    Full text link
    Fertilizers marketing policy that have been decided by the government on December 1998 isaimed at creating opportunity for suppliers or importers to supply and distribute fertilizers forthe farmers. The problem is that the Cooperation of Village Unit Cooperation (KUDs) asdistributors at Lini-IV will compete with supplier or importer who has more capital and goodmanagement. The aim of this paper is to asses the impact of zero subsidies and free marketpolicy of fertilizers distribution system and the performance of Cooperation of Village UnitCooperation (KUDs). This research has been carried out by the Center for Agro-socioEconomic Research (CASER), by taking Karawang and Subang (West Java) as cases. Theprimary data were collected from PT. Pusri, SP. Bimas of Department of Agriculture,Fertilizer Retailers and Cooperation of Village Unit Cooperation (KUDs). The secondarydata were collected from PT. Pusri. The finding of this research shows that, after theimplementation of the policy, fertilizer distribution system becomes shorter (simpler) andfertilizers are distributed through many channels, so that farmers can buy fertilizers easily andat relatively low prices. Because of capital constraint, KUDs can not compete with nonCooperation of Village Unit Cooperation (non-KUDs) distributors. Consequently, the sale ofKUDs fertilizers had decreased, and this condition will disturb the survival of Cooperation ofVillage Unit Cooperation (KUDs) as a distributors. In the long run, government must beaware of the possibility that non Cooperation of Village Unit Cooperation (non-KUDs)distributors form a cartel and have strong power in fertilizer marketing. To stabilize thecontribution of Cooperation of Village Unit Cooperation (KUDs) as public institution infertilizer distribution activity, government needs to empower Cooperation of Village UnitCooperation (KUDs) through increasing working capital and coordinating fertilizerdistribution mechanism through Center of Village Unit Cooperation (PUSKUDs)

    Profil Teknologi Pada Usaha Tani Padi Dan Implikasinya Terhadap Peran Pemerintah

    Full text link
    Berbagai upaya terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beras nasional, diantaranya mengoptimalkan adopsi teknologi yang telah dikembangkan. Namun hal utama yang perlu diingatkan bahwa peningkatan produktivitas padi terkait erat dengan penggunaan benih didukung dengan kecukupan air irigasi dan penggunaan pupuk. Permasalahannya adalah bagaimana ketersediaan ketiga komponen tersebut dengan kondisi dana pemerintah yang terbatas. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perilaku petani dalam mengadopsi teknologi USAhatani padi pada kondisi pasar input dan output yang fluktuatif dan dukungan pemerintah yang semakin terbatas. Dari tulisan ini diharapkan upaya-upaya prioritas apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mencapai peningkatan produktivitas padi dan produksi beras nasional. Berdasarkan hasil analisis maka prioritas kebijakan utama adalah penyediaan air melalui pembangunan dan perbaikan sistem irigasi yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Disamping itu, keberadaan sistem penyuluhan sebagai sistem pendukung peningkatan produksi padi perlu ditingkatkan pemberdayaannya

    Kelangkaan Produksi Daging: Indikasi Dan Implikasi Kebijakannya

    Full text link
    Tipikal harga daging sapi selalu naik dan tidak pernah turun kembali ke posisi awal. Perilaku ini disebabkan peternak tidak mampu merespon Perubahan harga yang terjadi karena siklus produksi yang lama, teknologi budidaya rendah dan USAha yang sambilan. Perlu ada pengendalian agar kenaikan harga daging sapi tidak melonjak tajam sehingga tidak mempercepat pengurasan populasi yang menyebabkan makin langkanya sumber daya sapi lokal. Berdasarkan itu, tujuan kajian ini adalah menganalisis kinerja produksi dan harga daging sapi dan ayam sebagai bahan rekomendasi kebijakan antisipatif sehubungan dengan peningkatan produksi ternak. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada indikasi populasi sapi potong semakin langka. Untuk mengantisipasinya diperlukan: (1) pembinaan pengembangan ternak lokal, (2) melakukan impor sapi bibit, sapi bakalan, dan daging sapi secara terencana, terkendali dan terjadwal

    Analisis Sosial Ekonomi Dan Strategi Pencapaian Swasembada Daging 2010

    Full text link

    Implementasi Metode Simple Queue dan Queue Tree untuk Optimasi Manajemen Bandwith Jaringan Komputer di Politeknik Aceh Selatan

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan dari metode Simple Queue dan Queue tree yang dimplementasikan pada penerapan dijaringan komputer politeknik Aceh selatan. Dimana Simple Queue adalah pelimitan sederhana berdasarkan data rate, dan juga merupakan cara termudah untuk melakukan manajemen bandwith yang diterapkan pada jaringan skala kecil sampai menengah untuk mengatur pemakaian bandwith upload dan download tiap user. Sedangkan Queue tree digunakan untuk mengatur pelimitan berdasarkan protokol, port, IP Address, dan jugauntuk mengatur setingan fitur mangle. Fungsi nya adalah untuk melimit bandwith pada mikrotik yang mempunyai koneksi internet. Sehingga tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk membantu politeknik Aceh selatan dalam memberikan solusi dan memaksimalkan penggunaan resource bandwith yang dimiliki dalam mengelola jaringan internet, agar masing-masing user (mahasiswa/dosen/ karyawan) dapat menggunakan jaringan internet dengan lancar
    • …
    corecore