10 research outputs found

    Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sig Untuk Pemetaan Tingkat Kenyamanan Permukiman Di Kecamatan Semarang Barat Dan Kecamatan Semarang Utara

    Full text link
    Perkembangan kota yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan akan lahan terbangun juga semakin meningkat dan dapat menggeser keberadaan ruang terbuka hijau sehingga akan mengurangi Kenyamanan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)Mengidentifikasi variabel model spasial konseptual penentu tingkat Kenyamanan permukiman dari Citra Quickbird, (2)Memanfaatkan SIG untuk pemetaan tingkat Kenyamanan permukiman berdasarkan geometri bangunan dan THI, (3)Menganalisis peta tingkat Kenyamanan permukiman untuk membuat prioritas rekomendasi pengembangan ruang terbuka hijau di sebagian Kota Semarang. Penelitian dilakukan di Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Citra Quickbird pan-sharpened tahun 2011, peta batas administratif Kota Semarang, dan Peraturan Daerah Kota Semarang No.14 tahun 2011. Perhitungan tingkat Kenyamanan permukiman dari penggabungan beberapa faktor, sebagai dasar dalam penentuan prioritas pengembangan ruang terbuka hijau. Berdasarkan peta prioritas pengembangan ruang terbuka hijau hanya diperoleh 3 tingkat prioritas yaitu: prioritas I sebanyak 953 blok seluas 965,90 ha, prioritas II sebanyak 710 blok seluas 714,09 ha dan prioritas III (tidak diprioritaskan) sebanyak 22 blok seluas 64,31 ha

    Kajian Algoritma Pengolahan Citra Aqua/ Terra Modis Untuk Identifikasi Dan Monitoring Tumpahan Minyak (Oil Spill) Di Laut Timor Tahun 2009

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui algoritma yang lebih optimal dalam pengolahan citra MODIS, khususnya untuk digunakan dalam proses identifikasi dan monitoring tumpahan minyak di perairan laut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola persebaran tumpahan minyak di perairan Laut Timor akibat ledakan anjungan minyak Montara yang terjadi tahun 2009. Berdasarkan uji akurasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa metode klasifikasi citra Maximum Likelihood, gabungan PC13 dan NDVI memiliki nilai akurasi paling baik untuk identifikasi tumpahan minyak di perairan Laut Timor. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis yang dilakukan dapat diketahui jika pola persebaran tumpahan minyak di perairan Laut Timor yang berasal dari anjungan minyak Montara cenderung menyebar mengikuti arah pergerakan angin. Selain itu dapat diketahui juga bahwa total luas perairan laut yang tercemar oleh tumpahan minyak dari tanggal 30 Agustus 2009 sampai 2 November 2009 kurang lebih seluas 22.673,10 km2, dimana seluas 4.285,01 km2 terdapat di perairan laut Indonesia

    Pemanfaatan Citra Quickbird untuk Evaluasi Persebaran Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang terhadap Rencana Detail Tata Ruang di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman

    Full text link
    Kawasan Perumahan tidak bersusun oleh pengembang merupakan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam rangka pemanfaatan lahan secara efisien. Tujuan penelitian berupa (1) Mengkaji efektivitas citra Quickbird untuk menentukan persebaran kawasan Perumahan tidak bersusun oleh pengembang, (2) Mengetahui pola persebaran kawasan Perumahan tersebut di Kecamatan Kalasan, dan (3) Evaluasi persebaran kawasan Perumahan tersebut terhadap blok Peruntukan fungsi lahan. Metode yang digunakan dalam menentukan persebaran kawasan Perumahan tidak bersusun oleh pengembang adalah interpretasi visual citra Quickbird pada parameter fisik dan sosial ekonomi, selanjutnya dievaluasi terhadap blok Peruntukan fungsi lahan. Hasil penelitian berupa (1) Tabel tingkat efektivitas citra Quickbird dalam mengkaji persebaran kawasan Perumahan tidak bersusun oleh pengembang, tingkat akurasi ketelitian interpretasi sebesar 85%, (2) Peta pola persebaran kawasan Perumahan tidak bersusun oleh pengembang Kecamatan Kalasan, hasil menunjukkan berpola bergerombol, dan (3) Peta evaluasi kawasan Perumahan eksisting terhadap blok Peruntukan fungsi lahan, sebanyak 18 blok kawasan Perumahan sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang

    Penentuan Lokasi Rth Daerah Permukiman Di Sebagian Kota Bekasi Menggunakan Aplikasi Pj Dan Sig

    Full text link
    Tingkat Kenyamanan dipengaruhi oleh liputan vegetasi dan tingkat kepadatan bangunan. Metode penelitian berupa penggabungan parameter tingkat Kenyamanan dari hasil interpretasi citra. Hasil akhir berupa peta tingkat Kenyamanan berdasarkan interpretasi citra, nilai geometri bangunan, nilai THI, dan peta prioritas penentuan kebutuhan RTH. Hasil interpretasi penggunaan lahan 91,9 %, liputan vegetasi 86,84 %, dan kepadatan bangunan 90,9 %. Hasil analisis peta prioritas penentuan RTH menunjukkan prioritas I didominasi oleh permukiman yang padat, liputan vegetasi yang kurang. Prioritas II didominasi oleh penggunaan lahan kawasan perdaganggan dan jasa, untuk prioritas III didominasi oleh lahan kosong bervegetasi dan pemakaman umum yang pada Kenyataannya sudah tidak membutuhkan vegetasi lagi, karena sudah menjadi ruang terbuka hijau

    Pemanfaatan Citra Quickbird untuk Pemetaan Permukiman Kumuh dan Tingkat Prioritas Penanganan di Kecamatan Semarang Utara

    Full text link
    Permukiman kumuh di Kecamatan Semarang Utara disebabkan oleh kualitas lingkungan yang menurun dan peningkatan kepadatan penduduk. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji manfaat citra Quickbird dalam menyadap parameter kekumuhan, memetakan persebaran permukiman kumuh, dan mengetahui prioritas penanganan permukiman kumuh. Metode yang digunakan adalah interpretasi visual parameter kekumuhan dari citra Quickbird tahun 2011. Penentuan sampel dilakukan dengan metode proportionate stratified random sampling, wawancara, dan uji ketelitian interpretasi. Penentuan tingkat prioritas penanganan kumuh disesuaikan dengan aspek non fisiknya. Tingkat ketelitian interpretasi citra Quickbird dalam menyadap informasi kekumuhan berkisar antara 90,46% sampai 94,47%.. Hasil akhir penelitian ini berupa peta persebaran permukiman kumuh yang terbagi menjadi 4 kelas, yaitu tidak kumuh (352 blok), kumuh ringan (32 blok), kumuh sedang (187 blok), dan kumuh berat (88 blok). Kondisi kumuh yang mendapatkan prioritas utama untuk ditangani cenderung berada di lahan milik pemerintah yang digunakan oleh masyarakat umum

    Integrasi Algoritma Lacunarity dan Analisis Penajaman Citra Worldview 3 untuk Penentuan Prioritas dan Jenis Tindak Penanganan Kawasan Kumuh (Kasus di Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya)

    Full text link
    Perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya pergerakan penduduk di suatu kota akan menciptakan pertumbuhan kawasan permukiman – permukiman baru. Kemudahan akses terhadap lokasi pekerjaan dan fasilitas umum dapat memicu munculnya hunian – hunian ilegal di beberapa kawasan tertentu. Data penginderaan jauh mampu menyajikan informasi spasial secara detail sehingga dapat digunakan sebagai sumber data dalam mengetahui kondisi permukiman perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui akurasi yang dihasilkan citra Worldview 3 dalam deteksi dan identifikasi permukiman kumuh dengan algoritma lacunarity, dan (2) menentukan prioritas dan jenis tindak penanganan kawasan kumuh di Kecamatan Wonokromo.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penginderaan jauh dengan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap variabel yang diuji, yaitu algoritma lacunarity dan variabel kekumuhan PU. Hasil Penajaman Citra Worldview 3 (perekaman 27 Juli 2015) digunakan untuk interpretasi pemanfaatan blok permukiman. Survei lapangan dilakukan pada 5 April hingga 10 Mei 2016 untuk menguji hasil klasifikasi dan pemanfaatan blok permukiman, deteksi kekumuhan algoritma lacunarity, dan deteksi kekumuhan PU. Hasil akhir penelitian ini adalah akurasi deteksi algoritma lacunarity, peta lokasi kumuh di Kecamatan Wonokromo, peringkat prioritas penanganan, dan jenis tindak penanganan kawasan kumuh.Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra Worldview 3 memberikan akurasi sedang pada deteksi permukiman kumuh (sebesar 33,3%, pada jendela bergerak 7x7, sebesar 50,0% pada jendela bergerak 5x5, dan 58,3% pada jendela bergerak 3x3). Semakin kecil ukuran jendela bergerak yang digunakan meningkatkan kemampuan algoritma dalam mendeteksi kekumuhan. Prioritas penanganan tingkat pertama berada di Kelurahan Sawunggaling dan Darmo. Jenis tindak penanganan yang digunakan menggunakan pendekatan property development pada semua lokasi kumuh di Kecamatan Wonokromo

    Environmental Quality Assessment of Urban Ecology Based on Spatial Heterogeneity and Remote Sensing Imagery

    Full text link
    The phenomenon of urban ecology is very comprehensive, for example, rapid land-use changes, decrease in vegetation cover, dynamic urban climate, high population density, and lack of urban green space. Temporal resolution and spatial resolution of remote sensing data are fundamental requirements for spatial heterogeneity research. Remote sensing data is very effective and efficient for measuring, mapping, monitoring, and modeling spatial heterogeneity in urban areas. The advantage of remote sensing data is that it can be processed by visual and digital analysis, index transformation, image enhancement, and digital classification. Therefore, various information related to the quality of urban ecology can be processed quickly and accurately. This study integrates urban ecological, environmental data such as vegetation, built-up land, climate, and soil moisture based on spectral image response. The combination of various indices obtained from spatial data, thematic data, and spatial heterogeneity analysis can provide information related to urban ecological status. The results of this study can measure the pressure of environment caused by human activities such as urbanization, vegetation cover and agriculture land decreases, and urban micro-climate phenomenon. Using the same data source indicators, this method is comparable at different spatiotemporal scales and can avoid the variations or errors in weight definitions caused by individual characteristics. Land use changes can be seen from the results of the ecological index. Change is influenced by human behavior in the environment. In 2002, the ecological index illustrated that regions with low ecology still spread. Whereas in 2017, good and bad ecological indices are clustered.     Keywords: spatial heterogeneity, urban ecology, urban remote sensin
    corecore