153 research outputs found

    “MEN BRAYUT” SUMBER INSPIRASI KARYA PATUNG KERAMIK KREATIF

    Get PDF
    Men Brayut adalah tokoh seorang ibu dalam ceritera klasik masyarakat Bali yang melahirkan anak banyak bahkan sampai 18 orang. Karena kegigihannya, ibu ini berhasil membesarkan anak-anaknya. Ceritra ini telah lama menjadi ikon seorang ibu beranak banyak bagi masyarakat Bali. Ceritra Men Brayut tidak lekang oleh waktu, kisahnya selalu menjadi model pembicaraan bagi masyarakat Bali dari waktu kewaktu dari generasi kegenerasi. Namun penulis belum menemukan kisah ikon Men Brayut dalam uangkapan drama, tari, seni rupa, maupun dalam pemestasan lainnya. Tokoh Men Brayut pada kondisi jaman sekarang sering dipakai sebagai contoh seorang ibu yang tidak patut ditiru karena beranak banyak yang berarti menyusahkan hidup keluarga. Kondisi saat ini ada yang mengganggap seorang ibu mempunyai 2 orang sudah, kemudian ikut program Keluarga Berencana sebagai solusi mensejahterakan keluarga. Dengan model seperti ini tujuan hidup yang lebih baik pada sebuah keluarga diharapkan lebih baik. Dengan beranak 2 orang pasutri berharap kebutuhan sandang, papan dan pangan seorang anak akan terpenuhi. Beban hidup yang semakin berat membuat tokoh Men Brayut semakin jauh dari peradaban kondisi jaman sekarang

    GESTICULATION

    Get PDF
    Seorang seniman mengekpresikan ide-idenya dalam karya adalah repleksi berbagai hal yang pernah dilihat ataupun dirasakan. Kepuasan batin, kepedihan hidup, penentangan, penggugatan dan kritik terhadap hal-hal mapan dan konvensional sering menjadi tema yang menarik untuk diungkap. Kadang terjadi visualisasi yang kental dengan pemaknaan dan kreatifitas perupaan non konvensional yang berlebihan menjadikan karya-karya tersebut sulit dipahami bagi sebagian orang. Penikmat seni sering tidak menemukan kepuasan batin secara gamlang, namun diajak untuk berpikir dan berdialog melalui ikon-ikon tanda yang disampaikan. Seniman berkreasi mencari sesuatu yang berada diluar kebiasaan yang ada dan berlaku pada suatu komunitas, salah satu model berpikir kreatif. Karena yang dipentingkan adalah ekspresi individu dan penuangan ide-ide kreatif yang dimiliki. Seperti halnya seorang seniman Putu Sutawijaya alumni ISI Yogyakarta asal Tabanan yang kini menetap di Yogyakarta, berpameran di Bendara Budaya Bali 28 Desember – 11 Januari 2011 lalu, tampil dengan karya-karya patung berbahan logam, kayu dan kawat besi. Putu mengekspresikan pengalaman hidupnya pada suatu kumunitas yang disebut banjar. Seniman yang beristrikan orang Malaysia ini, pada awal kariernya dikenal sebagai seorang pelukis dan telah berpameran di beberapa negara. Karena pencariannya yang tiada henti, ia kemudian mengembangkan media garapannya pada ruang tiga dimensi yaitu seni patung. Pengalaman hidup yang tertuang pada karya-karya patung tersebut diberi judul “Gesticulation”, berasal dari kata gesture berarti gerakan tangan. Karya-karya patung ini menampilkan ekspresi gerak tangan, anggota tubuh lainnya untuk menyampaikan makna tertentu. Visualisasinya ada yang tunggal ada yang berkelompok mengusung pesan menyerupai karya instalasi. Karya-karya tersebut dirupakan tidak realistis, bagian muka datar, bentuk anggota badan dibuat dengan lempengan-lempengan besi bentuk persegi pada bagian-bagian tertentu dibiarkan berlubang. Lubang-lubang tersebut kemudian diisi garis-garis lurus dengan material kawat. Karya-karya Putu terlihat dibuat sangat terampil dan memperhatikan komposisi serta proporsi dari bentuk manusia. Penulis berpendapat karya-karya tersebut mampu menampilkan keindahan karena keterpaduan dari unsur-unsur pembentuknya. Herbert Read menyebutkan bahwa keindahan adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk. Penilaian keindahan biasanya terlepas dari pemaknaan yang ingin disampaikan senimannya. Penilaian keindahan adalah sebuah penilaian kejujuran

    PERAJIN TUA PEMBUAT GERABAH TOJAN

    Get PDF
    Gerabah Tojan adalah sebuah sebutan gerabah hasil perajin di Banjar Satra Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Bali. Perajin di desa ini lokasinya mudah dijangkau, karena dekat perkotaan, berada diperumahan penduduk dengan kondisi desa yang sudah maju dilihat dari bangunan-bangunan fisik yang ada di desa tersebut. Namun sebaliknya, kondisi kerajinan gerabah di desa ini terlihat memprihatinkan dan masih bisa bertahan sampai saat ini, walaupun perajinnya terus berkurang dari jaman kejaman. Saat penelitian ini dilakukan perajin gerabah ini hanya tinggal dua keluarga yang masih ada hubungan kekeluargaan. Dua keluarga tersebut terdiri dari 4 orang wanita tua yang berumur di atas enampuluhan, dengan kondisi badan yang sudah renta masih mampu mengerjakan kerajinan gerabah dari awal pembuatan bahan sampai pembakaran. Semua pekerjaan tersebut mereka lakukan sendiri tanpa bantuan anak atau cucunya. Mereka menyebutkan anak dan cucunya saat ini tidak ada yang mau meneruskan usaha pembuatan gerabah, karena mereka menganggap kurang menguntungkan untuk kondisi saat ini. Gerabah yang dikerjakan berawal dari kebutuhan masyarakat sebagai perlengkapan upacara agama, namun sekarang berkembang sesuai perekbangan jaman. Namun walaupun demikian seolah mereka mereka tidak bisa beranjak dari kemiskinan

    Umbul-Umbul Sebagai Sarana Upacara Agama Hindu Di Bali

    Get PDF
    Budaya masyarakat Bali yang sarat aktivitas keagamaan, adat, dan seni dengan konsep dasar sistem simbol yang menyatu dan berhubungan erat dengan keyakinan dan kepercayaan pada dewa-dewa maupun totemisme. Sistem budaya yang terdiri dari gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai, norma, dan pandangan oleh pemangku kebudayaan diwujudkan secara yang disebut social system atau sistem kemasyarakatan yang berwujud "kelakuan" maupun material culture "hasil karya kelakuan. Umbul-umbul sebagai material kultur, tidak cukup hanya diberi perhatian/perlindungan. Kreativitas yang inovatif di jaman sekarang perlu diantisipasi dan menjadi tanggungjawab kita bersama khususnya PHDI (Parisada Hindu dharma Indonesia) yang wajib dan berkepentingan dibidang tersebut. Generasi kini tanpa diharapkan telah mencari dan mengupayakan penciptaan karya seni baru seperti umbul-umbul sesuai dengan jiwa zamannya dan secara tidak disadari memilah dan mengesampingkan nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya. Padahal umbul-umbul terkait erat dengan sarana ritual keagamaam. Perubahan yang kerap terjadi pada jenis umbul-umbul berdasarkan pengamatan yang dilakukan terletak pada penempatan dan struktur yang ada. Kesamaan struktur umbul-umbul yang dijadikan sarana upacara keagamaan dengan yang dijadikan dekorasi dibeberapa tempat umum hampir tidak ada perbedaan. Menurut ketua Parisada Hindu dharma Indonesia umbul-umbul yang disakralkan hendaknya diisi gantungan. Gantungan yang dimaksud mungkin bentuk jantung/hati yang ada pada ujung umbul-umbul. Sedangkan menurut Ida Pedanda Gde Pasuruan dari Griya Sibetan Karangasem, yang terpenting dalam umbul-umbul selain ada gambar naga taksaka sebagai penguasa alam atas, harus ada sigi tiga pada ujungnya. Dan ujungnya itulah sebenarnya yang disebut umbul-umbul. Adapun makna dari umbul-umbul tersebut adalah nada atau aksara nada. Makna dari naga itu sendiri adalah sebagai penuntun atau tali penuntun yang menghubungkan umat dengan tuhannya dalam upaya mendapatkan merta atau kesejahteraan. Sedangkan menurut Ida Bagus Sudarsana seorang agamawan, hiasan umbul-umbul adalah naga gombang sebagai simbol air dan kekuatan wisnu dengan aksara Ungkara

    DESAIN KEMASAN PRODUK

    Get PDF
    1. PENDAHULUAN Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar. Maka dari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan ini. Salah satu diantaranya adalah membuat desain kemasan produk yang menarik sehingga dapat mengundang konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan. Menurut Christine Suharto Cenadi, daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan “pemicu” karena ia langsung berhadapan dengan konsumen. Karena itu kemasan harus dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif. Desain kemasan di Bali belum begitu populer, karena pemahaman tentang manfaatnya belum dirasakan. Disamping itu untuk usaha-usaha mikro dan idustri kecil rumahan, kemasan masih dipandang hanya sebagai pembungkus semata bukan sebagai media pemikat konsumen. Demikian juga kemasan masih dianggap penyebab ongkos produksi tinggi. 2. DEFINISI KEMASAN Kemasan/packaging berasal dari kata package yang artinya sepadan dengan kata kerja ‘membungkus’ atau ‘mengemas’ dalam bahasa Indonesia, sehingga secara harfiah pengertian packaging dapat diartikan sebagai pembungkus atau kemasan. Maka secara sederhana kemasan dapat diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada di dalamnya serta dapat memberikan citra tertentu pula untuk membujuk penggunanya. Secara fungsi wujudnya harus merupakan kemasan yang mudah dimengerti sebagai sesuatu yang dapat dibawa, melindungi dan mudah dibuka untuk benda atau produk apapun. Terpenting ia harus berhasil dalam uji kelayakan sebagai fungsi pengemas, dapatkah ia menjaga produknya secara keseluruhan, dapatkah ia menjaga untuk mengkondisikan produk tersebut dalam jangka waktu tertentu dan karena perpindahan tempat.2. Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu: Untuk keamanan produk yang dipasarkan. Kemasan dapat melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca. Untuk membedakan dengan produk pesaing. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya. Untuk meningkatkan penjualan. Karena itu kemasan harus dibuat menarik dan unik, dengan demikian diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. 3. SEJARAH KEMASAN Menurut Christine Suharto Cenadi, kemasan telah dikenal sejak jaman manusia purba. Orang- orang primitive menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari hutan. Kemudian 8.000 tahun yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam keramik untuk mewadahi benda padat ataupun cair. Orang-orang Indonesia kuno membuat wadah dari bambu untuk menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman itu, kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama dalam perjalanan. Sebenarnya peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an, saat banyak munculnya supermarket atau pasar swalayan, di mana kemasan harus “dapat menjual” produk-produk di rak-rak toko. Tetapi pada saat itupun kemasan hanya berfungsi memberikan informasi- memberitahu kepada konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut. 4. FUNGSI KEMASAN Hermawan Kartajaya, seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang bilang “Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).” Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi).” 3 Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Perkembangan fungsional kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor telepon toll-free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk complain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut. Kemasan juga dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal paling pintar membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik. 5. FAKTOR-FAKTOR DESAIN KEMASAN Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut. Faktor pengamanan. Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapatmenjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama. Faktor ekonomi Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain. Faktor pendistribusian. Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan. Faktor komunikasi. Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus diletakkan pada posisi “tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal. Faktor ergonomic. Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk botol minyak goreng Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena minyak. Faktor estetika. Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot . Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal. Faktor identitas. Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang lain. Faktor promosi. Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat efektif untukmenarik perhatian konsumen-konsumen baru. Faktor lingkungan. Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable). Faktor-faktor ini merupakan satu kesatuan yang sangat vital dan saling mendukung dalam keberhasilan penjualan, terlebih di masa sekarang dimana persaingan sangat ketat dan produk dituntut untuk dapat menjual sendiri. Penjualan maksimum tidak akan tercapai apbila secara keseluruhan penampilan produk tidak dibuat semenarik mungkin. Keberhasilan penjualan tergantung pada citra yang diciptakan oleh kemasan tersebut. Penampilan harus dibuat sedemikian rupa agar konsumen dapat memberikan reaksi spontan, baik secara sadar ataupun tidak. Setelah itu, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan melakukan tindakan positif, yaitu melakukan pembelian di tempat penjualan. 6. DESAIN KEMASAN Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana)4, fungsional dan menciptakan respons emosional positif yang secara tidak langsung “berkata”, “Belilah saya.” Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional dan rasional. Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Menurut penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80 % adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata (visual). Karena itulah, unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata (visual communication). Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional) Daya tarik visual (estetika) Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis yang telah disebutkan di atas. Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk yang tidak lebih baik dari produk lainnya walaupun harganya lebih mahal. Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa disadarinya. Misalnya produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang tidak jauh berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan kelembutan yang divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, di antaranya menggunakan warna-warna lembut (pastel) dan merek dengan font Script atau Italic (miring) dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak dipilih oleh konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun mandi tersebut. 2. Daya tarik praktis (fungsional) Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain : Dapat melindungi produk Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman Dapat digunakan kembali (reusable) Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill Ada tiga alasan penting mengapa estetika penting dalam pemasaran, yaitu:8 Estetika dapat menciptakan loyalitas konsumen dengan memberikan pengaruh psikologis dan emosional. Contohnya melalui keunikan sebuah logo pada kemasan. Estetika dapat menjadi standar perusahaan untuk menetapkan harga. Menurut Bernd Schmitt, seorang brand strategist, “When your company or product provides specific experience that customers can see, hear, touch and feel, you are adding value and you can price that value.” Estetika dapat membuat sebuah produk menjadi berbeda (point of differentiation) ditengah persaingan merek yang semakin ketat. Selain mempertimbangkan estetika, sebuah desain kemasan yang ditujukan untuk penjualan swalayan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:9 1. Stands out (menonjol) Kriteria yang paling penting adalah bahwa kemasan harus menonjol. Kalau kemasan tidak atau kurang menonjol maka ia akan kehilangan fungsinya, karena suatu produk harus bersaing dengan berpuluh-puluh produk lainnya dalam kategori yang sama di tempat penjualan. Salah satu cara adalah dengan penggunaan warna yang cermat, karena konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau rupa. Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan. Warna yang terang akan lebih terlihat dari jarak jauh, karena memiliki daya tarik dan dampak yang lebih besar. 2. Contents (Isi) Kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan dan apa yang terkandung dalam produk. Misalnya, pada kemasan produk-produk makanan biasanya dicantumkan kandungan gizi produk tersebut dan berapa kalori yang dihasilkan setelah konsumen mengkonsumsi produk tersebut. Desain kemasan harus sesuai dengan produk yang dikemas. Misalnya, bentuk kemasan botol untuk produk cair. Tulisan di atas dirangkum dari beberapa tulisan tentang desain kemasan, demi kepentingan pelatihan semoga ada manfaatnya

    Studi Eksistensi Gerabah Tradisional Sebagai Warisan Budaya Di Bali

    Get PDF
    Permasalahan dari penelitian ini adalah beberapa sentra kerajinan gerabah di Bali dari waktu kewaktu semakin berkurang. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang perlu dicari penyebabnya untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Kami sebagai peneliti dan sekaligus memiliki disiplin ilmu yang terkait dengan bidang ini merasa khawatir suatu saat kerajinan gerabah hanya tinggal kenangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriftif kualitatif, bertujuan menjelaskan eksistensi gerabah tradisional sebagai warisan budaya di Bali. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi melalui pemotretan. Sumber data penelitian adalah perajin gerabah dan produk gerbah Bali. Penentuan sumber data perajin sebagai informan kunci dan produk dari masing-masing sentra dilakukan dengan metode sampel dengan mempertimbangkan tingkat kompetensinya

    DESAIN DAN TEKNIK PRODUKSI KERAMIK

    Get PDF
    A. Pendahuluan Kriya keramik saat ini perkembangannya cukup pesat, baik dilihat dari produk/karya, material, jumlah perajin/seniman keramik, atau dari wacana tentang kriya. Produk yang berkembang sangat beragam yang dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama, keramik yang perwujudannya untuk sesuatu yang difungsikan, dimasyarakat sering disebut dengan istilah dengan keramik pakai/keramik fungsi (craft as business). Kedua, keramik yang perwujudannya sebagai media ekpresi pribadi, dimasyarakat sering disebut dengan istilah dengan keramik seni, keramik personal, (fine art ceramic atau craft as art). Kalau dilihat dari perkembangan bahan yang dipakai juga mengalami perkembangan yang beragam dan variatif. Bahan yang dipakai oleh pembuat keramik bukan saja dari bahan dasar keramik (tanah liat dan glasir), tetapi sudah mengkombinasikan dengan bahan-bahan pendukung lainnya seperti : cat, pasir, kayu, besi, rotan, dsb. Pemakaian bahan-bahan ini terutama dilakukan pada proses finishing. Pemakaian bahan tambahan yang berlebihan sering berakibat visualisasi karakter keramik menjadi tidak jelas bahkan hilang. Tentu saja kebanyakan orang tidak sependapat jika hal ini disebut sebagai penyimpangan. Kalau ditelusuri banyak faktor yang melatarbelakangi seperti tuntutan konsumen, kreatifitas seniman, dan sebagainya. Jumlah perajin keramik yang ada dewasa ini di Indonesia dan di Bali khususnya, secara kuantitas dan kualitas karya yang dihasilkan juga mengalami peningkatan. Di Bali, telah berkembang perajin keramik yang menghasilkan produk-produk yang mampu menembus pasar internasional. Seperti Cicak Keramik, Cal’ux Ceramik, Bali Pot Keramik, Beji Keramik, dll, memperkaya perusahaan-perusahaan keramik yang telah ada sebelumnya sperti Jenggala Keramik, Jati Agung, Dalung Keramik, dll. Kriyawan keramik yang juga disebut seniman keramik juga mengalami peningkatan, walaupun jumlahnya tidak sepadan dengan perkembangan seniman seni lukis. Di Indonesia kriyawan keramik tersebut dapat disebutkan seperti almarhum Hildawati Soemantri (Mother of Indonesian’s ceramic art), Jane Chen, Suyatna, Widayanto, dan lain-lain. Widayanto terkenal dengan karya-karyanya seperti : serial Loro Blonyo, Ganesha-Ganeshi, dan Ukelan. Selain perkembangan diatas perdebatan wacana kriya juga menarik untuk disimak. Belakangan ini di Indonesia berkembang wacana kriya kontemporer (contemporary craft), merupakan imbas dari conteporary craft yang berkembang di dunia Barat. Munculnya wacana ini bukan dari kriya tradisi yang ada, tetapi berasal dari tradisi akademik yang secara tegas memisahkan art dan craft. Tentu saja istilah ini masih menyisakan kontroversi karena didalamnya mengandung paradoks. Disatu sisi kriya menempatkan diri bersebrangan dengan seni murni (art), namun disisi lain sebutan kontemporer mengacu pada seni masa kini (modern art). Namun dapat diduga bahwa penggunaan istilah “kontemporer” dimaksudkan untuk membedakan diri dengan praktek kriya tradisi. Kriya tradisi lebih merupakan ekspresi komunal, sebaliknya kriya kontemporer adalah ungkapan ekspresi individu. Kaitannya dengan contemporary craft, Peter Dormer berpendapat craft tidak perlu penjelasan atau justifikasi wacana dan teori, mengenai eksestensinya sebagai karya craft. Kekuatan dan nilai karya craft terletak pada apa yang tampil dan terlihat (obsorbed simply by looking). Dari penampilan tersebut akan akan terlihat kualitas teknik, pengolahan material, dan keindahan. Pendapat ini akan menimbulkan anggapan bahwa craft tidak perlu diwacanakan atau diteorikan. Namun dikalangan penganut contemporary craft saat ini cukup produktif. Dari wacana diatas dapat disebutkan jika art adalah pemikiran refleksi idea, dan konsep, craft adalah membuat sesuatu. Atau art merefleksikan daya imajinatif dan kreatif sedangkan craft adalah ketrampilan membuat sesuatu. Sering dikatakan seni rupa modern adalah art without craft. Sulitnya meghilangkan garis batas craft adan art karena di Barat masih didikotomikan, dan ada dua pemahaman yang saling bersebrangan. Disatu pihak konsisten dengan wilayah craft dan tidak mau masuk dalam wilayah seni kotemporer dan dipihak lain justru ingin masuk pada wilayah seni kontemporer sehingga karya-karya kriya yang dihasilkan dapat dinilai dan diapresiasi sebagai karya seni. B. Desain Kriya Keramik Seminar sehari ini fokus pada pengembangan kerajinan yang berhubungan dengan besi, keramik dan bambu, ini berarti goal yang mau dicapai adalah pengembangan desain kriya untuk bisnis. Mendesain keramik bukan berarti aktifitasnya hanya menggambar saja tetapi lebih dari pada itu yaitu merencanakan suatu produk sampai produk tersebut dapat dimanfaatkan atau digunakan secara maksimal oleh pengguna/konsumen. Apa saja yang harus diketahui dan dilakukan dalam mendesain ini? Sumber terciptanya benda kriya/kriya keramik dapat disebutkan sbb : Pasar/Konsumen. Tersedianya bahan Ide perajin Pasar dan perajin. Jika sumber ide dari perajin sendiri, sebelum mendesain sebaiknya diawali dengan suevey pasar untuk mendapatkan jawaban : siapa, apa, bagaimana, kapan dan dimana. Pada survey pasar ini akan dapat juga diketahui apa yang mendasari orang ingin membeli suatu produk. Apakah mereka karena perlu Apakah karena harganya yang murah Apakah karena bentuknya yang menarik. Apakah karena merek yang terkenal Apakah karena buatan luar negeri Apakah karena status simbol kebanggaan. Dalam perancangan produk selanjutnya dilakukan berdasarkan skala prioritas. Dapat diprediksi umumnya orang membeli benda kriya mungkin karena bentuknya yang menarik. Beberapa pertimbangan lain yang mungkin dapat membantu dalam merencanakan sebuah desain kriya khususnya desain keramik antara lain : Menetapkan fungsi dan sasaran pasar. Karya yang direncanakan harus unik dan menarik Menampilkan craftmanship yang tinggi. Menampilkan keindahan. Menampilkan kenyamanan dan keamanan. Harga sesuai dengan kondisi pasar. Sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang ada. Tidak merusak lingkungan. Untuk mampu merealisaikan pertimbangan SDM yang harus dimiliki : Mempunyai craftamanship yang tinggi Mampu berpikir dan berkarya kreatif dan inovatif. Mempunyai modal perencanaan yang cukup Kreatifitas merupakan suatu aktifitas tidak hentinya dan selalu muncul dalam mencari ide-ide baru. Kreatifitas berhubungan langsung dengan inovasi dan ide-ide desain yang terus bergerak dan berubah setiap saat sesuai dengan tuntutan konsumen. Seorang yang selalu kreatif biasanya kaya akan ide-ide imajinasi yang kemudian dikembangkan dan dituangkan dalam rancangan desain dengan bentuk gambar-gambar dan model desain. Orang-orang kreatif biasanya berfikir secara analogis, mereka mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh orang lain. Berfikikir kreatif dalam medesain benda keramik dapat dilakukan dalam berbagai hal seperti kreatif dalam pengolahan bentuk, ornamen, penggunaan bahan, finishing, kemasan dan lain-lain. C. Teknik produksi Teknik produksi kriya keramik sampai saat ini tidak mengalami perubahan yang terlalu drastis. Dari awal proses produksi masih standar melibatkan tanah liat, api pada proses pembakaran, glasir sebagai pelapis finishing. Teknik pembentukan juga demikian seperti menggunakan teknik putar, casting, pinching dan coil. Pada keramik tingkatan gerabah, finishing memperlihatkan penggunaan berbagai bahan dan teknik sebagai upaya kriyawan mendapatkan hasil akhir yang unik dan menarik. Karena pada proses finishing ini, kriyawan/perajin/seniman keramik dapat berkreatifitas seluas-luasnya dengan media lain. Gerabah Lombok finishingnya dikombinasikan dengan ate, pelepah pisang dan kain batik. Gerabah Yogyakarta menggunakan cat dan prade. Namun yang tidak lasim dilakukan oleh kriyawan keramik adalah membakar keramik diluar tungku. Pembakaran ini dilakukan sebagai proses finishing untuk mendapatkan warna sesuai keinginan kriyawan. Pembakar menggunakan semprotan api dan blower. Teknik ini dalakukan oleh para pembuat keramik di “Barat”. Demikian tulisan singkat ini dapat disampaikan, penulis berharap dapat bermanfaat bagi perajin/desainer kriya peserta seminar sebagai pertibangan dalam mengasilkan karya-karya yang inovatif

    REKONSTRUKSI KESENIAN LEKO DI BANJAR ADAT TINUNGAN

    Get PDF
    Bertepatan dengan Hari Purnama, Jumat Wage tanggal 15 Juli 2011 lalu, sehari sebelum Hari Raya Kuningan bagi umat Hindu di Bali diadakan “nuasen” pembinaan kesenian leko di Banjar Adat Tinungan Desa Apuan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Bali. Nuasen dalam acara ini adalah memilih hari baik untuk memulai kegiatan tersebut dengan harapan pelaksanaannya lancar dan hasilnya baik. Kegiatan pembinaan ini adalah implementasi dari Program Rekonstruksi Seni LP2M ISI Denpasar Tahun 2011. Pada acara “nuasen”/pembukaan tersebut di hadiri staf LP2M ISI Denpasar, Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan, tokoh dan anggota masyarakat setempat. Sambutan Bupati Tabanan yang dibacakan Kadis Kebudayaan setempat menyambut baik peran ISI Denpasar dalam pengabdiaannya menghidupkan kembali kesenian langka yang pernah ada di banjar tersebut. Kegiatan tersebut diawali dengan acara mendak tirta dari kayangan tiga dan memingit calon penari yang akan dilatih. Tahapan ini penting karena keberadaan kesenian tari leko yang pernah ada sampai tahun enampuluhan di desa tersebut sangat disakralkan. Pelaksanaan program LP2M ini merupakan pengabdian lembaga ISI Denpasar kepada masyarakat secara nyata. Tidak semua permintaan masyarakat dapat dipenuhi melalui surat-surat yang dilayangkan ke LP2M, karena berbagai keterbatasan yang ada, namun lembaga berkomitmen untuk dapat berbuat maksimal terhadap masyarakat. Pada implementasi program ini LP2M ISI Denpasar membentuk panitia yang membidangi tari, karawitan dan perlengkapan tari (revitalisasi gelungan). Sebelum pelaksanaan program secara efektif dilaksanakan dilapangan, tim dari LP2M ISI Denpasar mengadakan survey pendahuluan untuk memastikan peninggalan-peninggalan yang masih diwariskan oleh pelaku-pelaku seni terdahulu di desa tersebut baik berupa perangkat gambelan, model tari maupun perlengakapan tarinya (busana dan gelungan). Tim mendapat beberapa hasil survey termasuk sejarah kesenian leko yang ada di desa tersebut dari para tokoh tua yang masih ingat dengan keberadaan kesenian tersebut. Hasil survey awal tersebut antara lain : Kesenian tersebut masih meninggalkan perangkat gambelan hanya berupa daun gambelan yang terbuat dari bambu (di desa setempat disebut tingklik ) tanpa alas (plawah). Daun tingklik tersebut berjumlah sembelan ikat masing-masing terdiri dari 9-12 bilah dengan kondisi masih utuh, namun warnanya hitam karena sejak kesenian tersebut tidak aktif ditempatkan/disimpan di atas perapian. Setelah terjadi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kesakralan yang dialami oleh penyimpan gambelan ini, maka gambelan tersebut ditempatkan di mrajan (tempat suci keluarga). Data lain yang didapatkan tim survey adalah perlengkapan tari berupa gelungan (hiasan kepala pada penari) sebanyak 6 buah yang jenisnya beberapa ada yang sama dan ada yang berbeda dan sepasang perlengkapan tari seperti sayap yang terbuat dari kulit. Kondisi gelungan tidak layak untuk digunakan dan harus diperbaiki untuk bisa dipergunakan kembali. Kondisi yang usang karena umurnya sudah tua serta penyimpanan yang kurang terawat dengan baik. Ornamen hiasan gelungan yang terbuat dari kulit masih utuh, bekas-bekas tempelan prada masih kelihatan walaupun kondisinya sudah kusam. Bagian dari gelungan yang terbuat dari rotan dan bambu beberapa masih ada yang utuh dan beberapa yang lainnya sudah rusak. Gelungan tersebut ditemukan tim tersimpan di mrajan warga lainnya. Jadi warga menyimpan peninggalan kesenian tersebut pada dua tempat yang berbeda, yang dulunya diperkirakan sebagai pelaku aktif dalam kesenian tersebut. Karena sampai saat ini warga yang menyimpan benda-benda tersebut tidak tahu secara pasti asal-asul keberadaan benda tersebut. Justru informasi didapatkan dari tokoh-tokoh tua warga lainnya. Dari data gelungan yang ditemukan beberapa dosen yang membidangi seni tari memprediksi didesa tersebut pernah aktif kesenian gandrung. Tim tidak menemukan kontum tari/busana yang masih tertinggal dari kesenian tersebut. Menurut beberapa sepuh desa yang masih ada dan pernah melihat langsung keberadaan kesenian tersebut walaupun tidak terlibat langsung sebagai penari atau seke tari, mengatakan kesenian leko yang ada di banjar tersebut merupakan warisan, telah ada dan aktif sebelum tahun lima puluhan dan tidak aktif lagi sejak tahun enam puluhan. Keturunan warga yang menjadi seke leko jaman dulu masih dapat disebutkan. Hal ini terbukti pada pertemuan kedua tim survey dengan warga seke tersebut sudah terbentuk yang merupakan keturunan seke leko jaman dulu pernah ada dan hadir pada pertemuan tersebut. Demikian juga penarinya masih bisa disebutkan walaupun penari aktif jaman dulu sudah tidak ada lagi. Mereka sangat antosias dalam usaha membangun kesenian ini karena sangat terkait dengan piodalan di pura banjar adat setempat. Joged Leko Untuk lebih mengetahui tentang kesenian yang terkait dengan Leko, tim menelusuri beberapa sumber diantaranya artikel yang ditulis oleh Agung Bawantara pada media on line 5 Oktober 2010. Pada tulisan tersebut kesenian leko dimasukkan dalam katagori kesenian joged yaitu disebut joged leko. Lebih lanjut ditulis jenis joged ini nyaris sama langkanya dengan Joged Pingitan. Joged yang diduga muncul pada tahun 1930-an itu kini hanya terdapat di tiga desa yakni Desa Sibang Gede (Badung), Desa Tunjuk (Tabanan) dan Desa Pedem (Jembrana). Joged jenis ini menampilkan gerak tarian menyerupai gerak tari Legong Keraton sebagai pembuka, lalu dilanjutkan dengan gerak bebas saat bagian pengibing-ibingan.Dalam sebuah pementasan, penampilan Joged Leko diawali dengan Condong yang dibawakan oleh seorang penari dengan gerak-gerak abstrak, lalu dilanjutkan dengan Kupu-kupu Tarumyang dibawakan oleh sepasang penari untuk menggambarkan kemesraan sepasang kupu-kupu yang bercengkerama di sebuah taman bunga. Usai Kupu-kupu Tarum, penampilan dilanjutkan dengan Onte yang juga dibawakan secara berpasangan. Bagian ini mengisahkan sepasang muda-mudi sedang asyik memadu kasih. Disusul kemudian dengan Goak Manjus yang menggambarkan sepasang burung gagak sedang mandi dengan riang di sebuah telaga.Terakhir, tampillah Joged yang dibawakan beberapa penari yang tampil secara bergiliran. Setiap penari, menunjuk (nyawat) seorang laki-laki dari kerumunan penonton yang diajaknya sebagai pasangan menari dalam beberapa putaran. Setiap penari Joged biasanya melakukan tiga sampai lima putaran paibig-ibingan, sebelum digantikan oleh penari Joged yang lain. Pada saat tertentu Penari Joged tiba-tiba trance dan mengamuk. Biasanya hal tersebut terjadi jika Joged Leko menampilkan kisah Calonarang sebagai inti pertunjukannya. Tranceumumnya terjadi saat adegan perkelahian ditampilkan. Pada tulisan Dr. Ni Made Ruastiti, SST. Msi “Seni Pertunjukan Pariwisata Indutri Kreatif Berbasis Kesenian Bali”, di Desa Tunjuk Kabupaten Tabanan juga terdapat tari Leko. kesenian tersebut merupakan merupakan warisan dari nenek moyang setempat, kehadirannya merupakan tarian pergaulan yang masih tetap dikeramatkan dalam penampilannya menggunakan upakara dan upacara yang bersesaji. Tujuannya untuk memohan keselamatan, dan mendatangkan taksu sesuai dengan yang diinginkannya. Tari Leko adalah tarian Legong yang berkembang sebagai tarian rakyat dan diiringi oleh instrument bamboo serta terdapat peibing – ibingan dalam suatu pertunjukannya. Perkembangan Tari Leko terdapat unsur – unsur pelegongan dalam gerak tarinya, tata busana,gending-gending pengiring , maupun cerita – cerita yang di pakai dalam suatu pementasan , yang semula adalah instrumen bamboo diganti dengan instrument besi ( Pelegongan ) . Kesenian leko dikelompokkan pada seni bebali yang berfungsi sebagai pengiring upacara dan upakara keagamaan di pura-pura ataupun di luar pura pada umumnya memakai lakon. Seni tari dan seni tabuh/karawitan yang dipakai sebagai pengiring upacara keagamaan di Bali, misalnya Topeng, Gambuh, Leko, Wayang Kulit, Angklung, Semar Pegulingan, dan Baleganjur Pelaksanaan efektif rekonstruksi seni di Kabupaten Tabanan ini dimulai 5 Agustus 2011 selam tiga bulan. Mudahan-mudahan pengabdian ini dapat berjalan lacar dan berhasil baik sehingga dapat enjadi cerminan lembaga ISI Denpasar sebagai lembaga yang ikut menjaga kelestarian seni tradisi sebagai modal membangun karakter bangsa

    Gerabah Bali

    Get PDF
    Berdasarkan hasil penggalian yang dilakukan oleh para ahli purbakala di beberapa tempat di Bali membuktikan bahwa masyarakat Bali purba sudah mengenal pembuatan barang-barang keramik dari tanah liat. Stupa-stupa kecil dan materai-materai dari tanah liat ditemukan di Pejeng (Gianyar). Benda- benda tersebut diyakini berhubungan dengan kepercayaan Agama Budha. Sedangkan periuk-periuk yang ditemukan diyakini berhubungan dengan kepercayaan bekal kubur untuk tempat makanan dan minuma

    Gerabah Pejaten

    Get PDF
    Gerabah Pejaten adalah sebuah sebutan terhadap produk gerabah hasil perajin di Desa Pejaten, Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Bali. Menurut cerita Pak Mangku Kuturan hanya keluarganya sendiri yang mengembangkan kerajinan gerabah ini sejak lama hingga sekarang. Sedangkan penduduk lain menekuni kerajinan genteng dan keramik halus seperti Pak Tantri. Dengan pertimbangan biaya yang relatif lebih murah, lebih midah mengerjakan, dan berbagai pertimbangan lain, beliau tetap konsisten menekuni kerajinan gerabah ini. Perajin ini tetap mengambangkan usaha kecil bersama istri dan anak walaupun di samping kiri dan kanan penduduk kebanyakan mengembangkan kerajinan genteng. Karena kecintaannya terhadap gerabah mereka selalu berusaha menemukan sesuatu yang baru. Akhirnya beliau menghasilkan sebuah produk patung gerabah yang telah menjadi image baik sebagai perajin, patung tersebut dikenal dengan nama patung Kuturan. Patung Kuturan telah menjadi model pengembangan gerabah dalam bentuk patung bagi perajin gerabah lain. Perajin-perajin lain mencoba membuat model yang sama namun kualitasnya tidak bisa dibuat sama. Patung ini berbentuk manusia memvisualkan aktifitas budaya Bali seperti bermain musik tradisional lengkap dengan peralatannya. Menurut cerita perajin ini, patung tersebut adalah hasil kreatifitas panjang, diawali dengan kebosanan mereka melihat produk gerabah berupa jun, kemudian benda tersebut dibalik dengan kepala kebawah. Kemudian di atasnya ditambah bulatan / setengah lingkaran yang dipungsikan sebagai kepala. Kepala kemudian disempurnakan dengan penambahan tangan, kaki, alat musik serta dengan perlengkapan pakaian. Penampilannya sederhana namun memiliki kekhasan tersendiri yang tidak dimiliki oleh patung gerabah hasil perajin lainnya di Bali. Wujud patung tersebut dapat dilihat pada halaman berikutnya
    • 

    corecore