20 research outputs found

    KEPADATAN STOK DAN BIOMASSA SUMBERDAYA UDANG WINDU (Penaeus semisulcatus) DAN DOGOL (Metapenaeus endeavouri) DI SUB AREA ARU, LAUT ARAFURA

    Get PDF
    Perikanan udang di Laut Arafura telah mengalami pemanfaatan berlebih sejak awal tahun 2000an. Penelitian ini bertujuan untuk menduga laju tangkap, kepadatan stok dan biomassa udang windu (Penaeus semisulcatus) dan dogol (Metapenaeus endeavouri) di Laut Arafura. Metode luas sapuan digunakan untuk menduga kepadatan stok dan biomassa udang. Hasil observasi dengan mengikuti operasi penangkapan oleh kapal komersial didapatkan distribusi udang P. semisulcatus dan M. endeavouri terutama terdapat di perairan Aru (Sub Area VI) dengan dominasi 70% dari seluruh udang hasil tangkapan. Laju tangkap udang P. semisulcatus  adalah 13,8 kg/haul atau 5,9 kg/jam dengan kepadatan stok 110,9 kg/km2 dan biomassa di perairan Aru sebesar 4.845 ton. Laju tangkap M. endeavouri adalah 14,1 kg/haul atau 6,1 kg/jam dengan kepadatan stok 114,5 kg/km2dan biomassa sebesar 4.995 ton. Total biomassa udang P. semisulcatus dan M.endeavouri adalah 9.840 ton. Shrimp fishery in the Arafura sea has been over exploited since the early decade of 2000.The objective of this research is to assess catch rate, stock density, and biomass of green tiger prawn (Penaeus semisulcatus) and tail prawn (Metapenaeus endeavouri) in the Arafura Sea. Swept area method was used to assess stock density and biomass of prawn resoures in the Arafura sea. The results showed that distribution of P. semisulcatus  and M. endeavouri in  Aru waters dominated by 70% of the whole prawn catch. Catch rate of P. semisulcatus was 13,8 kg/haul or 5,9 kg/hours, and stock density 110,9 kg/km2 and biomass estimate was 4.845 tons. Catch rate estimation of M. endeavouri was 14,1 kg/haul or 6,1 kg/hours, and stock density 114,5 kg/km2 and biomass estimate was 4.995 ton. Total biomass P. semisulcatus and M. endeavouri were 9.840 ton

    Analisis Teknis Mini Line Hauler yang Diuji-Coba pada Kapal Pancing Ulur Tuna Berbasis di Wilayah Penangkapan Ikan Prigi

    Get PDF
    Penangkapan sumberdaya ikan tuna di perairan Selatan Jawa dengan menggunakan pancing ulur perairan dalam (deep hand line/dHL) dilakukan secara manual sehingga beresiko terhadap keselamatan kerja dan kualitas hasil tangkapan. Artikel ini memaparkan hasil riset ujicoba mesin penarik tali pancing (mini line hauler) di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Analisis teknis dilakukan untuk mendapatkan mini line haler yang cocok digunakan pada dHL dengan target tuna berbobot 100 kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara teknis mini line hauler yang cocok untuk perikanan dHL tuna yang berbasis di PPN Prigi adalah yang menggunakan sistem hidraulik dengan motor dan pompa hidraulik berkapasitas 1,62 HP dan 2,15 HP serta  membutuhkan catu daya dari motor bakar atau motor listrik berkekuatan 4,23 HP

    MODEL PRODUKSI JARING ARAD DI PANTAI UTARA JAWA YANG BERBASIS DI PEKALONGAN

    Get PDF
    Arad merupakan alat tangkap aktif yang pengoperasiannya ditarik untuk menyapu dasar perairan.  Hasil tangkapan arad akan berbeda-beda karena dipengaruhi  oleh variabel  produksi  yang  berbeda  dan  dalam  jumlah  yang  berbeda pula. Variabel produksi yang dianggap mempengaruhi hasil tangkapan arad antara lain kekuatan mesin (PK), ukuran kapal (GT), panjang tali ris atas (head rope), panjang warp dan lama penarikan jaring (lama operasi penangkapan). Tulisan ini  bertujuan  untuk  mengetahui  variabel yang  berpengaruh dominan  terhadap  hasil  tangkapan  arad. Analisis yang digunakan adalah model produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan mesin penggerak kapal (x2), panjang headrope (x3) dan lamanya penarikan jaring (x5) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan jaring arad mengikuti model (r2=0,71). Variabel yang paling berpengaruh dari ketiga variabel tersebut adalah kekuatan mesin (PK). Mini trawl is an active fishing gear. This gear was operated to sweep the bottom waters. The different of production factors will lead to a different number of catch. The production factors that my influence the mini trawl catch are the power of the engine (PK), size of the vessel (GT), length of head rope, length of warp and towing time.  This paper is aimed to determine the dominant variabels are influence on the mini trawl catch. The Cobb-Douglas production model was used in this paper. Results of analysis showed that the power of engine (x2), length of headrope (x3) and towing time (x5) were significantly affected on the catch, with formula (r2 = 0.71). The power of the engine (PK) was the dominant variabel

    HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PADA PUKAT UDANG DAN ALTERNATIF PEMANFAATANNYA DI LAUT ARAFURA

    Get PDF
    Usaha penangkapan udang di Laut Arafura selain komoditas udang yang menjadi target penangkapannya juga banyak tertangkap berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya sebagai hasil tangkap sampingan (HTS, by-catch). Pada saat ini proporsi jenis ikan yang berukuran kecil dan hasiltangkapan kepiting yang tidak dapat dimakan cenderung meningkat, diikuti oleh menurunnya proporsi ikan berukuran relatif besar (ikan demersal ekonomis penting). Berdasarkan nilai rata-rata rasio HTSterhadap udang, diperoleh rasio rata-rata di Laut Arafura sebesar 12:1. Permasalahan HTS masih menjadi isu utama dalam pengelolaan perikanan pukat udang di Laut Arafura, karena pada umumnya HTS tersebut dibuang kembali ke laut dan hanya sebagian kecil dari ikan-ikan ekonomis yang dimanfaatkan oleh ABK. Kondisi tersebut sangat ironis, sebab HTS tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau sebagai pakan ternak yang mempunyai gizi tinggi. Oleh karena itu, perlumenjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan pengelolaan untuk pemanfaatan HTS yang melimpah dan belum dimanfaatkan optimal. Tulisan ini membahas secara ringkas tentang densitas dan komposisi jenis ikan, daerah penyebaran, rasio HTS terhadap udang serta beberapa saran upaya pemanfaatan HTS untuk kepentingan industri perikanan.Commercially shrimp fishery in the Arafura Sea exploits a large amount of by-catch fishing composed mostly of demersal fish. In recent years, the small size of finfish and non edible crabs are found in large quantities in certain areas, meanwhile large finfish are rarely caught. Based on average value by sub areas of bycatch to shrimps, the average of ratio fish to shrimp in the Arafura Sea was 12 : 1. By-catch is remained the main issues of shrimp fishery management in the Arafura Sea. This is because of the by-catch was mostly discarded to the sea and only small portion of that by-catch was utilized by vessel’s crew. This phenomenon was ironic due to the by-catch was potentially suitable for human food consumption or processed to be animal feed. Management policies for improving the utilization of by-catch are still needed. Resource abundance and catch composition, ratio of shrimp and fish, and some recommendations for management option as a possible solution to the problem of utilization of shrimp by-catch in the Arafura Sea for fishing industry were discussed in this pape

    LAJU TANGKAP, KEPADATAN STOK DAN BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN DOLAK, LAUT ARAFURA

    Get PDF
    Udang jerbung (Penaeus merguiensis) merupakan salah satu komuditas ekspor dari Indonesia dan menjadi target penangkapan kapal pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa laju tangkap, kepadatan stok dan beberapa aspek biologi udang jerbung yang berada di Laut Arafura khususnya di perairan Dolak. Dari 229 kali towing jumlah hasil tangkapan udang jerbung adalah 6.705 kg. Rata-rata laju tangkap udang jerbung adalah 32,2 kg/haul atau 13,4 kg/jam. Dengan menggunakan metode luas sapuan trawl diduga kepadatan udang jerbung adalah 0,19 kg tiap km2. Panjang karapas dari 630 ekor udang jerbung berkisar antara 17-53 mm dengan nilai rata-rata 29,97 mm dan bobot rata-rata 26,13 kg. Hubungan bobot dan panjang karapas udang dapat dinyatakan dalam persamaan W = 0,006L2,448, r= 0,95 dengan nilai b = 2,448. Distribusi kelamin didominasi oleh udang betina dengan perbandingan antara jantan dan betina adalah 1,00:2,08. Lima puluh persen dari udang jerbung yang pertama kali tertangkap (Lc) berukuran 27,8 mm, sedangkan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) adalah 38,7 mm. Hal ini mengidikasikan udang berukuran kecil mendominasi hasil tangkapan, dimana terbukti bahwa dari total 426 sampel udang betina 75,4 % dalam kondisi tidak matang gonad. Jika penangkapan terus berlanjut tanpa kontrol maka akan terjadi penurunan populasi sumberdaya udang, sehingga perlu pengelolaan yang berkelanjutan dengan menerapkan penutupan musim dan daerah pemijahan sumberdaya udang jerbung.Banana prawn (P. merguiensis) is one of the important Indonesian export commodities and the target of shirmp trawl catching in Arafura Seas. The objectives of this research were: 1). To analyze catch rate 2). estimate the stock density and3).  to study some biological aspect of Penaeus merguiensis in Arafura Seas. From a total of 229 trawl towing, amount of 6.705 kg of banana prawn was caught with an average of catch rate of 32,2 kg/houl or 13.43 kg / hr. By using swept area methods, the density of banana prawn was abouth 0.19 kg/km2. Average carapace length of 630 banana prawn tails was 29.97 mm and the average weight was 26,13 kg with a length range between 17 mm to 53 mm.. Size was first caught (Lc) on the size of 29.85 mm. Carapace length-weight relationship was  equation W = 0,006L2,448,r2 = 0,95 with b = 2,448. Distribution is dominated by female shrimp. Sex ratio between males and females is 1.0: 2.08. The size of 50% banana prawn at first caught (Lc) was 27,8 mm, while the siae of the first mature gonads (Lm) was 38,7 mm. It is indicating that the small prawn dominated the catch, which the proved also by out of total 426 samples of female prawn, 75,4% were having immature gonads. The resources will be decreased if the fishing activities continue without control, so required sustainable management by applying the close season and close area where prawn are spawning

    PENINGKATAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN: STUDI KASUS PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG

    Get PDF
    Pengukuran waktu penyerahan ikan dan tingkat aktifitas dermaga, sebagai bagian dari usaha peningkatan kinerja di PPN Brondong, dilakukan dengan menggunakan simulasi antrian. Simulasi dilakukan dengan memanfaatkan data kedatangan dan hasil tangkapan kapal, data enumerator dan sampling di PPN Brondong periode Agustus-Desember 2012-Januari-Juli 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kinerja dapat dilakukan melalui kesepakatan semua pihak yang berkepentingan untuk mengubah jam pelayanan armada dogol mingguan dan rawai dasar dari jam 05:00 menjadi jam 02:30 serta memindahkan kegiatan sortasi ikan dari dermaga ke Pusat Pendaratan dan Distribusi Ikan (PPDI). Langkah tersebut dapat menurunkan tingkat aktifitas dermaga pada musim ikan menjadi lebih ideal, 76-79%; menambah 29 unit kapal setara dogol mingguan per hari untuk sandar serta meningkatkan efektifitas tenaga kerja sortasi dan akan mempersingkat waktu penyerahan ikan sebesar 52%.The measurements of fish delivery time and berth occupancy ratio, as part of the efforts to improve the performance of Brondong Achipelagic Fishing Port, were done using quenching simulation. The data on number vessel arrival and their catches of August to December 2012-January-July 2013 and enumerator’s data as well as sampling data were used in the simulations. Results showed that the port performance improvement can be done through agreement of all parties concerned to change the start of port service for weekly Danish seiners and bottom long liner from 05:00 am to 02:30 am and to move on sorting activity from the pier to the fish landing and distribution centre (PPDI). Such actions would reduce the level of berth activity, during fishing season, to more ideal value of 76-79%; augment additional 29 units of weekly Danish seines per day to berth and increase the effectiveness of labor sorting. Finally, these measures would shorten fish delivery time by 52%

    SEBARAN SPASIO-TEMPORAL UKURAN DAN DENSITAS UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man, 1907) DI SUB AREADOLAK, LAUT ARAFURA (WPP-NRI 718)

    Get PDF
    Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2014 telah menerbitkan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Laut Aru, Laut Arafura dan Laut Timor Bagian Tmur (WPP-NRI-718). Untuk menyempurnakan RPP tersebut yang berkaitan dengan pengelolaan udang, diperlukan suatu kajian ilmiah tentang aspek biologi dan perikanan udang. Salah satu daerah penangkapan potensial udang jerbung di WPP 718 adalah area perairan Dolak dan sekitarnya. Sebaran spasial densitas dan ukuran udang jerbung (Penaeus merguiensis) di sub area Dolak dianalisis dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari log book harian kapal Pukat Udang yang berbasis di Merauke pada periode 2007-2011.  Analisis stok udang menggunakan metode luas sapuan (swept area method) berdasarkan nilai laju tangkap dan sebaran spasio-temporal disajikan dalam bentuk peta penyebaran geografis daerah penangkapannya. Hasil penelitian menunjukkan secara umum udang jerbung yang tertangkap di perairan Dolak rata-rata berukuran kecil yaitu dibawah nilai panjang pertama kali matang gonada (Lm = 38,7 mmCL) atau kategori ukuran antara 15-40 ekor/2 kg (dengan kepala) dan > 40 ekor/2kg (tanpa kepala). Udang berukuran kecil produksinya cenderung menurun pada Juni sampai dengan September, sebaliknya udang berukuran besar (kategori ukuran antara 6-15 ekor/2 kg dengan kepala) meningkat. Kelimpahan udang berukuran kecil lebih banyak terdapat di perairan dangkal (<20m) terutama pada September-April dengan kisaran densitas antara 50-320 kg/km2. Udang jerbung berukuran besar lebih banyak tertangkap di perairan tengah (>20m) terutama pada Mei–Agustus dengan kisaran densitas antara 50 – 150 kg/km2. Fisheries Management Plan (FMP) for FMA- 718 including Aru Sea, Arafuru Sea and eastern part of Timor Sea was published by Ministry of Marine Affairs and Fisheries. To enhance FMP, in relation to prawn resource management, it needs a study on biological and fisheries aspects of prawn. Dolak area is predicted as important fishing ground for prawn fisheries at FMA-718. The analysis of spatio-temporal distribution of density and size of banana prawn (Penaeus merguiensis) in sub area of Dolak was done based on data collected from daily log book of trawl vessels based at Merauke, during 2007-2011. Swept area method was used for calculating stock density based on catch rates, and spasio-temporal distribution, showed through geographical distribution of fishing ground. The results show that banana prawn caught in Dolak sub areas were usually small sizes as lower than length at first maturity size (Lm = 38.7mmCL) or size category of 15-40 individuals per 2 kg (head on) and more than 40 individuals per 2 kg (headless). The catch of small size tends to increased during June to September. On the contrary, the big sizes (size category of 6-15 individuals per 2 kg head-on) tend to increased.. The most abundance of small prawn is usually obtained in shallow water (<20 m water depth) caught mainly during September to April with density ranged of 50-320 kg/km2.Tthe bigger size of prawn tend to be caught in the middle  area  (>20 m) mainly on May to August with density ranged of  50 to 150 kg/km2

    PERIKANAN PANCING ULUR DI PALABUHANRATU: KINERJA TEKNIS ALAT TANGKAP

    Get PDF
    Pemanfaatan sumberdaya ikan tuna di Palabuhanratu dilakukan oleh perikanan industri dan perikanan rakyat (artisanal). Salah satu alat tangkap yang digunakan pada perikanan artisanal adalah pancing ulur yang mengoperasikan empat alat tangkap dalam satu armada penangkapan. Penelitian ini bertujuan  menganalisis kinerja keempat alat tangkap yang dioperasikan pada perikanan pancing ulur dengan menggunakan metode determinasi (scoring) terhadap kriteria dari aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial. Pancing yang dioperasikan adalah pancing ulur (handlines), pancing tonda (trolllines), pancing layang-layang (kite lines) dan pancing pelampung (float/drift lines). Hasil penelitian menunjukkan nilai deteminasi tertinggi dari semua aspek yang diukur adalah pancing pelampung (V = 2,49) dan pancing ulur (V=2,45). Setiap alat tangkap memiliki nilai determinasi tertinggi dari setiap aspek. Pancing ulur memiliki keunggulan dari aspek teknik operasi dengan score = 2,01, pancing tonda memiliki keunggulan dari aspek sosial dengan score = 1,67, pancing layang-layang memiliki keunggulan dari aspek biologi dengan score = 1,28, dan pancing pelampung memiliki keunggulan dari aspek ekonomi dengan score =2,5. Terdapat ketergantungan dari setiap alat tangkap terhadap alat tangkap lain yang dioperasikan, sehingga kombinasi keempat alat tangkap tersebut dapat lebih efektif digunakan untuk menangkap tuna di sekitar rumpon dan dapat diterapkan di daerah lain di Indonesia. Tuna resources in Palabuhanratu are utilized both by industrial and artisanal fisheries. One of the fishing gears that are used in tuna-artisanal fisheries is line fishing that operates four different fishing lines in one fishing fleet. This study aims to analyze the performance of four lines fishing using determination methods (scoring) against the criteria of of bio-technic, economic and social aspect. Line fishing in Palabuhanratu operates handlines, trolllines, kite lines and float/drift lines.The results showed the highest determinant value of all aspects measured were float/drift lines (V=2.49) and handlines (V=2.45).Each gear has the highest value of any aspect of determination. Handlines has the highest score (2.01) for  technical aspects than other gear, troll lines for social aspects with score = 1.67, kite lines for biological aspects with score = 1.28, and float/drift lines for the economic aspectswith score = 2.5. There is a dependence of each gear-operated, so the combination of four type of gears can be more effectively used to catch tuna around FADs and can be applied in another areas in Indonesia

    HUBUNGAN VARIABILITAS PARAMETER KEAMANAN DAN KENYAMANAN KERJA ABK DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PADA PUKAT CINCIN YANG BEROPERASI DI SELAT BALI

    Get PDF
    Studi untuk melihat variabilitas tingkat keamanan dan kenyamanan awak kapal pukat cincin dalam usaha untuk mendapatkan tangkapan lemuru di Selat Bali dilakukan dengan mengkaji hubungan variabilitas indek operabilitas anak buah kapal terhadap hasil tangkapan ikan telah dilakukan. Studi menggunakan parameter motion sickness incidence (MSI) dengan kriteria ISO 2631-1, data gelombang rata-rata bulanan Selat Bali Tahun 2008-2009, Indek Musim Ikan, hasil tangkapan lemuru dan jumlah kapal berlabuh di Pelabuhan Muncar Tahun 2008-2009. Hasil menunjukan bahwa nelayan bekerja dalam kondisi keamanan dan kenyamanan kerja sesuai dengan kriteria ISO 2631-1 dan keamanan kerja penarik jaring diindikasikan menjadi pertimbangan utama didalam memutuskan kapal berangkat melaut

    DAMPAK KINERJA BURUH TERHADAP WAKTU TUNGGU DAN TINGKAT PEMANFAATAN DERMAGA SANDAR DI PPP TEGALSARI

    Get PDF
     Jumlah kapal yang melakukan kunjungan di PPP Tegalsari meningkat dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 2014 mencapai 4.237 unit kedatangan kapal yang membawa total hasil tangkapan 48 ribu ton. Salah satu masalah yang banyak dikeluhkan nelayan adalah lamanya waktu tunggu dan bongkar, hingga harus bermalam. Berdasarkan rencana induk PPP Tegalsari, diharapkan pada tahun 2020 memiliki panjang dermaga bongkar sepanjang 1.323 meter disamping prasarana lain yang mendukung. Penelitian yang dilaksanakan tahun 2014 ini bertujuan untuk mencari alternatif solusi di samping pengembangan dermaga sesuai rencana induk tersebut. Alternatif solusi tersebut didapatkan dengan melakukan reka ulang proses produksi PPP Tegalsari Tahun 2014 dengan bantuan perangkat lunak Arena versi 5 “Student Version”. Hasil studi menunjukan tingkat pemakaian dermaga skenario rencana induk tidak ekonomis karena hanya 10,7%. Dikawatirkan kinerja dermaga tersebut akan semakin merosot dengan diberlakukannyanya Permen KP No.2 Tahun 2016 tentang pelarangan penggunaan pukat hela (trawl) dan pukat tarik (seine nets). Studi memberikan alternatif solusi yang lebih bersifat sosial ekonomi dengan meningkatkan jumlah tenaga buruh bongkar dan pemecah es menjadi 200% dari semula dengan tetap menggunakan dermaga bongkar yang ada saat ini. Dampak dari solusi tersebut waktu kerja buruh menjadi lebih sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, serta dwelling time rata-rata menurun dari 75,3 menjadi 59,3 jam/kapal atau penurunan 21%. Titlle: Impact of Labour Utility to Dwelling Time and Berth OccupancyRatio in The Tegalsari Fishing Port The number of vessels visiting coastal fishing port (PPP) of Tegalsari has been increased from year to year. In 2014, there were 4,232 vessels arrived and loaded 48 million tons of catches on the port. Length of dwelling time became the major problem causing nights delay. According to the master plan of PPP Tegalsari, it is planned that they will have a 1,323 meter of loading dock and other supporting facilities by 2020. This research was conducted in 2014 and it aims to find alternative solutions more than development of the dock which is already stated in the master plan. The alternative solution was obtained by simulating the production process of PPP Tegalsari based on 2014 fishing vessel arrival using the software of student version of Arena 5. The result showed that the dock occupancy ratio of the master plan is not economical because it is only 10.7%. It could be worsen with the enactment of the Marine and Fisheries Ministerial Regulation No.2/2016 on the prohibition of trawls and seine nets fishing. This study provides a more socio-economic alternative solution by increasing the number of unloading and ice-crushing workers to 200% from the 2014 condition using the existing berth. The solution gives a positive impact on worker’s working time which is conformed with Labour Law No. 13/2003. In addition, average of dwelling time decreased from 75.3 to 59.3 hour/vessel or 21% decreas.
    corecore