13 research outputs found

    LEGONG

    Get PDF
    ABSTRAK Pentas seni pertunjukan yang sarat peristiwa, gerak, dan susunan artistik, di mata pemotret dapat dijadikan objek yang menarik, dinamis, variatif dan menantang. Tantangan pada proses perekaman realita pentas di tangan pemotret, berpeluang terciptanya karya fotografi yang memiliki kaidah estetika fotografi, baik segi ideasional maupun teknikal. Seting artistik dalam pengertian susunan pentas, semua sudah tertata, mulai dari tata busana, gerak laku dan peristiwanya sudah diatur, tinggal bagaimana mata, tangan dan kepekaan estetis pemotret mampu serta mahir merekam adegan peristiwa panggung tersebut menjadi karya seni fotografi panggung. Gerakan tari Bali dilandasi dengan empat gerakan pokok yaitu, agem, tandang, tangkis, dan tangkep. Agem merupakan sikap pokok dalam tari Bali, tandang merupakan gerakan berjalan, tangkis merupakan gerakan peralihan, dan tangkep merupakan ekspresi wajah. Pendekatan kreatif estetis dan kemampuan teknik fotografi dipadukan dengan pemahaman akan unsur-unsur pembentuk tari seperti wiraga, wirama, wirasa digunakan untuk merekam keunikan dan keindahan gerak penari Bali di atas panggung. Proses editing pasca pemotretan dilakukan dalam kamar Terang dengan menggunakan soft ware Adobe Photoshop CS. 2 . Pengolahan foto dilakukan dengan teknik kolase, yaitu penggabungan lebih dari satu foto dalam satu frame, sehingga karya foto yang tercipta menawarkan nilai-nilai estetis yang ekspresif dan dinamis. Kata-kata Kunci: Tari Bali, Fotografi, Proses editin

    Pelebon

    Get PDF
    ABSTRAK Seni tidak dapat dinilai dari aspek teknis dan komersialnya saja. Ada aspek yang lebih esensial yang membuat suatu karya bisa digolongkan sebagai suatu ekspresi seni, yaitu aspek kreatif-eksploratif-estetik. Dalam urutan ini, aspek estetik dicapai bukan semata karena kelihaian dalam memanfaatkan aspek teknologi, karena adanya aspek kesengajaan dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lahir dari perenungan gagasan yang bersifat eksploratif. Dengan kata lain, perenungan eksploratif melahirkan gagasan untuk mencipta. Gagasan ini kemudian dicarikan bentuknya dengan memanfaatkan aspek teknologi. Jika teknologi yang ada belum memungkinkan untuk memberikan bentuk ekspresi bagi gagasan yang dimiliki oleh seorang seniman, maka seniman akan berusaha menggabungkan beberapa teknologi yang ada, atau memanfaatkan teknologi yang ada secara kreatif untuk mewujudkan gagasannya itu. Jadi aspek teknologi atau kesempurnaan teknis dalam hal ini tidak menjadi unsur utama, tapi hanya pendukung atau alat berkreasi. Perkembangan fotografi yang pesat telah menjadikan fotografi sebagai angin segar bagi setiap kebutuhan manusia saat ini. Kehadiran kamera poket atau saku dan kamera ponsel berbagai merek kian terjangkau oleh masyarakat umum, dengan fasilitas yang canggih dan resolusi yang besar memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat awam terhadap fotografi. Kehadiran fotografi di kalangan masyarakat umum lebih bersifat kepada dokumentatif atau mengabadikan momen atau peristiwa yang hadir dalam kehidupan manusia itu sendiri. Sebaliknya kehadiran fotografi di kalangan seniman foto lebih bersifat sebagai sarana pemenuhan akan hasrat berkesenian yang dapat mendatangkan kepuasan batin pemotretnya atau sarana pengungkapan ekspresi artistik penciptanya. Kehadiran fotografi merupakan instrumen perekam atau pemotretan berbagai objek dan peristiwa sejelas-jelasnya sesuai aslinya. Upacara pembakaran jenasah bagi umat Hindu di Bali yang dikenal dengan sebutan pelebon sangat menarik untuk di potret. Pelebon adalah upacara pembakaran jenazah bagi umat Hindu di Bali. Pelebon atau sering juga di sebut ngaben, merupakan kewajiban umat Hindu yang memiliki peran penting untuk menghormati leluhur agar mendapat tempat yang baik di alamnya dan kelangsungan hidup di masa mendatang. Sarana upacara Pelebon merupakan Naga Banda, Lembu, dan Bade. Naga Banda merupakan salah satu sarana upacara Pelebon yang dibuat untuk raja atau keluarganya. Selain Naga Banda, sarana penting lainnya adalah Lembu. Lembu (patung lembu) adalah simbolisasi kesucian kasta Ksatria. Kasta Ksatria yang di dalamnya termasuk raja ini akan mengendarai lembu menuju nirwana. Sebuah bade tumpang solas atau tempat pengusung jenazah memang dibuat sesuai dengan status sosial si jenazah. Kata-kata Kunci : Fotografi, Pelebo

    Ritus Dalam Fotografi Essay

    Get PDF
    ABSTRAK Pada peradaban zaman prasejarah, animisme dan dinamisme merupakan suatu kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat. Animisme adalah keyakinan akan adanya roh, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini didiami dan dikuasai oleh roh-roh, sedangkan dinamisme adalah keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam. Budaya Bali banyak dipengaruhi oleh paham-paham tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat pada setiap Pura atau tempat-tempat suci di Bali menyungsung Pretima, Barong dan Rangda yang diyakini oleh masyarakat penyungsungnya sebagai penjaga dan pelindung desa dari bencana atau musibah. Menggambarkan atau menceritakan proses dan prosesi pembuatan sesuwunan Rangda yang di awali dengan pemilihan hari baik, pemilihan kayu, ngepel, napak, ngodakan (proses pewarnaan), dan mepasupati sangat menarik diangkat dalam fotografi essay. Fotografi essay adalah sebuah narasi dalam bentuk sekumpulan foto dirangkai dalam satu topik. Foto essay yang lengkap terdiri dari headline, naskah dan pengaturan tata letak foto yang saling mendukung. Semua itu akan menunjang pemahaman ide cerita yang ingin disampaikan. Foto essay cenderung simbolis dalam mengungkapkan cerita dan lebih menekankan pada alur atau perkembangan dari satu foto ke foto berikut. Di dalam pembuatan foto essay, ada beberapa hal yang dapat menjadi panduan dalam merangkai foto antara lain; foto wide shot, foto medium shot, foto close up, foto potrait, foto interaksi, foto klimaks, foto sekuen, foto detail, dan closer. Foto wide shot dipakai untuk menggambarkan suasana subjek dan lingkungan di sekelilingnya, foto medium shot memperlihatkan kejadian saat itu, foto close-up menampakkan emosi dari subjek, foto potrait menggambarkan tokoh dari sebuah cerita, foto interaksi memaparkan bagaimana subjek berinteraksi atau berhubungan dengan lingkungannya, foto klimaks menggambarkan puncak dari acara atau cerita, foto sekuen memaparkan tahapan perkembangan dalam pemotratan, foto detail bertujuan memperlihatkan detail benda atau bagian dari objek, dan yang terakhir closer yaitu foto penutup. Kata-kata Kunci : Pembuatan Sesuwunan, Fotografi essa

    POCARI SWEAT

    Get PDF
    ABSTRAK Gebogan atau Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian makanan atau segala hasil bumi yang disusun indah, dan umumnya dijunjung oleh para ibu-ibu untuk dihaturkan atau dipersembahkan di pura dalam rangkaian Upacara agama di Bali. Filosofi dari banten gebogan merupakan bentuknya yang menjulang tinggi mirip seperti gunung, makin ke atas semakin mengerucut dan di atasnya juga diletakkan canang dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti kita kehadapan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Di jaman globalisasi seperti sekarang ini masuknya buah impor ke Bali menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Bali. Terlihat dari persembahannya yang sebagian besar menggunakan buah impor seperti apel fuji, pear hijau, jeruk sankis, dan lain-lain. Akan tetapi tidak menghilangkan pakem dan unsur-unsur tradisi dari gebogan itu. Menariknya, minuman isotonic dari negeri seberang juga ambil bagian pada persembahan ini. Kehadiran “pocari sweat” dalam gebogan menjadi daya tarik tersendiri bagi si pemotret,untuk memvisualisasikannya dalam media fotografi, karena warnanya yang mencolok serta bentuk dan ukurannya yang menyerupai dekorasi atau pakem bagian bawah dari sesajen gebogan. Dekorasi atau pakem bagian bawah dari sesajen gebogan yang semulanya menggunakan kayu seukuran kaleng “pocari sweat” dipahat dan di prade (cat emas), serta di dalamnya berisi gibungan (nasi) yang merupakan persembahan dari hasil bertani padi di sawah sebagai wujud syukur dan bakti kehadapan tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta ini. Secara teknis, karya “pocari sweat” ini menggunakan eyes angle yaitu sejajar mata manusia yang bertujuan menampilkan wujud keseluruhan dari sesajen gebogan. Permainan bentuk, pola, garis, dan warna membentuk satu kesatuan dalam karya serta adanya unsur repetisi atau pengulangan menambah kesan dramartis dalam karya ini. Pengolahan pasca pemotretan menggunakan soft ware Adobe Photoshop CS3 dengan memanfaatkan fitur cropping untuk mengatur komposisi yang diinginkan, level untuk mengatur gelap terangnya, brightness contrast untuk mengoreksi kontrasnya, dan selective colors untuk mengatur pewarnaan yang diinginkan. Kata-kata Kunci: Gebogan, Fotograf

    Motion of Legong

    Get PDF
    ABSTRAK Pentas seni pertunjukan yang sarat peristiwa, gerak, dan susunan artistik, di mata pemotret dapat dijadikan objek yang menarik, dinamis, variatif dan menantang. Tantangan pada proses perekaman realita pentas di tangan pemotret, berpeluang terciptanya karya fotografi yang memiliki kaidah estetika fotografi, baik segi ideasional maupun teknikal. Seting artistik dalam pengertian susunan pentas, semua sudah tertata, mulai dari tata busana, gerak laku dan peristiwanya sudah diatur, tinggal bagaimana mata, tangan dan kepekaan estetis pemotret mampu serta mahir merekam adegan peristiwa panggung tersebut menjadi karya seni fotografi panggung. Gerakan tari Bali dilandasi dengan empat gerakan pokok yaitu, agem, tandang, tangkis, dan tangkep. Agem merupakan sikap pokok dalam tari Bali, tandang merupakan gerakan berjalan, tangkis merupakan gerakan peralihan, dan tangkep merupakan ekspresi wajah. Pendekatan kreatif estetis dan kemampuan teknik fotografi dipadukan dengan pemahaman akan unsur-unsur pembentuk tari seperti wiraga, wirama, wirasa digunakan untuk merekam keunikan dan keindahan gerak penari Bali di atas panggung, sehingga karya fotografi seni pertunjukan yang tercipta menawarkan nilai-nilai estetis yang ekspresif dan dinamis. Kata-kata Kunci : Gerak Tari Bali, Fotografi sen

    THE MIROR

    Get PDF
    ABSTRAK Cermin adalah salah satu benda yang sering digunakan untuk menunjukkan suatu peribahasa atau juga ungkapan dalam budaya manusia. “Buruk rupa cermin dibelah”, “kita harus sering bercermin”, “sikap merupakan cerminan hati” dan lainnya. Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan memperlihatkan apa adanya. Untuk itu,hal ini dapat dimaknai sebagai pribadi yang memiliki sifat-sifat, seperti sederhana, jujur, objektif, jernih, dan lain-lain. Filosofi cermin yang diambil adalah sesuatu yang menunjuk pada diri kita sendiri, karena pada hakekatnya begitulah fungsi cermin menampilkan bayangan diri kita agar kita dapat memperbaiki apa yang perlu diperbaiki, membangun apa yang perlu dibangun. Salah satu manfaat cermin yaitu bercermin dan setiap orang bercermin setiap harinya. Begitupula yang dialami oleh seniman jalan yang memakai cerin pecah untuk membantunya dalam berias. Efek yang dihasilkan dari cermin pecah sangat unik dan menarik sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi si pemotret,untuk memvisualisasikannya dalam media fotografi Secara teknis, pemotret menggunakan lensa Nikon AF NIKKOR 50mm 1:1.8 D untuk mendapatkan bukaan aperture 1.8 dengan shutter speed 1/60s sehingga menghasilkan ruang tajam yang sempit dan juga untuk menghindari efek distorsi. Pemanfaatan ruang tajam yang sempit ini pemotret manfaatkan untuk memfocuskan dibagian cerminya untuk memperlihatkan efek unik dan menarik yang dihasilkan oleh cermin yang pecah dan sekaligus menjadi point of interst dalam karya ini. Pengolahan pasca pemotretan menggunakan soft ware Adobe Photoshop CS3 dengan memanfaatkan fitur cropping untuk mengatur komposisi yang diinginkan, level untuk mengatur gelap terangnya, brightness contrast untuk mengoreksi kontrasnya, dan selective colors untuk mengatur pewarnaan yang diinginkan. Kata-kata Kunci: Cermin, Fotografi Seni,Pengolahan Pasca Pemotreta

    KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL“Rejang Dewa”

    No full text
    Tari Rejang Dewa merupakan tari berkelompok dan salah satu tari wali di Bali. Tari wali merupakan sekelompok tarian yang berfungsi untuk mengiringi upacara keagamaan di Bali dan tari ini dipentaskan khusus di halaman yang paling suci di Pura. Di dalam karya ini mengambil adegan wiraga ngayab dengan posisi tangan kanan di atas dengan telapak tangan menghadap ke depan, tangan kiri menyentuh siku dan posisi kaki tampak sirang pada yaitu pada posisi agem kanan dan berat badan berada di tubuh sebelah kanan. Ngayab merupakan wiraga yang disimbolkan untuk memohon rahmat Tuhan Yang Maha Esa dengan sarana upacara atau sesajen di mana penari dalam posisi melingkar bergerak ke kanan mengelilingi penari di tengah yang menggambarkan keseimbangan Bhuana Alit (dalam diri manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Secara teknis, menggunakan teknik slow motion untuk menghasilkan efek gerak dari gerakan penari yang melingkar. Bagi saya keseimbangan alam semesta tersebut terbentuk dari efek artistik yang muncul, serta terdapat fokus penari Rejang Dewa di tengah-tengah lingkaran sebagai focus of interest. Penari yang fokus di tengah seakan menari di dalam pusaran angin tornado yang dasyat memanjatkan doa untuk keseimbangan alam semesta ini. Pemotretan menggunakan speed ÂĽ detik, diafragma f/5.6, ISO 500, dan tripod untuk mencegah getaran tangan pada saat memotret. Pengolahan foto pasca pemotretan dilakukan dengan proses editing pada piranti lunak dalam komputer yaitu Adobe Photoshop CS. 3 dengan fitur contrast untuk memberikan kontras pada gambar yang dihasilkan, burning untuk menggelapkan background agar objek menjadi fokus perhatian, dan cropping untuk penyempurnaan komposisi pada gambar. Kata-kata Kunci: Tari Rejang Dewa, Slow motion, Pengolahan fot

    DESKRIPSI KARYA SENI FOTOGRAFI “Oleg Tamulilingan”

    No full text
    Tari Oleg Tamulilingan merupakan tari duet yang menggambarkan dua ekor kumbang jantan dan betina yang sedang memadu kasih di taman nan indah dan asri. Karya ini mengambil adegan kebyar. Kebyar merupakan gerakan tari yang dilakukan pada tempo cepat dan keras yang menggambarkan gejolak dan kegelisahan si kumbang betina menanti kedatangan si kumbang jantan. Wiraga tari Oleg Tamulilingan pada adegan kebyar terdiri dari posisi tangan kanan di atas dengan telapak tangan ke depan, tangan kiri sirang dada, diikuti oleh gerakan kepala dengan pandangan kejari tangan kanan disertai ekspresi tersenyum memberikan daya pikat terhadap kumbang jantan. Berat badan berada di tubuh bagian kanan sehingga lekukan tubuh penari terlihat dengan jelas. Dalam gerakan-gerakan kegelisahan yang ditampilkan penari, terlihat gerakan yang tampak sangat lincah. Di samping objek yang fokus, terdapat efek gerak yang ingin saya munculkan sebagai penambah aura ekspresif wiraga sang penari dengan menggunakan teknik slow-synchronized flash dengan unsur flash sebagai cahaya utama. Adanya gerakan kamera pada saat pemotretan untuk mencegah efek gerakan menumpuk berlebihan, sehingga wiraga dari tari Oleg Tamulilingan ini masih terekam tajam dan didukung oleh cahaya flash. Pengambilan objek dari atas atau bird’s eye view bertujuan untuk menangkap bentuk profil dan keutuhan efek gerakan sehingga memberikan kesan atau efek gerak yang ekspresif dan dinamis. Pemotretan menggunakan speed B, diafragma f/5.6, ISO 500, flash SB 800 dan tripod untuk mencegah getaran tangan pada saat memotret. Pengolahan foto pasca pemotretan dilakukan dengan proses editing pada piranti lunak dalam komputer yaitu Adobe Photoshop CS. 3 dengan fitur contrast untuk memberikan kontras pada gambar yang dihasilkan, cropping untuk penyempurnaan komposisi pada gambar, dan burning untuk menggelapkan background bertujuan untuk menambahkan ketegasan dari hasil efek pemotretan yang terkesan seperti bayangan yang ekspresif tersebut. Kata-kata Kunci: Tari Oleg Tamulilingan, Slow Synchronized Flash, Pengolahan Fot

    KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL“Persembahan ”

    No full text
    Upacara Mebiukukung disebut juga mabekukung atau biukukung. Tradisi agraris mebiukukung ini dilaksanakan oleh para petani yang menanam padi di sawah. Upacara ini dilaksanakan ketika tanaman padi mulai berisi atau sedang hamil muda dan upacara mabiukukung dilaksanakan di petak-petak sawah, atau lubang air yang menjadi tempat masuknya air di tiap petak-petak sawah. Pada pelaksanaan upacara mebiukukung tidak harus menggunakan pemangku dalam prosesi upacaranya melainkan cukup pemilik atau penggarap sawah yang melakukan prosesi upacara tersebut. Dalam karya yang berjudul persembahan ini menggambarkan prosesi upacara mebiukukungan yang dilaksanakan oleh petani penggarap sawah yang penuh dengan suasana religius. Dengan penuh tulus iklas petani menghaturkan persembahan sesajen/ banten mebiukukung kehadapan Dewa Surya agar memperoleh restu dan perlindungannya dengan harapan padi-padi yang mereka tanam memperoleh hasil yang berlimpah. Pengambilan angle eyes level bertujuan untuk memperlihatkan suasana prosesi upacara mebiukukungan yang penuh religius. Penggunaan bukaan diafragma f:16 dan speed 1/20s bertujuan untuk memberikan ruang tajam yang luas sehingga memperlihatkan betapa luasnya pematang sawah yang digarap oleh petani tersebut. Pengolahan pasca pemotretan dilakukan dengan menggunakan Adobe Photoshop CS 3 seperti curve untuk pengaturan gelap terangnya foto, contras untuk pengaturan kontrasnya, dan cropping untuk pemotongan gambar sesuai komposisi yang diinginkan pemotret. Fitur chanel mixer dipilih untuk merubah foto berwarna menjadi hitam putih karena kontras antara hitam dan putihnya bisa diatur sesuai dengan yang diinginkan. Pemilihan foto berwarna menjadi hitam putih/ monocrome yaitu untuk menyederhanakan warna agar obyek utama petani yang sedang melaksanakan upacara mebiukukung menjadi point of interet dari karya foto ini sehingga memberikan nilai estetik yang dramartis. Kata-kata Kunci : Upacara mebiukukung, Pengolahan foto, Fotografi hitam-puti

    PERAN STASIUN TELEVISI LOKAL DI BALI DALAM UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA BALI SEBAGAI BAHASA IBU

    No full text
    Abstrak Di Bali khususnya, sampai saat ini telah muncul 4 stasiun televisi lokal yaitu TVRI Bali, Bali TV, Dewata TV, dan BMCTV. Secara keseluruhan, keempat stasiun televisi lokal ini memberikan berbagai pilihan acara yang didominasi oleh program acara yang menampilkan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali dari berbagai aspek kehidupan dari segi isi dan visualnya.Namun jika ditinjau dari pemakaian bahasa Ibu, yaitu Bahasa Bali, program acara yang ditampilkan oleh keempat stasiun ini masih bisa dihitung dengan jari. Berdasarkan hal tersebut, ruang lingkup penulisan ini akan difokuskan untuk mengetahui profil 4 televisi lokal di Bali, program acara yang menggunakan bahasa Bali, nilai –nilai sosial yang terkandung pada program acara yang menggunakan bahasa Bali sekaligus untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kiprah televisi dalam pemertahanan Bahasa Ibu. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif deskriptif yang menekankan pada pemaparan hasil observasi dan dokumentasi dari hasil pengambilan data yang diambil dari empat stasiun televisi lokal yang ada di Denpasar. Proses analisis pada setiap data yang akan diambil meliputi jenis-jenis program acara yang ditayangkan oleh masing-masing stasiun televisi lokal yang muatannya mewakili kehidupan sosial budaya masyarakat di Bali yang tentunya menggunakan bahasa Ibu, yaitu bahasa Bali sebagai bahasa pengantar.Simpulan dari penelitian adalah Gambaran umum setiap televisi lokal dapat ditnjau dari profil yang mereka miliki; program acara yang menggunakan Bahasa Bali terdiri dari 4 kategori yaitu: Berita, Religi, Seni Tradisional dan Hiburan; Nilai-nilai sosial yang terkandung pada program acara yang menggunakan Bahasa Bali terdiri dari kreativitas, pelestarian, edukasi, religi dan hiburan; Faktor yang mempengaruhi program acara menggunakan Bahasa Bali adalah kebijakan pemerintah, idelogi, kreativitas, masyarakat dan globalisasi. Kata Kunci:Stasiun Televisi lokal, Pemertahanan , Bahasa Ibu Abstract Particularly in Bali, there are 4 local stations television such as TVRI Bali, Bali TV, Kompas TV Dewata, and BMCTV. Overall, those four local television stations provide a wide selection of programs that are dominated by programs of social and cultural life of the Balinese people from different aspects of life in terms of content and visual. But, it seems so difficult for us to see the offered program, which used Balinese language as main language within the program. Based on the fact, this research is focused to determine profiles of local TV stations in Bali, programs with Balinese language as it main language, social values within the programs using Balinese language as it main language and also to discover factors which influenced the program with Balinese language as main language. The method used in this research is qualitative descriptive which pointed out on observation and documentation analysis based on the data taken from 4 local stations television in Denpasar. Analysis process on each data consists as types of programs which broadcasted by each local stations television in Bali which represent social life and culture of Balinese society which used Balinese language as main language. The conclusion stated that general information of each local stations television is represented by their profile; program using Balinese language can be categorized into four groups such as: News, Religi, Tradisional Art and Entertainment; Social values found within program using Balinese language are creativity, preservation, eduation, religi and entertainment; Factor influenced towards program using Balinese language are government policy, ideology, creativity, community and globalization. Keywords: Local Stations Television, Prevention, Mother Tongu
    corecore