61 research outputs found

    E S K A L I T A S ‘13 KURATORIAL

    Get PDF
    Film adalah media yang menjadi sarana tranmisi nilai dan norma; media pendidikan dan pencerahan; media penyebaran gagasan dan pemikiran; media yang merekam sejarah; media yang merayakan keragaman budaya; media tempat masyarakat berkaca; media tempat para seniman melahirkan kritik sosial; atau juga media yang menjadi sarana bagi masyarakat berdialog tentang pesoalan yang dihadapi. Oleh karena itu film diperlakukan secara serius oleh banyak negara. Karena film dipandang sebagai media yang memiliki kekuatan ekonomi, kebudayaan dan politi

    EKSPRESI ESTETIS PADA KARYA SENI FOTOGRAFI

    Get PDF
    Berawal dari fotografi jurnalistik yang digeluti selama 5 tahun bekerja sebagai wartawan foto pada harian Denpasar Post (1998-2003), Kelompok media Bali Post. Kecintaan pada dunia fotografi tumbuh seiring dengan waktu, berbekal dengan kamera analog Nikon FM 2, berbagai sudut kota lalu lintas kota Denpasar, olah raga, human interest dan kriminalitas terekam menghiasi harian DenPost. Hiruk pikuk reformasi 1998, demo mahasiswa, sampai bom Bali I menjadi tugas jurnalistik yang sangat berkesan. Meliput dengan menahan kesedihan hati dan air mata dimana saat menyaksikan korban bom terbakar, dimana hasil karya ini terlalu sadis untuk dipublikasikan. Ini semua membawa pada sebuah titik dimana fotojurnalistik merupakan ajang tempaan menuju pada foto seni, yang membawa kematangan melihat moment, angle, dan ekpresi estetis. Berbekal dengan kamera analog Nikon F4 yang berhasil dibeli dari bonus dikantornya memberikan fasilitas yang lebih lengkap dalam menghasilkan sebuah karya fotojurnalistik. Saat kesempatan muncul untuk menjadi tenaga pengajar di Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Mengarahkan pada bertemunya titik gaya seni fotografi yang digelutinya. Kesempatan studi banding ke Program Studi Fotografi, Fakutas Media Rekam ISI Yogyakarta, dari pimpinannya tidak disia-siakan, dengan menghasilkan karya monumen 11 maret, light of jogja, taman sari, yang mendapat apresiasi pada pameran di Musium Neka (2006). Kesuksesan ini membawa keyakinan semakin percaya diri, bahwa seni fotografi suatu saat dapat berdampingan dengan seni rupa yang lain. Apalagi kondisi kampus yang dinamis dengan iklim dan pergaulan seni yang tinggi, mempercepat cita-cita menjadikan Bali sebagai pusat seni fotografi. Pemikiran ini dilatar belakangi bahwa Bali dapat menjadi pusat seni rupa (seperti lukis dan patung, terakhir seni kartun) mengapa seni fotografi tidak. Berdasar pada teori seni yang terkait dengan wacana fotografi adalah teori seni komunikasi, teori seni ekspresi, teori seni fungsional, dan teori seni instrumental. Teori-teori seni ini bisa saling terkait satu sama lain dalam konteks bagaimana sebuah karya foto dapat di implementasikan sebagai fotografi seni dengan bentuk-bentuk penampilannya secara dwimatrawi. Membuat foto seni yang merupakan bagian fotografi, yang memiliki konsep estetika yang memperhitungkan terlebih dahulu unsur-unsur penciptaan sebuah foto, dari pencahayaan sampai proses pencetakannya. Semua direncanakan dengan matang dan terencana, karena kini foto seni telah sama rumitnya dengan seni lain. Apalagi jika kita membincangkan posisi fotografi dalam konteks kesenirupaan (fine art). Bisakah dan mampukah fotografi disandingkan dalam keluarga seni rupa (High Art). Koeksistensinya ini tidaklah berpretensi saling menegasikan. Justru sebaliknya, dan siapa tahu, dunia High Art makin diperkaya dengan hadirnya fotografi di komunitasnya. Sejalan Dengan perkembangan teknologi sekarang ini fotografer yang mau menekuni foto seni akan lebih mudah dengan hadirnya teknik digital. Apalagi mau bekerja keras mencoba dan mau belajar terus-menerus. Sebuah foto akan dapat menjadi representasi fotografer yang menciptakannya. Sehingga lahir maestro-maestro fotografi punya ciri khas masing-masing, sehingga mengenalkan diri ke publik yang lebih luas. Sebuah karya fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih objek foto yang terseleksi dan diproses dihadirkan sebagai luapan ekspresi artistik fotografernya, maka karya tersebut bisa menjadi sebuah karya fotografi ekspresi. Sehingga karya foto tersebut dimaknakan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri photografernya dalam proses penciptaan karya fotografi seni. Fotografi sebagai salah satu entitas dalam domain seni rupa juga tidak terlepas dari nilai-nilai dan kaidah estetika senirupa yang berlaku. Namun dengan keyakinan bahwa setiap genre memiliki nilai dan kosa estetikanya sendiri, maka fotografi pun berbagai sub-genre-nya juga tidak lepas dari varia nilai dan kosa estetikanya sendiri. Setiap kehadiran jenis fotografi karena tujuan penghadiran tentunya juga memerlukan konsep perancangan yang bermula dari ide dasar dan kontemplasi yang berkembang menjadi implementasi praksis yang memerlukan dukungan peralatan dan teknik ungkapan kreasinya. Lebih jauh lagi bagi pencapai objektifnya, diperlukan berbagai eksprementasi dan eksplorasi baik terhadap objek fotografi maupun proses penghadiranya setelah menjadi subjek/subjectmatter dalam karya fotografinya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa setiap objek perlu dipotret beberapa kali dalam rangka eksperimentasi dengan berbagai sudut pandang/angle (pandangan estetik) maupun dengan teknik komposisi dan panduan pecahanyaan dan kecepatannya penutup rana yang berbeda. Semuanya digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai ragam alternative tampilan yang memiliki nilai estetis yang berbeda secara eksploratif dan dipastikan bisa memberikan beberapa pilihan hasil foto yang terbaik yang disesuaikan dengan hasil foto yang terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan nilai estetis yang diharapkan. Hal tersebut tercemin dalam domain fotografi sebagai aspek yang ideasional maupun yang bersifat teknikal. Proses penciptaan dan penghadiran karya seni fotografi pada umumnya melalui empat proses : a) Proses pencarian Ide; b) Proses pemotretan; c)Proses editing atau kamar terang ; c) Proses printing atau akhir end-product-nya. Pada setiap proses memiliki varian estetika tersendiri baik bersifat ideasional maupun yang bersifat teknikal. Proses yang pertama pencarian ide dicari dengan studi kepustakaan ataupun eksplorasi internet, diskusi, menyaksikan pameran-pameran seni rupa lainnya juga traveling mencari objek-objek dan moment estetis dalam perjalan tersebut. Proses yang kedua, pemotretan adalah eksekusi dari fotografernya disini tentunya telah dipersiapkan teknik, dan peralatan yang memadai untuk menghasilkan karya seni fotografi. Proses yang ketiga adalah proses editing yang diperlukan penguasaan komputer Photoshop yang memadai untuk menampilkan karya yang lebih estetis dari hasil pemotretan. Proses yang keempat disini tidak kalah pentingnya karena hasil akhir sebuah karya seni fotografi dapat dinikmati apakah karya seni fotografi tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat atau tidak, juga ditambahkan dengan pertimbangan apakah print kertas atau print kanvas sehingga dengan tambahan pigura karya seni fotografi tersebut sempurna. Selamat Berkarya

    INFINITY OF LIFE MEFOTOGRAFI KREATIF (High Concept dan High Touch)

    Get PDF
    ‘INFINITY OF LIFE’ adalah tema Pameran Tugas Akhir (TA) Semester Ganjil (2016/2017) Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Denpasar yang dilaksanakan di Gedung Kriya Taman Budaya. Pameran ini berlangsung dari tanggal 17 sampai 20 Januari 2017. Pada katalog pameran diperlukan kuratorial sebagai pengantar karya tugas akhir mahasiswa, diberi judul ‘MEFOTOGRAFI KREATIF’ (High Concept dan High Touch) Program Studi Fotografi ISI Denpasar

    RANGDA KARYA FOTO DIPAMERKAN DALAM CONTEMPORARY ARTS EXHIBITION UNDER RELATIONSHIP THAI-INDONESIA MARCH 14-18, 2016

    Get PDF
    Fotografer mengkatagorikan sebagai karya foto ini dengan konsep foto panggung. Foto panggung memiliki kriteria tersendiri yaitu dituntut jeli dalam menentukan momen dalam mengeksekusi objek. Foto panggung sebenarnya juga memerlukan riset. Riset yang dimaksud pertama, adalah sebelum seorang fotografer melakukan pemotretan dia harus melakukan observasi terhadap tarian tersebut. Openingnya seperti apa. Jalan ceritanya seperti apa dan closingnya seperti apa. Secara keseluruhan dipelajari jalan cerita dari tarian tersebut. Kedua observasi panggung yang akan dipergunakan sebagai panggung. Yang dicari informasinya adalah posisi lighting, sudut pengambilan. Setelah keseluruhan diketahui fotografer akan menentukan komposisi, dan teknik yang tepat. Tentunya didukung dengan peralatan yang mempuni

    ‘TARI DAPDAP’ KARYA FOTO DALAM BUKU JEJAK VISUAL (PERHIMPUNAN FOTOGRAFER BALI)

    Get PDF
    Perhimpunan Fotografer Bali (PFB) menerbitkan buku mempresentasikan hasil bidikannya dalam buku ‘Jejak Visual PFB 2016’. Buku ini terbit dalam rangka HUT PFB pada tanggal 10 Mei 2016 yang genap berusia 32 tahun. Selama lebih dari tiga dasawarsa itu pula, PFB sebagai klub fotografi tertua di pulau dewata terus berusaha mempertahankan dengan mengusung identitas kebaliannya. Kehidupan seni dan tradisional masyarakat Bali masih menjadi subjek matter dalam penciptaan ini. Penciptaan yang mepresentasikan keindahan seni budaya dan alam Bali yang terangkum dalamkarya pertama dengan judul ‘Dadap Tanah Lot’. Foto ini adalah tarian klasik yang ditampilkan saat tanah lot festival

    ‘Puppet and Child’ THE AESTHETIC OF PRASI I N T E R N A T I O N A L E X H I B I T I O N

    Get PDF
    Puppet and Child, dari tataran ide foto ini didapatkan saat upakara di pura besakih, pencipta tertarik dengan wayang lemah (siang hari) ketika itu. Wayang lemah adalah kesenian tradisional prasyarat karya atau upakara di pura besakih. Wayang ini tanpa pakliran (kain) dan mengiringi rangkaian upakara tersebut. Ketika sedang berlangsung wayang dengan dalangnya terdapat beberapa anak yang tertarik menontonnya. Pencipta sebenarnya tertarik dengan momen tersebut. Dengan memperhitungkan sumber cahaya dan komposisi pencipta menunggu momen seorang gadis kecil mendekat menonton wayang tersebut

    Ulun Danu Melestarikan Air Sumber Kehidupan

    Get PDF
    Konsep foto ini adalah foto budaya yang mengaplikasikan unsur-unsur fotografi. Unsur fotografi seperti garis, warna, cahaya, yang dominan dari air membuat objek foto yang menarik. Unsur estetika fotografi dalam foto budaya merupakan pancaran nilai-nilai keindahan yang tercermin dari kehadiran sosok karya foto yang dapat memberikan kualitas dan karakter tertentu pada impresi bentuk kehadirannya. Kehadiran ini dapat membangkitkan suatu keadaan/peristiwa yang indah dan menyenangkan (aesthetic moment) bagi para penikmatnya dan pemerhati karya seninya

    KE PURA Karya foto dipamerkan dalam rangka PKB XXXVIII 2016

    Get PDF
    Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa yang mempunyai adat istiadat yang khas memegang teguh nilai-nilai tradisi dan merupakan warisan budaya asli Bali yang disebut Bali Age yang menyatu dengan kepercayaan nenek-moyang serta agama Hindu yang mereka anut. Sebagai desa yang memiliki ciri kebudayaan yang khas, Tenganan Pegringsingan dikenal pula secara luas memiliki seni dan upakara yang unik dan khas. Pencipta mengeksplorasi budaya tersebut dalam sebuah karya foto

    KOVER BUKU PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT MODEL BALI

    Get PDF
    Buku Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali Editor I Nyoman Darma Putra mempergunakan foto dengan judul ‘Melasti’ karya I Komang Arba Wirawan. Foto tersebut merupakan koleksi karya yang dibuat pada tahun 2015. Editor meminta ijin kepada fotografer untuk mempergunakan sebagai kover bukunya karena dianggap sesuai dengan judul buku tersebut. Buku ini juga sebagai kado untuk Program Studi Magister Kajian Pariwisata Pascasarjana Unud yang tahun 2016 berusia15 tahun

    ESTETIKA FOTOGRAFI TA 2016 KURATORIAL

    Get PDF
    Fotografi sebagai domain entitas dalam seni rupa juga tidak dapat terlepas dari kaidah-kaidah estetika seni rupa yang berlaku. Untuk pencapaian objektifnya diperlukan eksperimentasi dan eksplorasi. Setiap objek foto diperlukan riset dan kreasi untukmenampilkan karya paripurna. Estetika fotografi bersumber dari tataranidesional dan teknikal. Tataran idesional footografi dapat dinilaidari pesan estetis dan konten estetis yang disampaikan dari foto tersebut. Secara teknikal dunia fotografi terus melakukan riset yang telah dimulaipada abad IV sebelum masehi. Teknologi terkini fotografi miroles perkembangan terakhir mewarnai pasar industry digital fotografi. Fotografi bukan sekedar teknis belaka. Fotografi bukan hanya melukis dengan cahaya, ia merupakan proses kontemplasi antara ruang nyata dan mimpi. Fotografi juga memerlukan riset dan kreasi kreatif dan inovasi secara berkelanjutan
    • …
    corecore