17 research outputs found
Reinventing place-identity and embracing new economic opportunities: promoting creative economy of Sanur through public participation
Every place on the planet has unique characters that make it distinguishable from other sites. Place-identity is the term widely accepted to explain this phenomenon. It is argued that the place-identity could not only strengthen the sense of belonging of the locals to a place and improve social cohesion but, in the age of global tourism, it could also increase the attractiveness of the place to visitors. Therefore, it contains economic values if managed in a proper way. But places are transforming. The dynamics of contemporary activities where tradition is seen as outdated, new government system, new economic activities, and new actors and their roles challenge the stability of place-identity. Unfortunately, the transformation of a place may benefit some actors but may trouble other groups. Some places, however, maintain their place-identity for the social and economic values it holds. Collaboration among different actors in managing the transformation of such place could maintain the place-identity of a place which ensures its attractiveness to visitors, sustains its economic values amidst rapid changes. The collaboration confirms no one is left behind. The case study research conducted in Sanur showed that the sustained place-identity could economically benefit all actors
The Importance of Awareness of Heritage Building's Seismic Behaviors : Specific on Pagoda-Type Structure
The importance of building cultural heritage. A place where historical stories, cultural values, places of worship, symbols of struggle and even now are transformed into tourist attractions and educational facilities. Keeping this building good and well maintained is a good thing to do. The purpose of this paper is to enhance awareness of the importance of knowledge about heritage buildings from the viewpoint of building structure and seismicity. In addition, as a research initiation on the performance of the existing pagoda structure in Bali, Meru, going forward. This paper reviews several studies of pagodas in numerous countries, both in terms of structural design, influence and structure on earthquake response, damage, and handling in terms of reinforcement and maintenance. Comprehensively summarizes the studies that have been done, this facilitates understanding of existing studies. With the hope of being able, to trigger and encourage studies on building cultural heritage in Indonesia in general and Bali in particular. Research on the pagoda in Bali in the future is highly expected and needs to be done
Compact City : Menuju Sustainabilitas Terhadap Fenomena Urban Sprawl
The rise of urban sprawl - menggurita is a phenomenon resulting from the growth and development of the city as a center of activity and the economy. The sprawl is characterized by the growth of low-density settlements that scattered randomly in suburban areas or peripherals. The growth spread like the octopus tentacles that propagate this causes various effects of negative externalities in the form of pollution, energy efficiency, economic equity, and transportation problems. Based on these problems, this study aims to provide a solution interpretation in dealing with the phenomenon of a city that is overflowing, by studying deeper into the compact city as compacting system or combining the functions of land use and urban activities that are expected to reduce the effects of urban sprawl. By using the critical review method, which focuses on providing explanations, interpretations of the analysis from several literature selected to be used as a reference in finding solutions according to urban compaction loci in dealing with urban sprawl problems. From critical review searches, it is concluded that a compact city is an innovative solution to the phenomenon of random city development (urban sprawl development). One of them by implementing Urban Growth Boundaries (UGB) provides an alternative solution to the problem of sprawl. The compact city promises efficiency in city management. By maximizing the livability of the city and city services, the compactness form symbolizes a form that integrates all the optimal conditions of the city for the sustainability of a city in the future
Restorasi Bangunan Dan Pengembangan Potensi Ekonomi Banjar Pande Kota Di Kabupaten Klungkung
Banjar Pande Kota yang terletak di Kota Semarapura yang termasuk wilayah kelurahan Semarapura Kangin. Banjar Pande Kota berdekatan dengan Istana Klungkung yang merupakan landmark dan daya Tarik wisata bersejarah di pusat Kabupaten Klungkung yang sering sebut sebagai Pura Agung Semarapura. Bale Banjar Paden Kota berdekatan dengan oleh potensi daya tarik wisata termasuk koridor kolonial, pasar endek Klungkung, Museum Semarajaya, Monumen Puputan Klungkung dan Taman Kertha Gosa yang merupakan wisata unggulan Kabupaten Klunkung. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh tim pengabdi dengan kelompok mitra warga Banjar Pande Kota memperoleh dua fokus yang diharapkan mampu memberikan usulan perbaikan atau renovasi Bale Banjar secara menyeluruh sehingga mampu memfasilitasi beragam kegiatan untuk mendukung aktivitas adat budaya dan kesenian yang sering menggunakan Bale Banjar sebagai tempat berlatih. Selain aspek fisik Bale banjar, pihak mitra memohon untuk mengkaji potensi aset banjar sehingga mampu memberikan sumber ekonomi atau pemasukan untuk mengelola kegiatan yang menjadi agenda Banjar Pande Kota. Hasil luaran yang diaharapkan oleh mitra yaitu berupa gambar kerja dan Rencana anggaran biaya umum untuk digunakan sebagai dokumen pengajuan dana dalam rangka perbaikan fisik Banjar yang saat ini masih kurang memenuhi aspek keselamatan dan kenyamanan. Luaran lainnya yaitu pendataan aset dan penataan aset yang dimiliki oleh Banjar untuk merangsang dan mengembangakan potensi ekonomi warga Banjar
PEMBENTUKAN IDENTITAS RUANG OLEH SUATU KOMUNITAS KREATIF DI RUANG PUBLIK (AREA CAR FREE DAY) DAGO, BANDUNG
ABSTRAK
Komunitas sebagai aktor di ruang publik memainkan peran penting untuk membentuk identitas tempat dan ruang. Adanya komunitas kreatif meningkatkan makna dan identitas ruang dan bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menciptakan interaksi sosial. Salah satu komunitas kreatif di Bandung adalah kelompok fotografi. Secara umum, kelompok pecinta fotografi cenderung menggunakan ruang galeri sebagai tempat untuk menampilkan karya foto terbaik. Berbeda dengan komunitas Hobi Foto Bandung (HFB) yang menggunakan ruang sebagai galeri sementara untuk menampilkan karya foto oleh anggota Komunitas dan menjadi ruang pertemuan di ruang publik Kota, tepatnya di area Dago's Car Free Day (CFD). Keunikan tersendiri ketika melihat komunitas fotografi mengorganisir tampilan karya mereka sedangkan masyarakat lain melakukan aktivitas masing-masing yang kebanyakan melakukan kegiatan olahraga. Dengan fenomena seperti itu, tulisan ini akan membahas motif / motivasi komunitas fotografi / HFB dalam menggunakan ruang publik CFD sebagai cerminan ruang masyarakat. Setalah melakukan kajian data dan wawancara, ditemukan tiga motif bahwa komunitas kreatif seperti HFB ini memiliki visi dan misi yang kebersamaan yang mampu menjadi tumpuan terbentuknya ruang positif pada kota dan keterjangkauan untuk menuju tempat serta, faktor ekonomi yang mendorong komunitas ini menggelar galeri sementara.
Kata kunci: Komunitas, Ruang publik, Motivasi, Identitas Tempat
ABSTRACT
The community as an actor in public space plays an important role to shape the identity of place and space. The existence of a creative community enhances the meaning and identity of space and can be an attraction for society to create social interaction. One of the creative community in Bandung is the photography group. In general, groups of photography lovers tend to use the gallery space as a place to display the best photo work. Unlike the Bandung Photo Hobby community (HFB), which uses space as a temporary gallery to showcase photographs by members of the Community and become a meeting room in the City's public space, precisely in Dago's Car Free Day (CFD) area. It's uniqueness when looking at the photography community to organize the display of their work while other people doing their respective activities mostly engaged in sports activities. With such a phenomenon, this paper will discuss the motives/motivations of the photography community / HFB in using CFD public space as a reflection of community space. After studying the data and interviews, three motives were found that the creative community like HFB has similar vision and mission that can be a motor to create positive space in the city and reachable to get to the place as well as the economic factors that encourage this community to create a temporary gallery.
Kata kunci: Community, Public space, Motivation, Space Identit
Kriteria Perancangan Pusat Pengembangan Dan Pelatihan Kaum Difabel Berbasis Empowerment Di Denpasar
Di kota Denpasar, Bali Banyak Kaum difabel yang tidak dapat Bekerja akibat dari banyaknya Tenaga kerja yang memiliki kekurangan Fisik (Difabel) ditolak dari perusahaan swasta maupun Negri. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, dengan tegas dinyatakan bahwa penyandang cacat berhak mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban dalam berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya. Menurut Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga kerja pada tahun 2014 Jumlah Penyandang Disabilitas yang tidak bekerja sebesar 1.5000.000 dan hasil data dari Departemen Sosial RI Tahun 2008 Penyandang disabilitas yang tidak bekerja tercatat sebesar 74,4% dan penyandang disabilitas yang memiliki pekerjaan sebesar 25,6%. Perencanaan dan Perancangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan bagi kaum disabilitas merupakan gagasan utama untuk sarana yang mewadahi kaum disabilitas dengan seluruh kegiatan yang berguna dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan serta dapat didedikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup kaum disabilitas. Adapun Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian mengenai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
Penentuan lokasi Pada Perencanaan dan Perancangan Museum Seni Rupa di Gianyar: BAHASA INDONESIA
The essence of works of art is the footprints of the artist in the cultural history of mankind. All of this can be tracked and appreciated on an ongoing basis if the works of art are properly stored in a representative place, one of which is an art museum. Museum of Fine Arts, Painting and Sculpture is a place or place for someone to express their thoughts, feelings and imagination through the media of paintings or sculptures that have a certain message or just as self-expression shown to a large audience. In general, the location is in accordance with the planning and design of the Museum of Art Rupa is Singakerta Village, Ubud District. Where Singakerta Village is part of the Ubud sub-district which is the art center of the Province of Bali, there are also many artists who are proficient in making works of art such as fine art.Hakikat karya seni merupakan jejak langkah sang seniman dalam lingkup sejarah kebudayaan umat manusia. Semua ini akan terus dapat dilacak maupun diapresiasi secara berkesinambungan jika karya-karya seni tersebut disimpan dengan baik pada sebuah tempat yang representatif, salah satunya adalah museum seni rupa. museum seni rupa lukisan dan patung adalah wadah atau tempat bagi seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan maupun imajinasinya melalui media lukisan atau patung yang memiliki pesan tertentu maupun hanya sebagai ekspresi diri semata yang ditunjukan kepada khalayak banyak Secara umum lokasi yang sesuai dengan perencanaan dan perancangan Museum Seni Rupa adalah Desa Singakerta Kecamatan Ubud. Dimana Desa Singakerta merupakan bgaian dari kecamatan Ubud yang merupakan pusat seni Provinsi Bali disana juga banyak dijumpai seniman โ seniman yang mahir dalam membuat karya seni seperti seni rupa
Implementasi Arsitektur Biophilic Pada Fasilitas Club SPA Di Canggu, Kabupaten Badung, Bali: Bahasa Indonesia
One of the tourist facilities that can be developed in Canggu is SPA. The SPA industry is currently developing towards the achievement of physical, mind and soul health. The type of SPA chosen is Club SPA, because it offers SPA service facilities equipped with fitness facilities in order to get maximum results in physical and mental care, because nowadays people and tourists need a facility that can accommodate activities related to beauty, health, fitness, and relaxation to reduce the level of stress and depression, maintain, and improve physical and psychological appearance. The purpose of this research is to produce a Club SPA design concept with a biophilic architecture approach to produce a room that is able to improve physical and psychological health and create a positive relationship between humans and nature. The method used is by conducting literature studies, precedent studies, field observations, and surveys. The result of the research is the implementation of biophilic architecture that is applied to zoning, entrance, mass building, indoor space, outdoor space, and building facade. The implementation of biophilic architecture in the Club SPA design is expected to help the relaxation process by applying natural elements into the design.
Salah satu fasilitas wisata yang dapat dikembangkan di daerah Canggu yaitu SPA. Industri SPA saat ini telah berkembang menuju kearah pencapaian kesehatan fisik, pikiran, dan jiwa. Jenis SPA yang dipilih yaitu Club SPA, karena menawarkan fasilitas pelayanan SPA yang dilengkapi dengan fasilitas kebugaran agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam perawatan fisik serta jiwa, karena saat ini masyarakat dan wisatawan membutuhkan suatu fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan kecantikan, kesehatan, kebugaran, dan relaksasi untuk mereduksi tingkat stress dan depresi yang mereka alami serta menjaga, merawat, dan meningkatkan penampilan fisik dan psikis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan konsep desain Club SPA dengan pendekatan arsitektur biophilic sehingga dapat menghasilkan ruangan yang mampu meningkatkan kesehatan fisik dan psikis serta menciptakan hubungan positif antara manusia dengan alam. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan studi literatur, studi preseden, observasi lapangan, dan survey. Hasil penelitian berupa implementasi arsitektur biophilic yang diterapkan pada zoning, entrance, massa bangunan, ruang dalam, ruang luar, dan fasade bangunan. Implementasi arsitektur biophilic pada desain Club SPA diharapkan dapat membantu proses relaksasi dengan menerapkan unsur alam kedalam desain.
 
Memperbaharui Kawasan Heritage Gajah Mada dengan Pengadaan Industri Kreatif Berkonsep Adaptive Reuse : Bahasa Indonesia
The Gajah Mada area has become a cultural heritage which means all cultural elements that are at least 50 years old; synonymous with religious, aesthetic, and historical values; represents style, lifestyle, time, region, and mindset. Cities with a cultural perspective position culture into 3 main functions, namely as a basic potential, approach, and building orientation. Heritage areas have high potential to support community creativity because they are guided by the historical values โโof Balinese culture. So later the developments that occur will still be balanced and filtered so as to create a balance between the progress of the times and the history of Balinese culture. Over time, many store house managers were not ready to accept the changing times, resulting in reduced public interest in coming. The decline in productivity in the Gajah Mada area has resulted in a decrease in the quality of the area, such as unclear shop ownership because it has begun to be abandoned, changes to the facade and interior space according to the manager's taste, giving rise to a slum impression, pedestrian arrangement along the road makes the storehouse elevation very low from the sidewalk, the lack of available parking space because many settlements have sprung up behind the shop houses. This also makes the interest of visitors to visit less and less. Competition for functional buildings in terms of comfort has also begun to develop, many supermarkets have sprung up, supermarkets are more interesting to visit. If the time limit is not properly anticipated focusing on alternative actions or solutions to increase productivity, the Gajah Mada Heritage area has the potential to become a dead heritage area.
To prevent this area from being left behind, it is necessary to reorganize and redesign the Gajah Mada Heritage Area into a creative industry in Denpasar City. Areas that initially focused on offline trading activities will now be developed to reach several sectors. Sectors that have the potential in this area are the fashion, culinary, music, workshops, and entertainment sectors. These five sectors were appointed because the originality of the items traded since the Chinese arrived until now still has high appeal, but has not been facilitated properly.
Kawasan Gajah Mada sudah menjadi Pusaka Budaya (cultural heritage) yang berarti seluruh unsur budaya yang sudah berumur minimal 50 tahun; identik dengan nilai religius, estetik, dan historis; mewakili style, gaya hidup, waktu, daerah, dan mindset. Kota berwawasan budaya memposisikan kebudayaan menjadi 3 fungsi utama yaitu sebagai potensi dasar, pendekatan, dan orientasi bangunan. Kawasan heritage berpotensi tinggi untuk menunjang kreatifitas masyarakat karna berpedoman dengan nilai sejarah kebudayaan Bali. Jadi nantinya perkembangan yang terjadi masih diimbangi dan disaring sehingga tercipta balancing antara kemajuan zaman dan sejarah kebudayaan Bali. Seiring perjalanan waktu banyak pengelola rumah toko yang tidak siap menerima perubahan zaman sehingga mengakibatkan minat masyarakat untuk datang berkurang. Menurunnya produktifitas pada kawasan Gajah Mada membuat terjadinya penurunan kualitas kawasan, seperti kepemilikan toko tidak jelas karna mulai ditinggalkan, terjadi perubahan pada fasad dan ruang dalam sesuai selera pengelola, menimbulkan kesan kumuh, penataan pedestrian disepanjang jalan membuat elevasi rumah toko menjadi sangat rendah dari trotoar, minimnya lahan parkir yang tersedia karna banyak bermunculan permukiman di belakang rumah toko. Hal tersebut juga membuat minat pengunjung untuk berkunjung semakin minim. Persaingan bangunan fungsional dari segi kenyamanan juga sudah mulai berkembang, banyak bermunculan swalayan, supermarket yang lebih menarik untuk dikunjungi. Jika limit waktu tidak diantisipasi dengan tepat berfokus pada tindakan alternatif atau solusi untuk meningkatnya produktifitas, kawasan Heritage Gajah Mada berpotensi menjadi kawasan heritage yang mati.
Untuk mencegah tertinggalnya kawasan ini perlu diadakannya penataan dan perancangan kembali Kawasan Heritage Gajah Mada menjadi industri kreatif di Kota Denpasar. Kawasan yang mulanya berfokus pada kegiatan berdagang secara offline kini akan dikembangkan menjangkau beberapa sektor. Sektor yang berpotensi dikawasan ini adalah sektor fashion, kuliner, musik, workshop, dan entartain. Lima sektor tersebut diangkat karna originalitas items yang didagangkan sejak etnis cina datang hingga sekarang masih memiliki daya tarik yang tinggi, namun belum terfasilitasi dengan baik
Potensi Bambu Sebagai Bahan Alternatif Untuk Furniture
Bamboo in Indonesia has close ties with the local community, especially in rural areas where bamboo is used in daily activities ranging from social to cultural, but bamboo is a material that is less popular in the eyes of people in urban areas to be used as furniture and other tools because of the stigma factor that bamboo is a cheap material, This study aims to find the advantages of bamboo as a natural material compared to wood. The advantages of bamboo are also found during the growth and harvest period compared to bamboo wood, which is much faster and bamboo has different types so that it has a variety of shapes and colors that make bamboo can be processed into more attractive products than wood.Bambu di Indonesia memiliki ikatan erat dengan masyarakat localnya terutama dipedesaan dimana bambu digunakan dalam kegiatan sehari-hari mulai sosial sampai budaya, namun bambu merupakan material yang kurang popular di mata masyarakat diperkotaan untuk digunakan sebagai furniture dan alat lainnya karena factor stigma bahwa bambu material murahan, penelitian ini bertujuan untuk mencari keunggulan bambu sebagai material alami dibandingkan kayu, untuk mengetahui keunggulan bambu maka sampel furniture dengan material bambu dan kayu dibandingkan dari segi fleksibilitas, ketahanan, dan estetika. Keunggulan bambu juga terdapat pada masa pertumbuhan dan panen dibandingkan dengan kayu bambu jauh lebih cepat dan bambu memiliki jenis yang berbeda-beda sehingga mempunyai ragam bentuk dan warna yang membuat bambu dapat diolah menjadi produk yang lebih menarik dibandingkan dengan kayu