83 research outputs found

    DICOVERING LOKAL GENIUS OF BALI’S TRADITIONAL GARDENS FOR INDONESIA’S ETHNIC DESIGN DEVELOPMENT IN THE COURSE OF GLOBALIZATION

    Get PDF
    Traditional Gardens design of Bali is considered to be potent for development as local genius in garden design department as local cleverness, in hope to be able to give insviration for garden designs in Indonesia, and other countries in the world. As for an examination subject there was once a landcape architecture task inheritance of kingdoms in Bali that is presentable. This examination, hermeneutics approximation was used, a variety science of knowledge represents the character of interpretation. Process analysis to his interactive scrutiny analysis model was aoolied. Analysis produce, landscape architecture inheritante kingdoms in Bali were used as a basis for the philosophical concept of Mandhara Giri in the Ksirarnawa building. Forms of design are expected to be developed into modern designs in the global era, without destroying the essensial values. Universal values in the traditional gardens of Bali are expected to be able to give positive contributions to the world’s civilization. Keywords : Lokal cleverness ; kingdoms garden ; Mandhara Giri ; and Ksirarnawa

    Taman Permandian Tirta Empul

    Get PDF
    Taman Permandian Tirta Empul kini berada di dalam lingkungan Pura Tirta Empul, yang lokasinya berdekatan dengan Istana Presiden di desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Berdasarkan prasasti batu yang terdapat di Pura Sakenan Desa Manukaya, disebutkan bahwa permandian ini dibangun oleh Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa pada 962 Masehi, di bulan Kartika (Oktober), saat bulan terang tanggal 13 (dua hari sebelum purnama), hari pasaran Kajeng (Soebandi, 1983: 58). Namun hasil pembacaan prasasti oleh Prof. Dr. Stutterheim (Belanda) dengan yang dilakukan kemudian oleh Dr. L C Damais (Perancis) berbeda. Hasil pembacaan ulang Damais menguraikan bahwa, raja yang membangun permandian Tirta Empul adalah E(e)dra Jaya Singha Warmadewa pada 882 Saka atau 960 Masehi (Sashtri, 1963: 42)

    Simulasi Desain dengan Citra Kronoskopi Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung Sebuah Pembuktian Teori Dekonstruksi Derrida

    Get PDF
    Teknologi simulasi mutakhir komputer desain tiga dimensi (3D) dengan realitas virtual, kini telah mewarnai kehidupan budaya manusia Bali kontemporer dalam aktivitas pembuatan desain, seperti desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kajian budaya yang bersifat kualitatif, menggunakan pendekatan desain posmodern. Teori yang diaplikasikan secara eklektis dalam penelitian ini adalah teori desain ruang virtual, teori simulasi, dan teori dekonstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, simulasi desain Gedung Puspem Badung menghasilkan representasi ruang posrealitas. Kedua, penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual telah mengambilalih materialitas desain, digantikan oleh ruang-ruang elektronik buatan didukung citra kronoskopi. Ketiga, simulasi desain Gedung Puspem Badung dengan citra kronoskopi dapat menjadi sebuah contoh dari pembuktian teori dekonstruksi yang dikemukakan oleh Jaques Derrida. Design Simulation with Image Kronoskopi Building of District Government Centre of Badung an Evidence Theory Deconstruction of Derrida Advanced computer simulation technology to design of three dimensions (3D) virtual reality, now has colored the lives of human culture in a contemporary Balinese design manufacturing activities, such as to make building design of government centre of Badung (Badung’s Puspem).This is qualitative research and was designed as research of culture studies with post-modern design approach. Theories applied eclictedly in the research were theory of virtual space design, simulation and deconstruction. The results showed that, first, the simulation design of Badung’s Puspem generate posrealitas space representation. Second, the use of computer technology to design 3D virtual reality has taken over the materiality of the design, replaced by an artificial electronic spaces supported kronoskopi image. Third, simulation building design of Badung’s Puspem with kronoskopi image can become an example of proof deconstruction theory proposed by Jacques Derrida. Keywords: Virtual, simulation, kronoskopi, posrealitas, and deconstruction

    Falsafah dan Konsep Ruang Tradisional Bali

    Get PDF
    Pada mulanya penghayatan orang Bali terhadap ruang, sama dengan masyarakat dunia yang lain di zaman dulu, yaitu terbatas pada ruang di bumi yang dipijaknya dan langit jagat raya yang ada di atasnya. Dalam bentuknya yang tradisional, konsep ruang tradisional di Bali kemudian berkembang dari Orientasi ruang: langit – bumi pada masa Bali Mula; gunung – laut pada masa Bali Aga; terbit – terbenamnya matahari pada masa Bali Arya/Majapahit (Gelebet, 1993: 5)

    Taman Kerajaan Bali Madya

    Get PDF
    Setelah masuknya pengaruh Majapahit di Bali (1343), peradaban Bali kemudian disebut Zaman Bali Madya. Ada juga yang menyebut era Bali Arya, karena banyaknya bangsawan-bangsawan Majapahit (arya) datang ke Bali. Majapahit kemudian membangun pusat pemerintahan di Samprangan (Lingarsapura), Gianyar pada 1352. Selanjutnya pusat pemerintahan berpindah ke Gelgel (Swecapura) pada 1380. Dan akhirnya setelah terjadi pemberontakan di Gelgel, pusat pemerintahan dipindahkan ke Klungkung pada 1686. Keraton Klungkung dibangun pada 1700 dan keratonnya diberi nama Smarapura. Sedangkan kerajaan-kerajaan lain yang ada di Bali, merupakan kerajaan-kerajaan yang berdiri menjelang berakhirnya Kerajaan Gelgel. Kerajaan-kerajaan ini dibangun oleh para bangsawan Majapahit yang telah lama menetap di Bali

    Pengembangan Taman Kerajaan Bali ke Desain Taman Modern

    Get PDF
    a. Kaitan dengan Ekologi Pengembangan konsep desain taman tradisional Bali, khususnya yang berkaitan dengan taman peninggalan kerajaan-kerajaannya dapat dilakukan melalui “interpretasi” dan “pemahaman” tehadap makna filosofis desainnya. Dengan dapat dipahaminya konsep bentuk dan ruang desain pertamanan peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali, maka akan diperoleh perluasan wawasan terhadap desain taman melalui suatu wacana tentang makna dalam desain pertamanan Bali, yang dapat dikembangkan di dalam desain pertamanan modern. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, hakikat konsep filosofis desain pertamanan peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali, baik dari era Bali kuna maupun era Bali Madya, adalah perlindungan terhadap sumber mata air alam (kelebutan) . Perlindungan terhadap sumber mata air ini sangat berkaitan erat dengan filosofi “Pemutaran Mandhara Giri di Ksirarnawa” yang dikembangkan dalam desain taman kerajaan era Bali Madya, maupun yang ditemukan dalam bentuk reief pada bejana batu (Sangku Sudamala) peninggalan kerajaan Bali kuna akhir di Pura Pusering Jagat (Pejeng, Gianyar)

    Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman

    Get PDF
    Gubahan Bentuk Taman a. Zaman Bali Kuna Bila desain taman peninggalan kerajaan-kerajaan Bali Kuna dikaji berdasarkan dekontekstualisasi dalam hermeneutika, maka yang dibahas adalah wujud karya yang otonom. Yakni menyangkut analisis bentuk struktur taman dan unsur psikologisnya. Bentuk desain Taman Permandian Tirta Empul, yang telah menjadi satu dengan Pura Tirta Empul dapat dilihat berupa kolam dengan bentuk persegi dan pancuran dengan pola hias yang sederhana. Airnya disalurkan melalui saluran di dalam tanah, dari mata air besar di kolam Taman Suci yang ada di dalam Pura. Sedangkan Taman Permandian Gua Gajah, gubahan bentuk kolam permandiannya juga segi empat. Air pancurannya dicurahkan dari arca pancuran berwujud seorang wanita menuangkan air dari kendi yang dipegangnya. Airnya bersumber dari mata air yang disalurkan melalui saluran air di dalam tanah

    Heritage, Knowledges and Memories on Pura Penulisan Architecture Bali at Ancient Mount Batur Caldera Area

    Get PDF
    Heritage, Knowledges and Memories on Pura Penulisan Architecture Bali at Ancient Mount Batur Caldera Area I Gede Mugi RAHARJA Interior Design Department, Faculty of Visual Art and Design, Indonesia Institute of the Arts Denpasar [email protected] Abstract: Bali island’s beautiful nature in Indonesia are the result of volcanic activity under the sea, more than 23 million years ago. The geology of Bali island lies in the Sunda mountains arc, part of the volcanic rings of Pacific ring of fire. This causes the condition of Bali island is often unstable in ancient times, due to the shocks of volcanic eruptions. One of the beautiful areas caused by ancient volcanic activity is the Caldera of Mount Batur. On the northwestern side of the caldera of the ancient Mount Batur, the archaeological traces of statues in sacred venues have been found since the prehistoric Balinese civilization. The holy place built on the hill at the highest peak of this ancient Batur Mountain caldera, often called Pura Penulisan. This holy place is designed in accordance with local wisdom, the concept of punden berundak, a concept of the original architectural space of Indonesia since prehistoric times. The shape of the architectural space design follows the topography of the hills, in form of leveled terrace and equipped with plaza. Archaelogical of Pura Penulisan merges with the caldera of Mount Batur, which was formed due to eruption 5,500 years ago. Therefore, Pura Penulisan architecture and the ancient Batur Mountain caldera, are both a valuable heritage, containing knowledge, and can knit memories. Keywords: Punden berundak, Prehistory, Topography, Terrace, Plaz
    • …
    corecore