98 research outputs found

    Kualifikasi Air Tangki Reaktor (Atr) Kartini Berdasarkan Data Dukung Metoda Nyala Spektrometri Serapan Atom (Ssa) Dan Ion Selective Electrode (Ise)

    Get PDF
    KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALASPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE). Air tangki reaktor (ATR)merupakan salah satu produk dari sistem pendingin reaktor yang sangat diperlukan pada reaktor nuklir. Jaminankualitas air tangki reaktor diperlukan agar memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi antara lain kadar unsur-unsurFe, Mn, Mg, Na, Cr, Ca dan Cl dalam air tangki reaktor masing-masing < 1 ppm. Kadar unsur-unsur Fe, Mn, Mg, Na,Cr, dan Ca dalam ATR ditentukan dengan menggunakan metode nyala spektrometri serapan atom dan unsur Clmenggunakanmetode ion selective electrode (ISE). Kelayakan alat uji SSA dilakukan dengan melakukan kalibrasialat uji SSA menggunakan larutan Cu 2 ppm dan diperoleh kepekaan dan presisi alat uji masing-masing 0,019 ppmdan 0,65 % lebih kecil dari persyaratan masing-masing 0,4 ppm dan 1 %. Kelayakan alat uji ISE ditunjukan denganperolehan harga slope pada rentang potensial yang dipersyaratkan yaitu pada kisaran 0,56 – 0,59 mV. Diperolehdata kadar Ca dan Cl dalam ATR masing-masing 0,32 Β± 0,005 ppm dan 1,052 Β± 0,009 ppm, sedangkan unsur yanglain Fe, Mn, Mg, Na, dan Cr berada di bawah batas deteksi masing-masing unsur. Berdasar data tersebut dapatdisimpulkan kualitas ATR memenuhi salah satu peryaratan IAEA

    Uji Penggunaan Asap Cair Tempurung Kelapa dalam Pengendalian Phytophthora SP. Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao secara In Vitro

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Phytophthora sp. dan pengaruhnya terhadap jumlah sporangium dan klamidospora. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas perlakuan asap cair tempurung kelapa pada konsentrasi 0%, 0,02%, 0,043%, 0,085%, 0,17% dan 0,34%. Masing – masing perlakuan diulang sepuluh kali. Percobaan ini dilakukan secara in vitro pada medium agar yang telah dicampur dengan asap cair. Analisis statistik menunjukkan LC50 dalam penelitian ini adalah sebesar 0,11%. konsentrasi di atas LC50 secara nyata menekan pembentukan sporangium dan klamidospora

    Studi Pembuatan Teh Daun Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L) sebagai Minuman Penyegar

    Full text link
    Pada budidaya tanaman kakao perlu dilakukan pemangkasan daun pada setiap waktu tertentu. Daun hasil pangkasan belum dimanfaatkan secara optimal, padahal daun kakao mengandung polifenol dan mempunyai aktivitas antioksidan setara dan serupa dengan teh hijau, bahkan lebih besar dari pada teh hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan daun tanaman kakao hasil pangkasan sebagai teh untuk minuman penyegar yang dipersiapkan seperti pada pengolahan teh hijau. Daun kakao muda yaitu pucuk ditambah 3 daun dibawahnya (1-4) dan daun tua yaitu daun nomer 5 dan 3 daun dibawahnya dilayukan pada suhu 90-100 C RH <70% selama 5, 10 dan 15 menit. Daun layu kemudian digiling/digulung pada suhu ruang, dikeringkan pada suhu 90-100 oC selama 4 jam hingga dihasilkan daun kakao kering berkadar air 3-5%. Dilakukan pengamatan dan analisis meliputi kadar air, warna, kadar total polifenol, aktivitas antioksidan dan uji sensoris pada air rebusan teh daun kakao sebagai minuman penyegar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman penyegar hasil rebusan teh daun kakao dapat diterima oleh panelis, dan yang paling disukai adalah air rebusan teh yang dibuat dari daun kakao muda dilayukan 10 menit. Air rebusan tersebut warnanya sangat coklat, sedikit berbau daun, agak pahit dan sedikit sepat. Bubuk teh daun kakao mengandung total polifenol antara 0,42-0,74 mg/100 g, mempunyai aktivitas antioksidan antara 20,31 – 36,86%

    Inventarisasi Jenis Tumbuhan Obat di Hutan Mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur

    Full text link
    Mangrove forest in Lampung Mangrove Center (LMC) Margasari village at East Lampung is one area that still has good condition to keep a variety of potential to be explored such as medicinal plants.Purpose of this study was to determine of species, diversity, and functional properties of mangrove plants for medicine.Research conducted in April 2012 in village 12 Translok at Margasari village East Lampung.Data retrieval is using method checkered lines, and interviews with the public, as well as literature.Number of sample plots used 12 pieces.Data were analyzed using the formula density, relative density, frequency, relative frequency, important value index, and diversity index Shannon.Based on the result of the research have been known 7 species of plants as medicine, among others: api-api (Avicennia marina) to cure rheumatism and toothache; jeruju (Acanthus ilicifolius) cure for cancer and diabetic; nipa (Nypa fruticans) medication for asthma and diabetes; bakau (Rhizophora apiculata) for antiseptic; beluntas (Pluchea indica) for body odor; jenu (Derris trifoliata) for a laxative; and tapak kuda (Ipomoea pescaprae) to cure wounds and ulcers.Api-api is a dominant plant and widest spread because it has an important index as value high as 144,24% and frequency 67,5%. Beluntas plant has the highest density of 12.708,33 individual/ha.Mangrove forest Margasari village at village 12 Translok have low diversity, because the calculation of the index obtained values Shannon H'=0, 44

    Penggunaan Bap Dan Tdz Untuk Perbanyakan Tanaman Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lamk.) (the Use of Bap and Tdz for Propagation of Agarwood (Aquilaria Malaccensis Lamk.))

    Full text link
    Agarwood (A. malaccensis Lamk.) is one of the important tropical forest trees, which produces a high economically valuable fragrant resinous wood. The increase of agarwood demand from year to year leads to uncontrolled illegal harvest of this plant from its natural habitat. To encounter this problem, there is an urgent need to develop agarwood plantation. Tissue culture is an alternative method to provide genetically good seedlings for plantation in the future due to its short period and mass quantity of planlet production. In addition, through this method, its might also provide homogenous plant, and free pest and diseases. The objectives of the study were (1) to find out the optimal concentration of BAP or TDZ for inducing shoot multiplication of agarwood in in vitro conditions. MS (Murashige And Skoog, 1962), was used as basal media. The experimental design of the research was completely randomized design (RAL) with treatment of BAP concentration (control; 0,50 ppm; 0,75 ppm; 1,0 ppm) or TDZ concentration (control; 0,25 ppm; 0,50 ppm; 0,75 ppm), in 3 units, of replicate every units consist of 4 bottles, every bottle containing one explants coming from axillaries and adventitious shoot explants. Results indicated that two types of agarwood explants grown in vitro in MS basal media containing BAP 0,50 ppm or TDZ 0,25 ppm produced the highest number of shoots and leaves of agarwood plantlets, as well as its plantlet shoot length

    Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Peta Konsep Dengan Model Pembelajaran Group Investigasi Kelas X-7sma 5 Semarang Tahun Ajaran 2010-2011

    Full text link
    Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah peningkatanaktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dan hasil belajarsiswa . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh seberapabesar keaktifan siswa dalam belajar materi gerak lurus dan hukumnewton dan ingin mengetahui sejauh mana tingkat penguasaanmateri, keberhasilan belajar setelah mengikuti pembelajaran denganmenggunakan pendekatan peta konsepPenelitian tindakan kelas terdiri dari tiga silklus, masing-masingsiklus menggunakan empat tahap: tahap persiapan,pelaksanaan,observasi dan tahap refleksi.Pada pembelajaran dengan menggunakan peta konsep banyakaktifitas yang dilakukan siswa baik secara individu maupunberkelompok lewat diskusi seperti menentukan konsep penting,melengkapi peta konsep, berdiskusi dengan siswa lain, menanggapipertanyaan guru, bertanya dan menyimpulkan materi pelajaran.Semua aktifitas ini bermanfaat bagi siswa karena siswa mencaripengalaman dan mengalami sendiri, hal ini akan membuat pelajaranlebih menarik dan lebih berhasil

    The Screening of Fungi for Antagonistic Acidofilic Lignocellulolitic on Peat Soil of Fusarium Disease

    Full text link
    Fusarium wilt disease is one of disease that considerable losses to the tomato plant. This disease can cause sudden death, this is due to damage to the base of the stem or cancer. Plants infected adults are able to survive and shape but the result is very little fruit and small fruit. Besides caused by pathogens, constraints cultivation in peatsoil is a peat substrate forming the lignin and cellulose are normally difficult to decompose. This study aims to find the best fungi as biological control agents against F. oxysporum and the ability to survive in acidic conditions and was able to decipher the compound lignin and cellulose. The research was conducted at the Laboratory of Plant Diseases Faculty of Agriculture, University of Tanjungpura Pontianak, January to June 2012. Implementation of the study include the isolation of fungi from peat soils, test antagonism towards the development of F. oxysporum, hipovirulensi test, capabilities and outlines the lignin and cellulose asidofilik test. Results isolation from peat obtained 7 isolates of fungi, that is Aspegillus brevipes, A. Niger, Penicillium corylophillum, P. janthillenum, Rhizopus sp, Trichoderma harzianum and T. koningii. The test results antagonistic to F. oxysporum isolates obtained 2 are able to act as antagonists and suppressed the development of F. oxysporum. Both of these isolates were T. harzianum and T. koningii. Besides being able to act as antagonists, both isolates are able to decompose lignin into simpler compounds. In describing cellulose, A. Niger has a greater ability than other isolates. Almost all isolates were classified into asidofilik fungus, only A. brevipes were not included asidofilik because diameter growth at pH 3 did not reach 75% compared to pH 6

    Pengembangan Evaluasi Peta Konsep Model C Untuk Mengukur Struktur Kognitif Pada Pokok Bahasan Besaran Fisika

    Full text link
    Peta konsep disamping untuk proses pembelajaran juga untukalat evaluasi namun sampai saat ini masih sedikit para guruyang menggunakan. Masalah yang muncul: bentuk perangkatevaluasi peta konsep yang dapat mengukur struktur kognitifsiswa pada pokok bahasan besaran fisika; bagaimanavaliditas dan reliabilitas evaluasi peta konsep; gambaranstruktur kognitif siswa pada pokok bahasan pembiasan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh perangkatevaluasi peta konsep yang dapat mengukur struktur kognitifpada pokok bahasan pembiasan; menentukan validitas danreliabilitas dari evaluasi peta konsep yang dikembangkan;memperoleh gambaran struktur kognitif siswa pada pokokbahasan pembiasan. Pengembangan model ini menggunakanjenis penelitian Research and Development. Nilai validitaspeta konsep tanpa daftar konsep nilai validitas 0,965 dan nilairata-rata reliabilitas seorang rater sebesar 0,727.Berdasarkanhasil analisis data persentase keberhasilan siswa dalammengkonstruk konsep secara substansi melalui peta konseptanpa daftar konsep dibandingkan soal uraian sebagaiberikut: peta konsep tanpa daftar konsep persentasen perindikator diikuti persentase pada soal uraian. Hasil analisisdata gambaran struktur kognitif siswa dalam pemahamankonsep besaran fisika melalui peta konsep tanpa daftarkonsep 81% siswa dapat menentukan proposisi, 84% siswadapat menentukan hirarki, 84% siswa dapat menentukancrosslink, 97% siswa dapat menentukan contoh
    • …
    corecore